Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain |
Arsitektural Masjid Agung Al-Fateh
Sedangkan
interior masjid dihias dengan lukisan kaligrafi dengan fola Kufi yang merupakan
salah satu fola penulisan kaligrafi tertua di dunia. Masjid Agung Al-Fateh
dibangun oleh mendiang Sheikh
Isa ibn Salman Al Khalifa ditahun
1987 dan dinamai sesuai dengan nama dari Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain. Sejak tahun 2006, Masjid Agung Al-Fateh
juga menjadi tempat bagi Perpustakaan Nasional Bahrain (National Library of Bahrain).
Seni
Arsitektural Islami di Masjid Al-Fateh
Watak
dari seni Islami berfokus kepada penggambaran pola pola tertentu dan kaligrafi
arab, dan menghindari bentuk bentuk figure tertentu karena penggambaran figure
manusia dalam seni ditakutkan akan menggiring kepada pengkultusan dan
menggiring kepada kesyrikan. Demikian pula dengan seni islami yang di
aplikasikan pada masjid Agung Al-Fateh di kota Manama ini, yang di dominasi
oleh bentuk bentuk geometris dan pengulangan bentuk bentuk yang sudah ada serta
seni Kaligrafi.
Area
Sahn Masjid Agung Al-Fateh, Manama
|
Bentuk
Bentuk Geometris
Pola
geometris mendominasi wajah masjid Agung Al-Fateh, mulai dari lantai pualamnya,
karpet, dinding, hingga pintu dan jendela, meskipun sebenarnya karya seni pola
geometris ini awalnya bukanlah bagian dari seni Islam, namun fakta bahwa seni
merupakan bentuk ekspresi tidak dapat dipungkiri, interprestasi yang paling
lumrah dari pola pola tersebut adalah bahwa “Tuhan yang maha kuasa memiliki
kekuasaan yang tak terbatas, disimbolkan dalam pola geometri dengan
pengulangan pola geometris awal disusul
yang berikutnya begitu seterusnya”.
Kaligrafi
Kaligrafi
bagi seorang muslim merupakan bentuk ekspresi visual dalam konsep spiritual
dengan mengambil ayat ayat suci Al-Qur’an sebagai materi utama, memainkan peran
penting dalam melestarikan bahasa Arab Al-Qur’an ke dalam arsitektural Islam.
Seni penulisan kaligrafi bergaya Kufi merupakan salah satu karya seni kaligrafi
paling tua yang masih eksis dan menjadi rujukan utama bagi para kaligrafer dunia
termasuk yang dikembangkan dan di gunakan di Masjid Agung Al-Fateh ini.
Ornamen indah di dalam kubah masjid Agung Al-Fateh, Manama, kaligrafi Kufi di ukir melingkar pada cincin dalam kubah. |
Istilah
Kufi diambil dari nama kota Kufa di Iraq, meskipun seni penulisan hurup arab
jenis tersebut telah dikenal sejak zaman Mesopotamia setidaknya 100 tahun
sebelum berdirinya kota Kufa. Seni Kufi terdiri dari garis garis lurus dan
sudut, seringkali dengan persilangan horizontal dan vertical, jenis seni ini
yang digunakan dalam penulisan Al-Qur’an untuk pertama kali ketika dibukukan
sebagai sebuah mushaf. Hurup hurup itu masih digunakan di berbagai dunia islam
melalui perjalanan panjang dan pada ahirnya melahirkan perbedaan diberbagai
daerah.
Mihrab
Mimbar
pada prinsipnya adalah sebuah ruang kecil di sisi kiblat sebuah masjid tempat
khusus bagi imam saat memimpin sholat berjamaah. Mimbar di masjid Agung
Al-Fateh dibuat seperti kebanyakan mimbar mimbar masjid Timur Tengah
dengan bentuk setengah lingkaran dengan
tujuan agar suara imam memantul ke seantero ruangan. Mihrab di masjid ini hanya
dipakai dalam sholat fardhu Jum’at dan dua hari raya. Di hari biasa disediakan
tempat lebih ke tengah ruangan berupa bentuk mihrab movable dari kayu berukir.
Mimbar
Mimbar
di zaman Rosullulloh S.A.W berupa landasan dengan tiga anak tangga tempat beliau menyampaikan khutbah. Dalam
perkembangan selanjutnya mimbar berkembang sedemikian rupa dalam berbagai
bentuk meski memiliki fungsi yang sama sebagai tempat khatib menyampaikan
khutbah. Fungsi utama dari sebuah mimbar adalah memberikan tempat yang lebih
tinggi bagi khatib saat menyampaikan khutbah agar terlihat dengan mudah oleh
jemaah yang hadir dari segala penjuru.
Mimbar
di Masjid Agung Al-Fateh dibuat dari kayu berukir dengan ukuran cukup tinggi.
Tangga mimbar tidak diletakkan di sisi depan seperti kebanyakan mimbar di
masjid masjid Mesir tapi di sisi samping mihrab, sedangkan sisi depan mihrab
yang menhadap ke jemaah justru dipasang pagar berukir setinggi pinggang. Tempat
diletakkannya perangkat microphone.
Mimbar Masjid Agung Al-Fateh |
Menara
Masjid Agung Al-Fateh
Selain
kubah besar, fitur utama lain nya di masjid Al-fateh adalah bangunan menara
kembarnya yang dibangun setinggi meter (230 kaki) dari permukaan terendah
tempatnya berdiri. Menara pada prinsipnya memiliki dua fungsi utama yakni
sebagai tempat muazin mengumandangkan azan di balkoni menara, dan, tentu saja
sebagai salah satu penanda atau landmark. Seiring dengan ditemukannya teknologi
pengeras suara, tak ada lagi muazin yang memanjat ke puncak menara untuk
menyampaikan azan. Azan dikumandangkan dari dalam masjid dan diteruskan ke
perangkat pengeras suara di menara dan seantero masjid.
Sahn
/ Courtyard / Halaman Tengah
Sahn
dalam istilah arsitektural Islam adalah sebuah courtyard atau halaman tengah.
Aslinya Sahn digunakan pada bangunan hunian, kebanyakan digunakan pada bangunan
istana dan hunian sebagai semuan taman pribadi sang pemilik. Dalam
perkembangannya Sahn digunakan diberbagai bangunan. Penggunaan Sahn dalam dunia
arsitektur lebih kepada fungsionalnya sebagai ruang terbuka bagi sebuah komplek
bangunan untuk memberikan ruang bagi fungsi ventilasi bangunan.
salah satu sudut Sahn di Masjid Agung Al-Fateh |
Sahn
secar berkelanjutan digunakan dalam dunia arsitektural hingga pertengahan abad
ke 20, ketika arsitektural modern mula menggunakannya pada hampir semua
bangunan publik selain bangunan hunian. Di berbagai masjid sahn dipadu dengan
dengan arkade disekelilingnya, memberikan keindahan tersendiri bagi induk
bangunan, seperti yang terdapat pada Masjid Agung Al-Fateh.
Kubah Masjid Agung Al-Fateh
Kubah
telah menjadi bagian tak terpisahkan bagi wujud sebuah masjid secara universal,
setidaknya sejak abad ke 12 yang lalu. Kubah menjadi salah satu fitur dominan
dari sebuah masjid dan biasa dirancang dalam
bentuk yang besar, tinggi dan dominan. Kubah masjid Agung Al-Fateh
dibangun setinggi 40 meter (132 kaki) dari permukaan lantai dan berdiameter 25
meter. Sejak masa lalu kubah dibangun dengan bukaan yang tinggi dan jendela
besar guna memberikan keleluasaan bagi ventilasi udara dan cahaya ke dalam
masjid, kubah dengan kaidah seperti itu pertama kali digunakan dalam
arsitektural Islam di tahun 691 pada bangunan masjid Kubah Batu / Kubah Mas /
Dome of the Rock / Qubatus Shakrah di Al-Quds (Jerusalem) – Palestina.
Ornament dalam kubah Masjid Agung Al-Fateh ) |
Kubah
besar di puncak atap masjid Agung Al-fateh keseluruhannya dibuat dari bahan fiberglass seberat 60 ton dan menjadikannya
sebagai kubah terbesar di dunia yang terbuat dari bahan fiberglass. Kubah masjid Al-fateh juga
dilengkapi dengan 12 jendela kaca anti noda. Sisi bagian dalam kubah di lukis
dengan pola geometris membentuk pola seperti bunga merekah pada sisi tengahnya
dalam balutan warna warna cerah. Keindahan sisi dalam kubah besar ini
dipercantik dengan serangkaian kaligrafi Kufi melingkar dibagian dalam cincin
kubah.
Lampu
Gantung Masjid Agung Al-Fateh
Lampu
gantung di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh menyerupai beberapa masjid utama
di Istanbul – Turki berupa satu lampu gantung utama berukuran besar dikelilingi
sebuah struktur metal berukuran besar dengan melingkar diatas ruang utama
dengan lampu gantung utama ditengahnya. Pada struktur melingkar itu digantung
sederetan lampu lampu kaca tiup berukuran kecil memberikan pemandangan klasik
di dalam ruang utama.
Sebelum dan Sesudah ::: Masjid Agung Al-Fateh saat sedang dibangun dan saat setelah selesai. foto dari situs resmi Masjid Al-Fateh |
Selain
di ruang utama, ruang ruang yang lain di masjid ini juga dihias dengan lampu
lampu gantung kaca tiup Austria yang dirangkai pada sebuah rangka metal
digantung di berbagai sudut ruang termasuk di lantai dua masjid. Benar benar
unik dan klasik, mengingat sudah sangat jarang masjid masjid baru yang
menggunakan lampu gantung jenis ini.
Perpustakaan Ahmed Al-Fateh
Perpustakaan
Ahmed Al-Fateh memiliki koleksi sekitar 7000 judul buku, beberapa diantaranya
sudah berusia lebih dari 100 tahun. Termasuk di dalamnya adalah salinan dari
buku buku hadist kuno, Ensiklopedia bahasa Arab, Ensiklopedia hukum Islam,
pustaka pustaka terbitan Al-Azhar terbitan lebih dari seratus tahun lalu
termasuk juga majalah majalah dan sejumlah terbitan berkala lain nya.
Lampu gantung di lantai dua Masjid Agung Al-Fateh |
Tujuan
Wisata Rohani
Selain
sebagai tempat ibadah Masjid Agung Al-Fateh telah menjadi salah satu tujuan
wisata utama di Bahrain, terutama sebagai objek wisata rohani. Masjid ini
melayani kunjungan wisata dari pukul 9 pagi hingga pukul 5 sore. Pengunjung
dalam rombongan ditemani oleh pemandu yang menjelaskan detil masjid ini dalam
berbagai bahasa termasuk bahasa Inggris, Prancis, Fhilipina dan Rusia. Dan
tentu saja masjid ditutup untuk semua kunjungan wisata pada waktu waktu sholat,
Hari Jum’at dan hari hari libur nasional.
Kembali
ke BAGIAN
I
Ruang Utama masjid Agung Al-Fateh |
Area Sahn Masjid Agung Al-Fateh |
Pengunjung di masjid Agung AL-Fateh dari berbagai negara |
Lampu Gantung utama di ruang utama Masjid Agung Al-Fateh |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA