Halaman

Kamis, 12 Juli 2012

Masjid Agung Al-Fateh, Manama – Bahrain (Bagian I)

Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain

Masjid Agung Al-Fateh berada di kota Manama, ibukota Bahrain yang di klaim sebagai salah satu masjid dengan ukuran terbesar di dunia, dengan ukuran 6500 meter persegi dan dapat menampung 7000 jemaah sekaligus. Meskipun disebut sebut sebagai salah satu masjid terbesar di dunia, masjid Agung Al-Fateh kalah jauh bila dibandingkan dengan daya tampung Islamic Center Samarinda (Kalimantan Timur) yang memiliki kapasitas hinga 40 ribu jemaah sekaligus.

Sebagaimana disebut di situs resminya Masjid Agung Al-Fateh bernama resmi sebagai Ahmed Al-Fateh Islamic Center atau dalam bahasa Arabnya disebut sebagai Markaz Ahmad Alfatih Al-Islamiya. Namun lebih popular disebut sebagai Masjid Agung Al-Fateh atau Masjid Al-Fateh saja. Kehadiran masjid ini menambah serangkaian bangunan bangunan megah dan mendunia di Bahrain. Selain dikenal dengan Masjid Agung Al-Fateh, Bahrain dikenal dunia internasional dengan Sirkuit Formula Satu dan Jalan tol empat lajur lintas laut “The King Fahd Causeway” yang menghubungkan pulau Bahrain dengan Saudi Arabia di daratan utama semenanjung Arab.

Lokasi dan Alamat Masjid Agung Al-Fateh

Masjid ini berada di sebelah jalan raya King Faisal di daerah Juffair dalam kota Manama


Mengenal Bahrain

Bahrain merupakan kerajaan Islam yang berada di tengah tengah teluk Arab sebelah timur pantai barat Saudi Arabia atau di lepas pantai barat teluk Persia. Kerajaan Bahrain terdiri dari 36 pulau dengan luas keseluruhannya hanya seluas 711.9 km2, sedikit lebih kecil dibandingkan dengan luas propinsi DKI Jakarta (740,29 km2). Pulau terbesarnya adalah Pulau Bahrain (berukuran 18 km X 55 km), beberapa pulau pulau di Bahrain bahkan berukuran sangat kecil. Dengan luasnya itu Bahrain menjadi Negara dengan wilayah paling kecil di kawasan Arabia.
 
Bahrain Beribukota di Manama, Negara ini pada awal berdirinya berbentuk Ke-Emiran dan dipimpin oleh seorang Emir, namun sejak tahun 2002 memproklamirkan dirinya menjadi sebuah Kerajaan diperintah oleh keluarga kerajaan dari dinasti Al-Khalifa. Saat ini Bahrain dipimpin oleh King Hamad bin Issa Al-Khalifa.

Bahrain terhubung langsung ke Saudi Arabia di daratan utama semenanjung Arabia dengan jalan tol lintas laut bernama King Fahd Causeway diresmikan tahun 1986 dan merupakan causeway terpanjang di dunia. Tak sampai disitu, Bahrain juga berencana membangun causeway menghubungkan Negara itu dengan Qatar di selatan melalui jalur Causeway yang jauh lebih panjang.
 
Kata ‘Bahrain’ dalam bahasa Arab bermakna “dua laut” merujuk kepada sumber air panas tawar yang menyembur dari bawah permukaan laut yang asin, kawasan sekitar lokasi itu sangat popular bagi para penyelam mutiara dan menjadi salah satu tujuan wisata. Peradaban di Bahrain sudah dimulai sejak 5000 tahun lalu di zaman Sumeria Kuno, pendiri peradaban besar di kawasan Timur Tengah yang disebut sebagai Dilmun, Tanah Sakral bagi Kehidupan. Disebut sebut dalam legenda sebagai pulau surga, tak ada penyakit yang berjangkit dan penduduknya tak tersentuh kematian. Pada masa lalu letak dan berlimpahnya sumber air tawar menjadikan Bahrain sebagai pos perdagangan terpenting antara lembah Indus, Mesopotamia dan semenanjung Arabia.
 
Sama seperti Negara Negara tetangganya di Arabia, Bahrain saat ini menjelma menjadi sebuah negara super modern dengan gedung pencakar langit dan bangunan bangunan mengagumkan bertaburan di seantero negeri pulau itu. Termasuk bangunan bangunan masjid yang menawan dan mengundang decak kagum, salah satunya adalah masjid Agung Al-Fateh ini yang merupakan masjid Nasional Bahrain. Dalam dunia olahraga otomotif, Bahrain menjadi salah satu tuan rumah bagi penyelenggaraan seri Gran Prix Formula-1 di Bahrain Interational Circuit.

Sejarah Islam di Bahrain

Sheikh Isa bin Salman Al Khalifa
Bahrain merupakan kawasan pertama di luar semenanjung Arabia yang menerima Islam. Sebelum masuknya islam ke kepulauan ini, rakyat Bahrain merupakan para penyembah berhala. Nama Bahrain sendiri kala itu dikenal dengan nama Pulau Awal, nama yang diambil dari nama berhala suku Wael. Islam masuk ke Bahrain semasa hidup baginda Rosullullah S.A.W. Adalah  Al-Ala’a Al-Hadhrami yang membawa surat ajakan ber-Islam dari Rosulullah S.A.W tiba di Bahrain pada tahun ke delapan hijirah. Al-Hadhrami menyampaikan surat baginda Rosul kepada Raja Bahrain, Al-Mundhir ibnu Sawa. Setelah berkonsultasi dengan para kepala suku yang ada Raja memutuskan menerima ajakan Rosulullah untuk ber-Islam.
 
Seiring dengan wafatnya Rosulullah S.A.W, dan 30 tahun masa kekuasaan khulafaur Rasyidin (Khalifah Abu Bakar R.A., Khalifah Umar R.A. Khalifah Usman R.A.,.dan Khalifah Ali R.A. Bahrain menjadi bagian dari wilayah dinasti Umayah dan Abasiah. Dari abad ke 7 hingga abad ke 13 Bahrain menjadi perhentian utama rute perdagangan antara Iraq dan anak benua India. Sebagai penghasil mutiara, Bahrain terkenal hingga ke pelosok emperium Islam sebagai permatanya ekonomi.
 
Melewati perjalanan berabad abad Bahrain kemudian dikuasai oleh berbagai Dinasti Arabia dan Persia silih berganti. Bahkan Portugis juga pernah menguasai kepulauan Bahrain selama 80 tahun di abad ke lima belas. Para penakluk, pedagang, petualang, para budak, kelompok agama yang ekstrim hingga para tentara bayaran pernah menjelajah di negeri pulau ini dalam upaya menemukan harta karun Bahrain.

Panorama Masjid Agung Al-Fateh.

Kekuasaan Dinasti Al Khalifa

Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Khalifa yang biasa disebut sebagai Sheikh Ahmed Al-Fateh (Sang penakluk) dilahirkan di Kuwait pada sekitar paruh pertama abad ke 18 dan wafat pada sekitar tahun 1795. Kakeknya Khalifa adalah pendiri dari dinasti Khalifa yang memerintah di Bahrain. Sheikh Ahmed merupakan Penguasa Bahrain pertama dari dinasti Al-Khalifa dan merupakan moyang garis ke delapan dari King Hamad, Raja Bahrain saat ini.

Sheikh Ahmed mengikuti ayahandanya Muhammad ibnu Khalifa, dari Kuwait pindah ke Qatar dan mendirikan Zubara tahun 1762 CE yang kemudian menjadi perusahaan perdagangan serta pusat kebudayaan utama di kawasan Teluk Arabia. Manakala Muhammad ibn Khalifa wafat disekitar tahun 1775, kekuasaan beliau diteruskan oleh putranya yang lain, Sheikh khalifa, saudara dari Ahmed Al-Fateh. Kala itu Zubara benar benar telah berkembang pesat.

Masjid Agung Al-Fateh.

Dan ketika Sheikh Khalifa meninggalkan Zubara untuk menunaikan ibadah Haji ke Mekah, Nasir Ibnu Madhkur, Gubernur Bahrain yang kala itu dibawah kekuasaan Kerajaan Persia (Parsi, Kini menjadi Republik Islam Iran) menyerbu Zubara tahun 1782. Serbuan tersebut gagal total berkat perlawanan dari rakyat Zubara dibawah pimpinan Ahmad Al-Fateh yang tak lain adalah adik dari Sheik Khalifa. Setahun kemudian (tahun 1783) Sheikh Khalida wafat di Mekah dan kekuasaannya diteruskan oleh Adiknya Ahmad Al-Fateh yang telah berhasil menyelamatkan Zubara dari serbuan pasukan Persia.

Berhasil mengusir pasukan Persia yang mengurung Zubara dari Bahrain, Sheikh Ahmad Al-Fateh balik menyerbu Bahrain ditahun 1783, tahun yang sama dengan tahun kematian saudaranya di tanah suci Mekah. Bahrain takluk dibawah kekuasaan Ahmad Al-Fateh, dan beliau menjadi penguasa pertama disana dari dinasti Khalifa, dan keturunan beliau yang meneruskan kekuasaannya atas Bahrain hingga hari ini.

Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain.

Ketika Gaung Demokrasi Mengguncang Bahrain

Ketika demonstrasi besar besaran mengguncang Tunisia kemudian merembet ke Mesir dan Libya, rakyat Bahrain seperti tak mau kehilangan momen, turut mengelorakan perjuangan demokrasi di Negara tersebut. Demonstrasi panjang tersebut kemudian berujung kepada masuknya tentara Saudi Arabia ke Bahrain atas permintaan dari Raja Bahrain untuk memulihkan ketertiban dan keamanan di negeri pulau tersebut.
 
Sejarah Masjid Agung Al-Fateh
 
Masjid Agung Al-Fateh merupakan bagian dari Islamic Center Ahmad Al-Fateh. Pusat ke-Islaman ini termasuk di dalamnya adalah Masjid Agung Al-Fateh, pusat studi Al-Qur’an dan Perpustakaan Islam. Dibangun atas perintah dari Amir Bahrain, Sheikh Isa ibn Salman Al Khalifa. Proyek pembangunan kawasan ini dimulai dengan upacara peletakan batu pertama pada bulan Desember 1983. Proses pembangunannya dimulai tahun 1984 dan diresmikan langsung oleh beliau tahun 1988. Nama Al-Fateh yang melekat pada nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan kepada mendiang Ahmed Al Fateh, sang penakluk Bahrain.

foto sejarah : Foto atas adalah upacara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Agung Al-Fateh pada bulan Desember 1983, foto bawah adalah Upacara Peresmian Masjid Agung Al-Fateh pada tahun 1988.

Masjid Agung Al-Fateh berukuran 6500 meter persegi mampu menampung 7000 jemaah sekaligus. Keseluruhan lantai masjid ditutup menggunakan batu pualam dari Italia termasuk beberapa bagian besar dindingnya, sedangkan lampu gantungnya dibuat khusus di Austria. Pintu pintu masjid ini dibuat dari bahan kayu teak wood dari India, kubah besar masjid dibuat dari bahan fiberglas, dan merupakan kubah fiberglass terbesar di dunia.

Masjid AGung Al-Fateh mengadopsi kebijakan memoderenisasi negaranya namun tetap memelihara dengan baik nilai nilai Islam dalam Karakter-nya sebagai Negara Arab. Islamic Center Ahmad Al-Fateh ini dibangun dengan misi merefleksikan dan mempromosikan kebijakan tersebut. Misi utama nya adalah memfasilitasi dan mempromosikan pemahaman yang benar dan akurat tentang Islam sambil berupaya menampilkan kerajaan Bahrain sebagai Negara Islam yang modern dan toleran dimana perbedaan dan komunitas yang multi budaya dapat hidup berdampingan dalam damai.

Bersambung ke Bagian II


Masjid Agung Al-Fateh, Manama, Bahrain (foto dari Panoramio)
Rembulan malam diatas Masjid Agung Al-Fateh.
Masjid Agung Al-Fateh.
Malam hari di Masjid Agung Al-Fateh 
Kembang kertas atau bougenvile, bunga tropis yang banyak tumbuh di Indonesia,  ikut narsis di latar depan Masjid Agung Al-Fateh.
Sapuan cahaya lampu memberikan keindahan tersendiri pada Masjid Agung Al-Fateh.


1 komentar:

  1. sangat bertermakasih untuk admin yg telah sudi membuat blog khusus mengenai masjid di belahan dunia. amazing

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA