Halaman

Minggu, 24 Juni 2012

Masjid As-Salam, Masjid Indonesia di Wina – Austria

Suasana di Masjid As-Salam Wapena, Wina, Austria sesaat setelah peresmian masjid oleh Duta Besar RI untuk Austria & Slovenia, Bapa I Gusti Agung Wesaka Puja. 

Muslim Indonesia yang tinggal di Indonesia kini dapat berbangga hati setelah masjid Indonesia pertama di Austria di resmikan pada bulan Januari 2012 yang baru lalu. Masjid tersebut diberi nama Masjid As-Salam Wapena yang bermakna keselamatan atau kedamaian, diharapkan jamaah yang menjalani ibadah di masjid ini akan menemukan suasana hati penuh kedamaian dan ketentraman. Selain itu juga, Salam juga bisa diartikan menyapa. Para pengurus dan jemaah Masjid As-Salam ingin menyapa kepada semua umat muslim Austria untuk beribadah di masjid As-Salam.

Membangun masjid bukanlah perkara mudah di Austria, tidak saja menyangkut masalah perizinan yang begitu rumit ditambah lagi dengan biaya yang dibutuhkan sangatlah mahal. Itu sebabnya dari puluhan masjid yang ada di kota Wina dan wilayah Austria lainnya berupa masjid masjid yang menempati ruang apartemen sewaan, atau yang memang dibeli untuk kemudian di alih fungsi sebagai masjid. Begitupun dengan masjid As-Salam milik komunitas Muslim Indonesia di Wina ini. hingga kini di kota Wina hanya ada satu saja bangunan masjid yang benar benar berwujud sebagai masjid seperti yang kita kenal lengkap dengan kubah dan menaranya, yakni Masjid Islamic Center Wina.

Pak Dubes RI untuk Austria dan Ketua Wapena saat penandantanganan plakat peresmian Masjid As-Salam Wapena, Wina, Austria

Meski dibentuk dan dikelola oleh muslim Indonesia di kota Wina – Austria, Alhamdulillah masjid ini juga diramaikan oleh muslim serantau melayu termasuk muslim Malaysia dan Singapura yang tinggal di Wina. Duta besar Malaysia untuk Austria pun turut hadir dalam upacara peresmian Masjid As-Salam yang dilakukan oleh Duta Besar RI untuk Austria, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja. Upacara peresmian itu dihadiri oleh ratusan muslim tak hanya warga Indonesia di Wina tapi juga beberapa muslim warga Pakistan, Malaysia, Singapura, Turki dan beberapa muslim Austria.

Berdirinya Masjid As-Salam menambah khasanah masjid masjid komunitas muslim Indonesia di Eropa setelah sebelumnya telah berdiri Masjid Al-Hikmah di Den Hag yang dibangun dari gedung bekas sebuah gereja, lalu masih di Belanda juga ada Masjid Nasuha di kota Rotterdam, serta Masjid Al-Falah di Berlin-Jerman, yang kesemuanya merupakan masjid masjid yang dibangun dan dikelola oleh komunitas muslim Indonesia yang tinggal di Eropa.

Masjid As-Salam Wapena
Masjid As-Salam, Malfattigasse 18 - Lantai Dasar, 1120 Wina

Setelah sekitar sepuluh tahun menjadi wacana, akhirnya warga muslim Indonesia yang bermukim di Wina dan sekitarnya meneguhkan jati dirinya dengan mewujudkan sarana ibadah yang dinamakan masjid As-Salam Wapena. Sebuah apartemen sederhana yang terletak di Distrik 12 Meidling jalan Malfattigasse 18 A-1120 Wien telah diubah fungsinya menjadi tempat bernaung melantunkan doa-doa dan harapan. Peresmian masjid ini dilakukan oleh Duta Besar Indonesia untuk Austria dan Slovenia, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, pada 21 Januari 2012.

Duber RI untuk Austria bersama pengurus Wapena di depan pintu Masjid As-Salam Wapena  sesaat setelah peresmian masjid.

Sejarah Masjid As-Salam Wapena

Warga Pengajian Wina atau disingkat Wapena merupakan kelompok pengajian (majelis ta’lim) muslim Indonesia yang tinggal di kota Wina, Austria. Saat ini ada sekitar 180 hingga 200 warga muslim Indonesia yang tinggal di Austria. Pengajian rutin mingguan diselenggarakan di kantor perwakilan Indonesia di Wina. Pengajian Wapena kemudian juga di ikuti tidak saja oleh muslim Indonesia, tapi turut pula diramaikan oleh muslim Malaysia dan Singapura yang tinggal di Austria. Bahkan Duta besar Malaysia untuk Austria, Datuk Mohammad Daud pun acap kali mengikuti acara pengajian tersebut yang tentu saja menjadi motor penggerak bagi muslim Malaysia di Wina.

Wacana untuk mendirikan masjid sebenarnya sudah mengemuka sejak sepuluh tahun lalu. Namun mendirikan masjid di kota Wina bukanlah perkara mudah, disamping urusan perizinannya yang tidak gampang tapi juga membutuhkan dana yang sangat besar. Karenanya Wapena kemudian berusaha mewujudkan mimpi memiliki masjid sendiri dengan meniru pola yang sudah dilakukan oleh muslim Indonesia di Jerman yang membangun Masjid Al-Falah Berlin di lantai dasar sebuah gedung apartemen di pusat kota Berlin.

Sebagaimana dijelaskan oleh Andi Ahmad Junirsah (Acha), ketua Wapena, bahwa pada saat mematangkan rencana pendirian masjid,  mereka mencoba realistis. Dalam mewujudkan keinginan memiliki masjid sendiri, termasuk masalah dana yang diperlukan harus bisa dijangkau. Gayung bersambut, terdengar kabar bahwa komunitas muslim Pakistan akan menutup aktivitas Masjid Makki yang mereka kelola seiring dengan rencana kepulangan Dr. Raffi yang selama ini mengetuai masjid tersebut.

Begini suasana betapa hangatnya persaudaraan Muslim Indonesia di Wina, Austria,  di Bulan suci Ramadhan.

Mengetahui akan adanya kabar tersebut, Acha berkoordinasi dengan pengurus Wapena lainnya, langsung cek ke lokasi, dan setelah berbicara dengan pengelola masjid, dalam hitungan hari, diputuskan untuk melanjutkan pengelolaan masjid Muslim Pakistan tersebut dengan beberapa pertimbangan yang menguntungkan, diantaranya adalah terkait urusan perizinan. Fungsi bangunan tersebut sudah terdaftar sebagai tempat ibadah sehingga tidak perlu lagi mengurus perizinan pendirian tempat ibadah baru, dan Wapena sebagai calon pengelola baru, telah resmi terdaftar di kepolisian dan pemerintah kota Wina.  Sehingga status Wapena hanya melakukan pengalihan dari pengelola masjid lama.

Sebelum menjadi masjid, ruangan tersebut dulunya merupakan sarana olahraga semacam fitness center.  Warga muslim Bosnia dan Makedonia yang pertama menjadikannya sebagai masjid, lalu pada awal tahun 2011 warga muslim Pakistan yang diketuai Dr. Rafi melanjut estafet pengelolaan masjid tersebut. Sebagai pengelola baru, muslim Pakistan menamainya dengan nama masjid Makki, sebutan lain untuk kota suci Makkah. Hanya saja, belum satu tahun mengelola, kegiatan peribadahan di masjid Makki terancam dihentikan seiring rencana kepulangan Dr. Raffi ke Pakistan. Kesempatan baik yang tak disia siakan oleh Wapena.

Undangan Peresmian Masjid As-Salam 21 Januari 2012 lalu

Untuk mengambil alih pengelolaan masjid, pihak Wapena harus menyiapkan dana sedikitnya 5.000 Euro atau sekitar Rp. 60 Juta (1 Euro = Rp12 ribu). Dana tersebut diperlukan untuk uang jaminan sebesar 2 bulan sewa kepada pemilik apartemen, sewa satu bulan pertama sebesar 750 Euro (Rp. 9 Juta), biaya administrasi sebesar satu bulan sewa, dan renovasi ruang. Antusiasme muslim Indonsia sangat luar biasa dalam upaya tersebut. Dukungan juga datang dari muslim Malaysia dan Singapura.

Pada tanggal 21 Januari 2012 Masjid As-Salam Wapena secara resmi dibuka oleh Duta Besar Republik Indonesia untuk Austria dan Slovenia Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja yang hadir beserta istri beliau. Turut hadir dalam upacara peresmian tersebut Duta Besar Malaysia untuk Austria, Datuk Muhammad Daud yang memang sejak lama acap kali hadir di pengajian yang diselenggarakan di KBRI Wina dan menjadi motor penggerak bagi muslim Malaysia di Austria. Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja, memberikan appresiasi kepada Datuk Muhammad Daud dengan menyerahkan potongan nasi tumpeng kepada beliau.

Taushiah dalam peringatan maulid nabi di masjid As-Salam

Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 100 orang warga. Mereka yang hadir tak hanya muslim asal Indonesia yang bermukim di Wina saja, tapi ada juga yang dari kota di sekitarnya. Termasuk muslim Malaysia, Pakistan, Turki serta beberapa muslim Austria. Hadir pula perwakilan warga muslim Indonesia dari Jerman dan pengurus Masjid Al-Falah Berlin yang merupakan masjid indonesia di Jerman, saat ini pengurus Masjid Al-Falah Berlin sedang berusaha mengurus kepemilikan atas bangunan yang kini difungsikan sebagai Masjid Al-Falah.

Berdirinya masjid As-Salam di Austria ini menjadi tempat berhimpunnya muslim Indonesia disana, bersama sama dengan muslim Malaysia dan Singapura, serta tak lupa pengurus masjid As-Salam juga mengajak muslim Pakistan yang merupakan jemaah ataupun pengurus masjid sebelumnya untuk tetap bergabung, dan tentu saja masjid ini pun terbuka bagi semua muslim. Selain dari itu, kehadiran masjid As-Salam Wapena di kota Wina ini menambah khasanah masjid masjid Indonesia di daratan Eropa setelah sebelumnya telah lebih dulu berdiri dua masjid di Belanda yakni Masjid Al-Hikmah di Den Hag dan Masjid Nasuha di kota Rotterdam, serta Masjid Al-Falah di Berlin-Jerman.

suasana upacara peresmian Masjid As-Salam

Operasional dan Aktivitas Masjid As-Salam

Operasional masjid selama satu bulan diperkirakan memakan dana sekitar 1.000 Euro (Rp12 juta)  untuk biaya sewa tempat, biaya gas, listrik, dan perawatan. Dukungan warga baik moral dan material, sangat luar biasa terhadap Masjid As-Salam. Bahkan, dukungan tersebut tidak hanya datang dari warga muslim Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura juga mendukung berdirinya Masjid As-Salam.

Masjid ini memiliki ruang utama berukuran sekitar 70m2. Selain menjadi tempat pelaksanaan sholat berjamaah lima waktu, juga menjadi tempat melaksanakan pertemuan rutin mingguan komunitas Muslim Indonesia, Malaysia dan Singapura yang tergabung dalam komunitas Warga Pengajian Wina (Wapena).  Selain itu juga masjid ini merupakan tempat pelaksanaan rutin shalat Jum'at, dan khusus minggu terakhir setiap bulannya dilaksanakan shalat jum'at dengan khutbah dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Pengajian jarak jauh bersama Aa' Gym di masjid As-Salam, Wina - Austria. 

Sebuah catatan kecil di penyelenggaraan sholat jum’at pertama di masjid As-Salam ini pada tanggal 27 Januari 2012 lalu yang diikuti oleh . Puluhan warga muslim Indonesia mulai dari pejabat KBRI/PTRI Wina, pekerja di organisasi PBB, hingga pelajar dan mahasiswa menjalani salat fardhu ain di masjid Indonesia pertama di ibu kota Austria tersebut. Selain warga Indonesia, beberapa jamaah dari negara-negara Islam seperti Pakistan, Bosnia, dan Mesir juga mengikuti ibadah wajib tersebut, dalam kesempatan itu ketua Warga Pengajian Wina (Wapena), Andi Ahmad Junirsah bertindak sebagai khatib dengan menggunakan Bahasa indonesia.

Ba’da sholat Jum’at hari itu masjid As-Salam kedatangan tamu,  Dia adalah Gottfried Klug. Warga Austria yang menikahi wanita Indonesia ini meminta kepada pengurus masjid As-Salam untuk memandunya masuk Islam. Hadir sebagai saksi dalam proses tersebut di antaranya, Penasehat Wapena, Dewanto Saptoadi, dan Minister Counsellor Pensosbud KBRI/PTRI Wina S. Djati Ismojo. Acha selaku ketua Wapena memandu Gottfried membaca dua kalimat Syahadat.

Wajah wajah ceria dan sumringah sesaat setelah peresmian masjid

Berbahasa Indonesia dan Inggris

Sebagai Masjid yang dibangun oleh komunitas muslim Indonesia dan negeri serantau, Masjid As-Salam berupaya menghadirkan bahasa Indonesia dalam khutbah Jum’atnya setidaknya sekali dalam sebulan.  Selain itu digunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantar. Untuk kegiatan salat lima waktu, pihak Wapena masih mengandalkan pengelola masjid sebelumnya, yang merupakan jemaah muslim Pakistan.

Masjid As-Salam juga menyelenggarakan Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) bagi warga muslim. Kegiatan ini dilaksanakan setiap Sabtu. Ada tiga kelas TPA. Kelas I untuk usia 4-6 tahun, kelas II usia 7-11 tahun, dan kelas III 12 tahun ke atas. Selain itu Pengurus Wapena juga menggelar pengajian rutin setiap minggu. Kegiatan ini tidak hanya untuk warga muslim Indonesia, tapi juga terbuka bagi sahabat-sahabat dari Malaysia dan Singapura.

Sebelum masjid ini berdiri, Wapena secara rutin melakukan pengajian bersama warga Malaysia dan Singapura di ruang serba guna KBRI. Kegiatan tersebut kini dilanjutkan di masjid As-Salam, Selain di akhir pekan, ada juga kegiatan Islami di hari-hari kerja. Salah satunya pengajian bersama yang dilakukan oleh ibu-ibu muslim Indonesia. Ada juga kajian Islami after work yang digelar kalangan mahasiswa. pihak Wapena tidak hanya membuka pintu bagi warga muslim Indonesia untuk menggunakan fasilitas masjid sebagai tempat aktivitas Islami, tapi juga kepada warga muslim asal negara-negara tetangga.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA