Masjid Agung Roma – Italia |
Roma atau dalam bahasa Inggris disebut Rome, atau
dalam bahasa Arab disebut Rum, nama yang begitu kental dengan kebesaran sejarah
Kekaisaran Romawi di masa lalu dan kini di abadikan sebagai nama ibukota
Italia. Rum atau Romawi salah satu
bangsa yang sejarahnya di sebut sebut dalam Al-Qur’an, namanya pun diabadikan
sebagai nama surah ke 30, Surah Ar-Rum, salah satu surat Al-Makiah yang turun
sebelum Hijrah-nya Baginda Rosulullah ke Madinah.
Roma dikenal sebagai pusat Agama Katholik, Tahta Suci
Vatikan tempat bertahtanya Paus selaku pimpinan tertinggi Ummat Katholik dunia
berada di tengah kota ini. Bagaikan suatu yang mustahil bagi minoritas muslim
Italia untuk mendirikan masjid di kota ini. Benito
Mussolini (1883-1945) diktator Italia beraliran Fasis yang
berkuasa di Italia dalam periode 1922-1943, bahkan terkenal dengan ketipan
ucapannya tentang pembangunan masjid di kota Roma “Tak kan ada masjid di Roma,
selama tak ada Gereja di Mekah”.
Lima puluh tahun setelah kematian Mussolini, ummat Islam
di kota Roma ahirnya memiliki sebuah masjid megah dan menjadi salah satu masjid
terbesar di Eropa, lengkap dengan segala fasilitas penunjangnya. Masjid Agung
Roma diresmikan penggunaannya pada tanggal 21 Juni 1995, setelah melalui proses
panjang yang teramat melelahkan selama 20 tahun, dihitung sejak tahun 1974
ketika pertama kali lahan untuk pembangunan masjid ini diperoleh dari dewan
kota Roma atas lobi lobi intensif Raja Faisal dari Arab Saudi kepada Presiden Giovanni
Leone (presiden Italia ke-6, menjabat tahun 1971-1978).
Kedutaan Besar Italia di Jakarta pernah menggelar
pameran foto tentang Masjid Roma (La Moschea di Roma) ini di Pusat Kebudayaan
Italia (Instituto Italiano di Cultura) Jakarta pada 11 Agustus ~ 19 September
2009 dan di Surabaya 24 Agustus – 14 September 2009 dalam upaya memperkenalkan
arsitektural dan budaya Islam Italia kepada masyarakat Indonesia, mengingat
Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mendanai pembangunan Masjid
tersebut bersama 23 Negara Islam lainnya dengan Saudi Arabia sebagai penyandang
dana terbesar.
Lokasi
dan Alamat Masjid Agung Roma
Mosque of Rome
Viale della Moschea, 85, 00100 Roma, Italia
Masjid Agung Roma berada di utara kota
Roma. Berjarak sekitar 5 kilometer dari inti kota yang paling bersejarah di
kota Roma. Berada di distrik Parioli yang merupakan kawasan bangunan bangunan
apartemen hunian menengah ke atas yang dibangun diantara tahun 1950 hingga
1970-an. Letak persisnya berada di ujung taman Villa Ada Park yang luas yang
terdiri dari gunung Monte Antenne yang sangat lekat dengan legenda masa lalu
terkait dengan sejarah pendirian kota Roma.
Kawasan tempatnya berdiri juga merupakan
bagian dari kawasan bersejarah meskipun cukup jauh dari pusat kota. Villa Ada
Park merupakan tempat tinggal keluarga kerajaan Italia di masa lalu, sedangkan
gunung Monte Antenne dipercaya sebagai lokasi dari kota Sabian para Antenat
yang kemudian ditaklukkan oleh pendiri kota Roma, Romulus.
Dengan posisi 45
derajat terlihat bangunan masjid ini secara utuh dari ketinggian “mata di
udara”
Sejarah Islam di Roma
Sentuhan Awal Roma dan Islam
Kebesaran kekaisaran Romawi telah terdengar hingga ke
semenanjung Arabia di zaman Rolullullah. Imam Tirmizi mengetengahkan sebuah
hadis melalui Abu Said yang menceritakan, bahwa ketika perang Badar meletus
orang-orang Romawi mengalami kemenangan atas orang-orang Persia. Maka hal itu
membuat takjub orang-orang Mukmin, hal tersebut yang kemudian menjadi sebab
musabab turunnya surah Ar-Rum Ayat 1 ~ 5. 1.
“Alif
Laam Miim, Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka
sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah
urusan sebelum dan sesudah (mereka menang). Dan di hari (kemenangan bangsa
Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah.
Dia menolong siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Dialah Yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang”.(QS 30 :1-5)
Interior Masjid Agung Roma – Italia |
Sejarah mencatat bahwa pasukan islam dibawah pimpinan
halifah Abu Bakr Ash-Shiddiq, pernah melakukan perang dengan kerajaan Romawi,
menaklukkan wilayah Romawi di negeri
Syam (kini Suriah dan sekitarnya). Disinilah kelihaian Khalid bin Al-Walid
terlihat dalam membuat strategi perang sehingga memenangkan peperangan,
mengalahkan pasukan kerajaan Romawi yang berjumlah 240 ribu personel
Sedangkan masuknya islam, menguasai kepulauan Sisilia
sampai ekspedisi ke Italia utara pada abad ke 8. Bahkan sampai ke kota Roma,
terjadi saat pasukan muslim dari Afrika utara. Sayangnya invasi pasukan Muslim
ini kurang intensif. Sehingga daratan Italia lepas dari tangan pasukan muslim.
Pada tahun 1300 merupakan kehancuran benteng pertahanan Islam terakhir di
Lucera, Puglia, sehinga Islam hampir tidak ada lagi di Italia sejak zaman
penggabungan negara di tahun 1861 hingga tahun 1970-an.
Tapi pengaruh Islam di pulau Sisilia dan Italia
terlihat dengan peninggalan berupa Bangunan dan benteng peninggalan pasukan
muslim di Italia masih berdiri dan sekarang menjadi tempat pariwisata.
Kontribusi Islam saat itu bagi kebudayaan Eropa berupa ilmu pengetahuan, seni,
sastra, arsitektur dan ilmu pengetahuan lainnya bahkan mempengaruhi pemikiran
bangsa Eropa di jaman renaissance yang bermula di negara ini.
Islam kembali ke Roma
900 tahun kemudian, Islam kembali ke Roma dan Italia, dibawa
oleh para pekerja, pedagang, pelajar dan mahasiswa yang berimigrasi kesana.
Sebagian besar dari mereka adalah imigran dari Afrika utara, Albania, Bosnia,
Turki, Arab dan dari negara Islam lainnya. Kebanyakan mereka tinggal di pulau
Sisilia, Roma, Milan, Turin dan kota-kota besar lainnya. Bahkan Gelombang
imigran muslim pun terus bertambah dan mereka berbaur dengan masyarakat
setempat.
Masjid dan Musholla bertumbuhan, organisasi Islam bermunculan
dengan sekolah Islam dan toko makanan halal mulai banyak berdiri. Jumlah Masjid
bertambah dari 16 menjadi 400 buah lebih hanya dalam jangka waktu 16 tahun.
Syiar Islam pun menyebar dengan pesat. Hanya dalam beberapa tahun saja jumlah
pemeluk Islam di Italia meningkat sampai dua kali lipat. Sangat mengejutkan
karena ternyata Islam dapat tumbuh dengan sangat pesat di negara yang sangat
Katolik ini. Dan sekarang Islam adalah agama terbesar kedua di Italia.
Sejarah
Masjid Agung Roma
Sebagaimana disebutkan dalam laporan ahir arsitek
sekaligus konsultan pembangunan Masjid Agung Roma, Sami Maosawi untuk Aga Khan
Award for Architecture pada tanggal 6 Januari 1998, pembangunan Masjid Agung
Roma merupakan sebuah tantangan tersendiri bagi muslim Roma begitupun bagi para
pembangunnya, mengingat signifikansi sejarah kota Roma hingga menyangkut
masalah sosial dan politik disana, menjadikan pembangunan masjid ini menyita
begitu banyak perhatian dari berbagai pihak baik yang pro maupun konta.
Sebelum masjid Roma dibangun, komunitas muslim di Kota
Roma melaksanakan aktivitas sholat berjama’ah di gedung gedung apartemen sewaan
untuk termasuk untuk kegiatan kegiatan budaya. Sebuah cerita yang berkembang di
tengah masyarakat dalam periode 1920-an ketika Mussolini di tanyakan tentang
kemungkinan untuk membangun masjid di kota Roma, Mussolini yang memang biangnya
rasisme itu menjawab “bila mereka mengizinkan saya membangun gereja di kota
Mekah, maka saya akan setuju (mereka membangun masjid di kota Roma)”.
Menlu Italia Gianfranco Fini (kiri)
disambut oleh tokoh muslim
saat beliau mengunjungi Masjid
Agung Roma 18/2/2006
|
Keinginan untuk membangun masjid di kota Roma semakin
menguat di tahun 1972. Duta besar dan perwakilan berbagai negara islam di Italia
bersama sama dengan perwakilan komunitas muslim setempat melakukan pendekatan
kepada presiden Italia bagi pembangunan Masjid Agung Roma / Centro Islamico
Culturale d’Italia di kota tua Roma. Tujuan utama dari pembangunan pusat
kebudayaan Islam tersebut juga dimaksudkan sebagai sarana bagi forum dialog
internasional yang menjembatani Islam dengan dunia barat.
Di tahun 1975, atas nama pemerintah Italia, dewan kota
Roma menghibahkan lahan seluas 30 ribu meter persegi bagi pembangunan Masjid
dan Pusat kebudayaan Islam kota Roma. Lahan tersebut berlokasi di kaki gunung
Antenne berbatasan dengan jalur kereta api di salah satu sisi lahannya dan ruas
jalan Via G Pezzana di sisi lain nya. Di tahun yang sama Dewan direktur Pusat
Kebudayaan Islam menyelenggarakan Kompetisi Internasional bekerjasama dengan
dewan juri yang memiliki pengalaman internasional terkait Arsitektur dan budaya
Islam. Dari 42 peserta kompetisi tersebut terpilih hasil rancangan Arsitek Irak
Sami Mousawi dan Firma Arsitek milik Paolo Porotgeshi / Vittorio Gigliotti.
Dewan Direktur kemudian meminta kedua firma Arsitek
tersebut untuk bekerjasama merancang merancang proyek pembangunan Masjid Agung
dan Pusat Kebudayan Islam Roma. Hasil rancangan kedua firma arsitek kawakan
tersebut disetujui oleh Dewan Direktur Pusat Kebudayaan Islam pada bulan
Oktober 1976. Di bulan Februari 1979 rancangan ahir masjid tersebut disetujui
oleh dewan kota Roma dengan berbagai perubahan termasuk mengurangi luasan ruang
sholat utama, mengurangi ukuran kubah utama yang ahirnya dibuat sebuah kubah
utama yang dikelilingi rangkaian kubah kubah kecil.
Kepala Rabi kota Roma
Riccardo Shmuel Di Segni
dalam sebuah kunjungan
ke Masjid Agung Roma
13/03/2006
|
Paolo Portoghessi/vittorio Gigliotti ditunjuk ulang
sebagai pengawas pelaksanaan pembangunan sedangkan Sami Maosawi bertindak
sebagai konsultan. Keseluruhan proses pembangunan selesai dilaksanakan pada
bulan Januari 1995. Keseluruhan proyek pembangunan tersebut menghabiskan dana
sebesar L 59 Milyar Lira Italia atau sekitar L 3 juta Lira untuk setiap meter
perseginya.
Keseluruhan dana pembangunan tersebut ditanggung
bersama 24 negara Islam yaitu : Algeria, Uni Emirat Arab, Bahrain, Bangladesh,
Brunei, Mesir, Indonesia, Iraq, Jordania, Kuwait, Libya, Malaysia, Mauritania,
Maroko, Oman, Pakistan, Qatar, Saudi Arabia, Senegal, Sudan, Tunisia, Turki, dan
Yemen. Saudi Arabia memberikan kontribusi terbesar bagi pendanaan proyek
pembangunan tersebut. Upacara peresmian dilaksanakan pada 23 Muhharam 1416 H
atau bertepatan dengan tanggal 21 Juni 1995 dihadiri oleh Presiden Italia Oscar
Luigi Scalfaro, ummat Islam dan tokoh masyarakat Roma, serta perwakilan negara
negara Islam yang ada di Italia.
Arsitektural Masjid Agung Roma
Hasil rancangan ahir Pusat Kebudayaan Islam tersebut
terdiri dari sebuah komplek bangunan lengkap dengan Masjid Jami’ yang di
rancang berdiri sepanjang sisi ruas jalan Via G. Pezzana dengan daya tampung 2500
jemaah. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas lengkap sebagai Pusat Kebudayaan
Islam termasuk didalamnya ruang sholat kecil untuk keperluan sehari hari,
perpustakaan berisikan buku buku Islam, auditorium berkapasitas 400 tempat
duduk, ruang pameran, ruang resepsi, ruang konfrensi serta ruang administrasi.
Keseluruhan Fasilitas Pusat Kebudayaan Islam ini
dibangun berupa bangunan gedung memanjang dua lajur di belakang bangunan masjid
menghasilkan garis latar horizontal antara masjid Gunung Monte Antenne. Dua
garis tersebut kemudian menumpuk untuk mengakomodir sisi sisi lengkungan kubah
dan bangunan masjid, dan di lengkapi dengan halaman tengah diantara keduanya.
Sisa lahannya yang luas di gunakan sebagai lahan parkir dan area taman yang
kemudian juga ditanami dengan 100 batang pohon Pinus Roma yang di budidayakan
dewan kota Roma dari Gunung Monte Antenne.
Sitem pencahayaan alami di dalam masjid agung Roma menjadi salah satu nafas rancangan Porttogeshi dan Sami Masauwi
|
Berbagai teknik pengerjaan bangunan di aplikan dalam
pembangunan komplek Masjid Agung ini termasuk terknik teknik yang biasa
digunakan dalam pembangunan Mausoleom Romawi dan bagian dari Antonio da
Sangello di Istana Farnese dan Oratorio di S. Filippo O Neri oleh Borromini,
teknik ini dipilih karena keterikatan sejararahnya dengan kota Roma, begitu
pula dengan tampilan elegan nya. Garis garis tegas melintang pada jendela dan
atap atap yang mengerucut melengkapi intergrasi kontekstual keseluruhan komplek
pusat kebudayaan Islam ini.
Bangunan masjid yang menjadi focal point dari komplek
ini dibangun berdenah segi empat sebagai sebuah aula besar dengan kubah utama,
dengan beberapa lorong dan pekarangan luar yang digunakan sebagai penghubung
antara ruang sholat utama dengan aktivitas kebudayaan di sekitarnya. Dalam
sebuah simposium tentang arsitektural Italia terkini yang diselenggarakan di
London pada tahun 1991, Potoghesi menjelaskan konsep tak biasa yang dipakainya
dalam merancanga pilar pilar di Masjid Agung Roma.
Portoghesi merasa bahwa tak ada simbol lain yang
teramat kuat untuk dapat mengekspresikan integritas keberagaman Islam selain
menyimbolkannya dalam bentuk batang pohon, dahan, cabang serta dedaunan pepohonan.
Sebagaimana islam yang ada di berbagai negara di belahan bumi manapun dengan
segala macam keberagamannya namun tetap satu sebagai satu kesatuan.
Rangkaian pilar di dalam Masjid Agung Roma ini seolah
olah sebagai deretan pohon pohon kurma dengan pelepah pelepahnya yang menjulur
lalu daun daunnya yang kemudian membentuk sebuah kanopi melindungi bagian
bawahnya dari sinar matahari. Rangkuman dedaunan yang membetuk kanopi tersebut
menyatu menjadi sebuah kubah besar yang kemudian di bangun dengan teknik yang
sama dengan pembangunan sebuah teknik pembangunan gedung gedung zaman Romawi
Kuno.
Beberapa penulis bahkan mengasosiasikan rancangan
pilar pilar di masjid ini sebagai tangan tangan yang sedang menengadah ke atas.
Bila diperhatikan dengan seksama sisi atas pilar pilar tersebut memang terkesan
seperti dua belah tangan yang sedang menengadah ke atas layaknya doa tangan
hamba yang sedang berdoa.
Masjid
Agung Roma Dalam Angka
Luas lahan 29.915 meter persegi
Luas Bangunan : 19.708 meter persegi
Islamic Center : 19.592 meter persegi
Bangunan tambahan : 3.116 meter persegi
Dana Pembangunan : 15 Milyar Lira Italia
Kapasitas Ruang Sholat Utama : 2000 Jemaah
Kapasitas Ruang Sholat khusus wanita : 500 jema’ah
Kapasitas Ruang Konfrensi : 400 tempat duduk
Kapasitas Raung Banquet : 250 orang
Kapasitas Ruang Mushola : 150 jemaah
Aktivitas Masjid Agung Roma
Rangkaian interior di bawah kubah utama Masjid Agung Roma yang membentuk bintang segi delapan ini yang kemudian dijadikan Logo Masjid Agung Roma |
Komplek masjid dan Islamic Cultural
Center Roma ini memang sengaja drancang bagi muslim kota Roma dari berbagai
latar belakang. Pada saat dibangun komplek ini disediakan bagi muslim disana
yang diperkiarakan mencapai 20 ribu jiwa namun sayangnya tidak ada angka akurat
terkait jumlah muslim disana, namun yang sudah terjadi di tiap pelaksanaan
sholat hari Raya di komplek ini dihari oleh lebih dari 15 ribu jemaah hingga
sholat terpaksa dilaksanakan dalam tiga gelombang.
Sekelompok kecil komunitas muslim kota
Roma termasuk korp diplomatic dan para perwakilan Negara Negara sahabat untuk
Italia dan Vatikan. Setidaknya adalah 23 negara yang turut ambil bagian dalam
pendanaan pembangunan masjid ini. duta besar Negara negar Islam menempati 11
dari 13 kursi dewan administrasi Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam tersebut,
dan dua kursi sekretaris Jenderal dijabat oleh perwakilan Persatuan Mahasiswa
Muslim di Italia.
Kelompok muslim kedua yang tak kalah
penting adalah terdiri dari para mahasiswa dari berbagai Negara Islam yang
sedang menuntut ilmu di Italia, sedangkan kelompok ketiga adalah para pekerja
muslim dari berbagai Negara Islam yang bekerja di Kota Roma. Rata rata mereka
berpenghasilan rendah datang dari Maroko, Mesir, Senegal, Bangladesh, Albania
dan Bosnia-Herzegovina. Dengan mempertimbangkan kelompok muslim kedua dan
ketiga ini yang memiliki jumlah paling banyak, sangat jelas bahwa jemaah yang
datang ke Masjid Agung Roma paling banyak dari kaum muda muslim kota Roma.
Sebagai tambahan bahwa pusat
kebudayaan Islam dan Masjid Agung Roma telah menjadi sebuah etalase yang
dengannya warga kota Roma dapat mengerti dan memahami atau setidaknya
mendapatkan imformasi tentang Islam sebagai sebuah agama dan Peradaban. Masjid
dan Pusat Kebudayaan Roma terbuka untuk kunjungan umum dua kali dalam sepekan
dengan tingkat kunjungan mencapai dua ribu hingga tiga ribu pengunjung
perbulan. Komplek ini juga telah menjadi salah satu tujuan wisata penting kota
Roma dan sudah dimasukkan dalam peta panduan Wisata resmi kota Roma seperti
pada the Michelin Tourist Guide.
Sebagian penulis menyebut bentuk atas pilar di masjid Agung Roma ini sebagai simbolisasi tangan tangan hamda Allah yang sedang menengadah |
Sambutan Warga Setempat
Pada mulanya warga kelas menengah ke
atas pemukim di sekitar lokasi masjid Agung Roma, menolak dengan keras
kehadiran pusat Islam ini di lingkungan mereka,namun seiring dengan berjalannya
waktu warga setempat kini tidak saja telah menerima dengan baik kehadiran
Masjid disana namun juga telah berkembang menjadi sebuah rasa kebanggaan baru
atas kehadirannya. Sebagaimana dimuat dalam majalah lokal Parioli Pocket terbitan 15 Oktober 1992 mempublikasikan artikel
yang sangat positif terkait keberadaan Masjid dan Pusat Kebudayaan Islam di
lingkungan mereka. Dan faktanya bahwa Masjid Agung Roma telah menjadi salah
satu monument utama yang pernah dibangun di kota Roma selama kurun waktu
beberapa dekade ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA