Masjid Agung Lisabon / Mesquita Central de Lisboa. |
Masjid Agung
Lisabon atau Mesquita Central de Lisboa atau Lisbon Central Mosque, adalah
masjid agung di kota Lisabon, Ibukota Portugal. Masjid Agung Lisabon merupakan
satu satunya masjid di kota Lisabon dan menjadi masjid utama bagi komunitas
muslim Portugal. Masjid Agung Lisabon diresmikan penggunaanya di tahun 1985
lalu. Masjid megah ini merupakan hasil rancangan dari arsitek António Maria Braga dan João Paulo Conceição. Tampilan
luarnya sangat menonjol dibandingkan dengan bangunan lain disekitarnya. Sebagai
sebuah masjid lengkap dengan kubah dan menara. Dibagian dalamnya selain ruang
sholat utama juga dilengkapi dengan aula dan auditorium.
Lokasi masjid
ini berdiri berada di sebuah bukit di kota Lisbon di kawasan strategis tempat
berdirinya hotel hotel terkenal, gedung gedung perkantoran dan perumahan. Dari
kejauhan kubah dan menaranya menyembul diantara gedung gedung tinggi
disekitarnya. Bangunan mesjid terlihat megah dari luar. Bagian luarnya terbuat
dari batu bata merah, dengan ornamen (kubah, gerbang, hiasan) lain berwarna
hijau. masuk ke dalam. tempat sholat laki-laki di lantai atas dan perempuan di lantai
atas. cukup bagus di bagian dalamnya. Ada tempat menyimpan sepatu. Lampu tempat
sholat menyala otomatis ketika mendekat.
Cara tercepat menuju masjid Agung Lisabon dari pusat kota adalah kesana adalah naik metro. Turun di halte Praca de Espanha. Bila tak punya tiket metro, bisa menggunakan angkutan alternatif menggunakan bus kota. Letak mesjid tak jauh dari viaduk, saluran air legendaris Lisbon. Keduanya searah, dari stasiun kereta api Campolide ada bus nomor 756 ke arah mesjid.
Lokasi dan Alamat Masjid Agung Lisabon
Masjid Agung Lisabon
Mesquita Central de Lisboa
R. Mesquita 2, 1070-238 Lisboa, Portugal
Mesquita Central de Lisboa
R. Mesquita 2, 1070-238 Lisboa, Portugal
Arsitektural Masjid Agung Lisabon
Masjid Agung
Lisabon dibangun dan dikelola oleh Comunidade Islamica de Lisboa.
Masjid empat lantai ditambah dengan lantai basement ini terbagi menjadi tiga
bagian utama yaitu : Ruang Sholat utama, Pelataran Tengah dan Perpustakaan. Ruang
sholat utama untuk jemaah pria seluas 1393m2 mampu menampung 750 jemaah, dan
ruang sholat wanita seluas 1053 mampu menampung 200 jemaah, masing masing diletakkan
di lantai tiga dan empat.
Dinding dan
pilar di ruang sholat utama di lapis dengan material material bewarna cerah
seperti batu pualam, keramik bangunan
dan bata. Beberapa bagian temboknya di plester semen biasa. Ruang sholat utama
berada di bawah Kubah besar yang menghias atap masjid sedangkan lantainya di
lapis dengan hamparan karpet tebal.
Masjid ini
tidak dilengkapi dengan perangkat AC ataupun peralatan ventilasi mekanis. Tata
suara di dalam masjid menggunakan empat loudspeaker di masing masing pojok
ruang utama, delapan speaker lebih kecil dipasang di kubah, dan empat lagi
dipasangkan di masing masing pojok
ruangan agak ke atas.
Masjid Agung Lisabon. |
Masjid ini
berada di daerah yang cukup bising karena arus lalu lintas yang padat ditambah
lagi dengan dilintasi oleh jalur penerbangan yang melintas hampir setiap tiga
menit. Karenanya rancangan masjid inipun dibuat sedemikan rupa untuk meredam
kebisingan sekitarnya.
Islam di Portugal
Islam
Pernah 'Menguasai' Portugal Bila ditarik lebih ke belakang, Islam dan Portugal
sebenarnya memiliki sejarah yang panjang. Dan, sejarah itu berkaitan erat
dengan penguasaan kaum Muslimin di Andalusia antara abad 7 dan 8 M. Situs
wikipedia menyebutkan, tentara Islam pernah menaklukkan Portugal di bawah
pimpinan panglima Musa bin Nashir. Kaum Muslim kemudian menyebut wilayah itu al
Garb al Andalus (Andalusia Barat).
gerbang serambi Masjid Agung Lisabon.
|
Penguasaan
ini diteruskan oleh Abdul Aziz, putra Musa bin Nashir. Di bawah kendalinya,
tentara Islam secara bertahap menaklukkan kawasan yang lebih luas sehingga
Portugal takluk. Menurut situs historymedren, wilayah itu lantas dibagi dua
oleh tentara Islam, yakni yang berada di sepanjang Sungai Duoro dan Sungai
Tagus. Kawasan di Sungai Duoro beriklim dingin serta sulit membuka lahan
perkebunan, dan ini tidak disukai kaum Muslim. Ini berbeda dengan wilayah
Sungai Targus yang suhunya lebih hangat serta tanahnya subur.
Kaum
Muslim kemudian mengonsentrasikan keberadaan mereka di sini dan selanjutnya
'menghidupkan' kota-kota yang ada. Sebagian penduduk setempat pun beralih ke
agama Islam. Dan, oleh pemerintah kekhalifahan, beberapa tokoh masyarakat (yang
menjadi mualaf) diangkat menduduki jabatan di tingkat lokal. Meski demikian,
kaum Muslimin tetap memberikan kebebasan bagi penduduk yang beragama
non-Muslim. Orang-orang Yahudi tidak diusik, bahkan diberikan peranan penting
pada sektor perdagangan dan ekonomi.
Masjid Agung Lisabon dengan dua kubah dan menaranya yang unik dengan tangga luar yang melingkar sebagaimana tangga pada Masjid Agung Samara, Irak. |
Berangsur,
wilayah al Garb al Andalus tumbuh dengan pesat di berbagai bidang.
Sekolah-sekolah yang mempelajari ilmu pengetahuan umum dan agama banyak
didirikan, ladang pertanian memberikan panen memuaskan, irigasi dibangun di
banyak tempat dan sebagainya. Pendek kata, kemakmuran tercipta. Tak hanya itu,
umat Islam juga mengenalkan seni arsitektur dan kaligrafi yang bernilai tinggi,
dan hal tersebut diterapkan pada sejumlah bangunan.
Bahasa
Arab digunakan dalam komunikasi sehari-hari, baik di kota maupun di desa.
Sejarawan termuka, Al Idrisi, mengisahkan, ketika itu penduduk Kota Selpa yang
non-Muslim sekalipun, berbicara dengan bahasa Arab. ''Pengaruh itu masih bisa dirasakan
hingga kini, di mana terdapat sekitar 600 kosakata Arab yang diadopsi ke dalam
bahasa Portugis,'' urai situs historymedren .
salah satu kubah masjid ini menggunakan atap transfaran sehingga sinar matahari menembus masuk ke ruang dalam. sedangkan pada ujung menaranya di hias dengan ornamen kaligrapi geometris Allahuakbar. |
Selama
250 tahun situasi kondusif berlangsung. Sampai memasuki paruh abad ke-11, para
penguasa lokal yang merasa sejahtera, tidak lagi setia kepada kekhalifahan.
Mereka membentuk raja-raja kecil, seperti di Badajoz, Merida, Lisbon, dan
Evora. Perpecahan terjadi. Situasi tersebut membuka peluang bagi kaum Visigoth
Kristen yang selama ini hidup di kawasan pegunungan untuk berkonsolidasi.
Mereka lantas melakukan ofensif dan berlanjut hingga lepasnya kekuasaan Islam
di Andalusia.
Masuknya Kembali Islam ke Portugal
Portugal
atau Portugis dikenal secara luas di buku buku sejarah Nasional
Indonesia sebagai salah satu negara kolonial yang pernah menguasai sebagian
dari wilayah Nusantara di masa lalu. Selain wilayah Nusantara, Portugal juga
pernah menjajah beberapa negara di bagian bumi yang lain. Ketika masa
kolonialisme berahir, Portugal
memiliki kedekatan dengan
negara-negara bekas jajahannya.
Banyak penduduk negara jajahan yang bermigrasi ke Portugal, dengan membawa
serta tradisi, identitas, maupun agama yang mereka anut. Portugal pun menjelma
menjadi negara multietnis dan multiagama. Terdapat komunitas warga Afrika,
Amerika Latin, hingga Asia di sana. Pun halnya dengan agama, ada pemeluk Hindu,
Buddha, Sikh, Yahudi, serta Islam.
interior masjid Agung Lisabon dengan Jemaah yang memadati ruang utamanya. |
Islam di Portugal Saat ini
Jumlah
umat Muslim diperkirakan mencapai 30 ribu jiwa. Mereka berasal dari berbagai
etnis, terutama dari Mozambik, Kenya, Makao, Pulau Goa di India, bagian timur
Indonesia, dan keturunan orang-orang Muslim India. Tak ketinggalan kaum
Muslimin yang datang dari Afrika Barat dan Timur Tengah, seperti Mesir, Maroko,
dan Aljazair. Ada pula para mualaf Portugal walaupun jumlahnya tidak terlampau
banyak. Kedatangan imigran Muslim ke Portugal mulai berlangsung selepas Perang
Dunia II.
Portugal merupakan negara sekuler. Seperti
halnya di banyak negara Eropa, mereka memisahkan
secara tegas aspek keagamaan dengan pemerintahan. Meski begitu, negara tetap memberikan perhatian terhadap
kehidupan agama dan hubungan antarumat beragama.
Ada dua aturan pokok yang berlaku: Pertama, perjanjian khusus ( concordata ) tahun 1940 dengan Keuskupan Roma. Hal
itu terkait mayoritas penduduk (84,5 persen) menganut agama Katolik Roma. Kedua, undang-undang
kebebasan beragama. Diterbitkan sejak
2001, peraturan itu bertujuan memberikan pengakuan serta hak-hak umat agama
lain yang selama ini
tinggal di Portugal.
Masjid Agung Lisabon dari Kejauhan. bentuknya begitu mencolok dibandingkan dengan bangunan disekitarnya. |
Periode
tahun 80 sampai 90-an bisa dikatakan menjadi masa-masa penuh harmoni dalam
kehidupan masyarakat di Portugal. Umat Islam dan umat agama lain bisa
melaksanakan peribadatan dengan leluasa. Masjid, mushala, dan sekolah Islam pun
banyak didirikan.
Portugal
lantas memiliki dua masjid jami dan 17 mushala, sebagian besar terletak di
Lisabon, Coimbra, Filado, Evoradi, dan Porto. Sekolah Dar al-Ulum al-Islamiyyah
melengkapi sarana pendidikan di Lisabon. Sekolah ini setingkat dengan sekolah
menengah pertama dan menengah atas. Di samping itu, sejumlah masjid dan mushala
turut membuka kelas halaqah tahfiz Alquran al-Karim, bahasa Arab, dan ilmu-ilmu
Islam. Kaum Muslim juga menerbitkan sejumlah jurnal berbahasa Portugal dan
berbahasa Arab seperti majalah Islam.
plakat pembangunan Msjid Agung Portugal. |
Berdirinya Masjid Agung Lisabon
Momen
penting bagi muslim Portugal terjadi pada 1968, yakni untuk pertama kalinya didirikan
sebuah lembaga Islam di Lisabon bernama al-Jamaah
al-Islamiyyah lilisybunah. Melalui lembaga ini, berbagai aktivitas
keagamaan umat dapat dikoordinasikan sehingga lebih terarah. Selain itu,
lembaga tersebut juga menjadi bukti eksistensi umat semakin diakui. Seiring
makin meningkatnya arus imigran Muslim ke negara ini di era tahun 70-an,
pemerintah bersedia memberikan sebidang tanah di ibu kota Lisabon untuk
dimanfaatkan membangun masjid dan Islamic Center. Butuh waktu untuk
menyelesaikan pembangunan masjid yang cukup besar dan representatif.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA