Masjid Agung Makhachkala,
Republik Dagestan, Federasi Rusia. |
Makhachkala adalah nama kota yang merupakan ibukota
Republik Dagestan. Republik di wilayah pegunungan Kaukasus di tepian Laut
Kaspia, berbatasan langsung dengan Republik Chechnya, Georgia, Kalmykia dan
Azerbaijan. Republik Dagestan merupakan salah satu Republik Otonom (Negara
bagian) dari Republik Federasi Russia, dengan penduduknya mayoritas beragama
Islam.
Masjid Agung Makhachkala atau The Grand Mosque in Makhachkala atau Yusuf Bei Cami atau Central
Jum`a Mosque, merupakan masjid utama di Republik Dagestan yang dibangun dengan meniru
bentuk Masjid Sultan
Ahmed di
Istanbul, Turki. Pembangunannya
pun didanai oleh Pemerintah Turki. Masjid Agung makhachkala selesai dibangun tahun
1996 dan diresmikan penggunaannya tahun 1998.
Masjid Agung Makhachkala dari kejauhan. |
Masjid Agung Makhachkala merupakan salah satu masjid terbesar
di Eropa dan Kaukasus dengan daya tampung mencapai 17 ribu jemaah sekaligus,
lebih besar dari Masjid Akhmad Kadyrov di kota Grozny, Republik Chechnya yang
juga juga berada di kawasan Kaukasus, dan juga dibangun dalam gaya Turki dengan
daya tampung 10 ribu jemaah, dan diresmikan tahun 2008 lalu.
Lokasi Masjid Agung Makhachkala
Masjid Jami Makhachkala
Центральная Джума-мечеть
Ulitsa Dakhadayeva, 136, Makhachkala, Republic of Dagestan, Rusia, 367015
Центральная Джума-мечеть
Ulitsa Dakhadayeva, 136, Makhachkala, Republic of Dagestan, Rusia, 367015
Mengenal Republik Dagestan
Dagestan secara tradisional merupakan wilayah
berpenduduk muslim. Wilayah ini secara silih berganti penguasa dari Sasanit di
abad ke 5, lalu jatuh ke kekuasaan Kristen, pindah tangan ke Persia tahun 664,
lalu menjadi wilayah Islam kemudian lepas ke tangan Mogol tahun 1222 dan 1239,
menyusul kemudian Timur Lang tahun 1389. Lalu menjadi kembali ke Persia tahun
1735 setelah bersekutu dengan Tsar Rusia, namun kemudian di caplok tsar Rusia
tahun 1796.
Pemberontakan Muslim Imamat of Dagestan meletus
melawan Tsar Rusia dipimpin oleh Ghazi Mohammed
(1828–32), lalu Gamzat-bek
(1832–34) and Shamil (1834–59) perang kaukasus ini berahir di tahun 1964 saat Shamil
tertangkap. Dalam perang Rusia – Turki (1877-1878) Dagestan
dan
Chechnya bergabung
dengan Turki untuk bersama sama melawan Kekaisaran Rusia. (Perang di Chechnya
sendiri terus berlanjut hingga abad ke 20).
Masjid Agung
Makhachkala, Republik Dagestan, Federasi Rusia
|
Setelah revolusi Bolshevik,
Khekhalifahan Usmani di Turki memerdekaan Azerbaijan dan Dagestan. Dua wilayah
itu membentuk republik bersama dengan nama Mountainous Republic of the Northern
Caucasus Namun setelah perang selama lebih dari tiga tahun
republik baru itu kalah perang dengan kaum Bolsheviks, dan pada
tanggal 20 Januari 1921 menjadi bagian dari Uni Soviet dengan nama Dagestan Autonomous Soviet
Socialist Republic. Namun Stalin mengabaikan daerah itu, industrialisasi
tak sampai kesana menjadikan republik ini sebagai republik termiskin di Uni
Soviet kala itu.
Di awal tahun 1980-an sebagaimana tetangganya di
Georgia, Azerbaijan dan Chechnya, nasionalisme Dagestan pun bangkit meski tak
stabil sebagai akibat dari kawasan ini memang multi etnis, ditambah lagi
sejarah penyatuan kawasan ini dalam satu bentuk negara terbilang cukup singkat.
Elit politik Dagestan kebanyakan dipegang oleh etnis Avar, Dargin dan Rusia.
Menjadikan kawasan ini sebagai kawasan yang tidak stabil hingga hari ini.
Masjid Agung Makhachkala, Republik
Dagestan, Federasi Rusia.)
|
Gerakan gerakan islam beberapa diantaranya sangat
moderat sementara lainnya membentuk partai partai politik Islam yang kemudian
dilarang oleh pemerintah di awal 1980-an. Uni Soviet bubar pada 26
Desember 1991. Tahun 1999 Dagestan sempat di invasi oleh Chechnya di bawah
pimpinan Shamil
Basayev dan Ibnu Al-Khattab, dalam usaha
mendirikan Negara islam Dagestan Merdeka. Namun usaha tersebut kandas setelah
serbuan pasukan Rusia yang datang membebaskan wilayah ini memaksan pasukan
Shamil Bazayev kembali ke Chechnya, sampai kemudian tewas disana dalam serbuan
pasukan Rusia ke Grosny (ibukota Chechnya) di bulan Februari 2000.
Tentang Masjid Makhachkala
Situs resmi masjid
Masjid Makhachkala menyebut masjid megah ini sebagai “Mutiara dari ibu kota
Dagestan”, dan situs tersebut memilih menggunakan nama Central Jami Mosque
untuk menyebut nama masjid ini. Pertama kali dibangun dengan dana dari donasi
dari Turki di tahun 1996 untuk menampung 5000-7000 jemaah. Sampai bulan Mei
1998 perwakilan dari Turki secara formal menjadi Imam di masjid ini. Badan agama
Islam Dagestan secara aktif berhubungan dengan Turki dengan mediasi dari
seorang pensiunan Jenderal Angkatan Darat Turki dan keturunan imigran dagestas,
Mahdi Pasha Sungurov. Bersama saudaranya beliau juga yang menjadi pengawas
lapangan pelaksanaan pembangunan masjid ini.
Jemaah sholat Jum’at
di Masjid Agung Makhachkala.
|
Dalam perkembangannya masjid ini menjadi begitu kecil
untuk dapat menampung membludaknya jamaah terutama di sholat Jum’at, apalagi di
sholat sunnah dua hari raya, Idul Fitri dan Idul Adha. Maka proses rekonstruksi
pun dilaksanakan pada tahun 2004 hingga 2007 dengan dana swadaya jemaah masjid.
Sebagaimana dijelaskan Imam Masjid Agung Makhachkala, Magomedrasul Saaduev, Rekonstruksi
tersebut juga memperbaiki dan menambah fitur disekitar masjid dan mengganti
karpet di dalam masjid ini.
Proses rekonstruksi dilaksanakan sejak tahun 2005
untuk menampung jemaah yang sudah membludak hingga 15000 orang. Pada bulan Juli
2007 perluasan masjid selesai dilaksanakan dengan menghabiskan dana lebih dari
25 juta Rubel Rusia. Dana tersebut digunakan untuk pendanaan proyek, pembelian
material bangunan termasuk membayar gajih pekerja dan pengelola masjid. Tokoh masyarakat
Turki dan para penyumbang dari dalam dan luar negeri turut berkontribusi dalam
proses pendanaan tersebut. Sebagai contoh nya adalah karpet yang terhampar luas
di dalam masjid ini dibeli oleh Muscovite Ziyavdinom Magomedov yang merupakan
saudara dari Magomed Magomedov (senator dari wilayah Smolensk). Beliau bahkan
siap mendanai pembangunan gymnasium bagi mahasiswa islam dan jemaah masjid. Msjid
ini berhasil menggalang dana cukup besar. Dari zakat saja mencapai jutaan Rubel
Rusia.
Kerumunan jamaah di
depan Masjid Agung Makhachkala.
|
Arsitektural Masjid Agung Makhachkala
Pembangunan Masjid Agung Makhachkala ini di rancang
dan di danai oleh pemerintah Turki, wajar bila arsitektural masjid ini seratus
persen bergaya Turki. Turki, sebagai negeri tempat bertahtanya khalifah
Islamiyah terahir itu, memang terkenal dengan keindahan dan kemegahan karya
arsitektur masjid masjid nya yang dibangun dengan gaya yang sangat khas.
Seperti disebutkan di awal tulisan ini bahwa Masjid Agung Makhachkala dibangun
dengan meniru Masjid Sultan
Ahmed di kota Istanbul, Turki.
Bila anda membaca artikel Masjid Akhmad Kadyrov
Grozny, anda akan menemukan bahwa, Masjid Agung Makhachkala bukanlah satu
satunya masjid di kawasan Kaukasus yang dibangun dalam gaya Turki, Masjid
Akhmad Kadyrov di kota Grozny Republik Chechnya itu juga dibangun dengan meniru
masjid megah di Istanbul, Turki.
Arsitektural masjid masjid Turki langsung dapat
dikenali dari bentuk menaranya yang bundar, dibuat seramping rampingnya namun
tinggi menjulang dengan ujung yang lancip, seperti sebatang pensil yang di
didirikan dengan bagian runcingnya menghadap ke atas. Masjid Agung Makhachkala
dilengkapi dengan dua menara tinggi di sisi depan masjid. Atap masjid di
lengkapi dengan kubah utama berukuran besar yang dikelilingi kubah kubah kecil.
Itu ciri kedua arsitektural Masjid bergaya Turki.
Kubah utama Masjid Agung Makhachkala di kelilingi
dengan 56 kubah kubah yang lebih kecil. Di bagian silinder kubah kubah kubahnya
dilengkapi dengan rangkaian ventilasi yang dari kejauhan terlihat seperti
jendela jendela kecil. Selain di kelilingi kubah kubah berukuran lebih kecil
kubah utama juga di apit oleh menara menara yang berukuran kecil. Gaya masjid
berarsitektur Turki merupakan perpaduan gaya bangunan klasik Eropa dengan seni
Islam dan Turki menjadi satu kesatuan baru sebagai arsitektural masjid bergaya
Turki yang memiliki ciri khas nya sendiri.
Menara kembar yang ramping
dengan kubah utama dan kubah kecil bertingkat tingkat menjadi ciri khas Masjid
Agung Makhachkala.
|
Bila masjid asli Indonesia memiliki atap limas
bertingkat tingkat, maka Masjid Agung Makhachkala ini justru atap
berkubahnya yang bertingkat tingkat, menghasilkan susunan kubah yang terlihat
bertumpuk tumpuk. Sisi luar masing masing kubah di tutup dengan panel panel
geometri warna putih susu. Dan tentu saja sudah menjadi ciri khas nya yang
lain, di masing masing ujung kubah paling atas diletakkan lambang bulan sabit
dengan lengkung sempurna menghadap ke atas.
Tembok sisi luar masjid dilapis dengan batu alam.
Bukaan besar berlengkung mendominasi fasad depan masjid, memadukan material
logam dengan kaca warna gelap. Permukaan lantai masjid yang ditinggikan
menambah kesan megah dan kokoh pada bangunan masjid ini. seangkaian anak tangga
mengantar kita ke pintu utama dari halaman depan. Sisi lain masjid ini juga di
warnai dengan jendela jendela kaca berukuran besar khas bangunan Eropa.
Interior Masjid Agung Makhachkala. |
Masuk ke dalam masjid kita akan menjumpai lampu
gantung dalam ukuran sangat menggantung di ruang utama. Lengkungan lengkungan
super besar diantara pilar pilar penyanggah mendominasi interior masjid. Kubah
kubah besar masjid ini yang terlihat megah dari luar, tampak jauh lebih indah
dilihat dari dalam. Bagian bawah kubah di hias dengan lukisan lukisan halus
bentuk bentuk geometris aneka warna. Lukisan kaligrafi bertebaran dalam aneka
bentuk.
Masjid Agung Makhachkala dibangun berlantai dua.
Letaknya yang berada di tengah tengah keramaian kota Makhachkala membuatnya
seakan menyembul diantara bangunan bangunan lain disekitarnya. Dominasi warna
putih dari rangkaian kubahnya ditambah dua menara rampingnya yang tinggi
membuat masjid ini benar benar terlihat kontras dengan bangunan bangunan lain
disekitarnya.
Suasana jelang buka
puasa bersama di depan Masjid Agung Makhachkala |
Tradisi Buka Puasa Bersama
di Masjid Agung Makhachkala
Sudah menjadi tradisi tahunan yang diselenggarakan di
masjid ini. Pengurus masjid menyelenggarakan acara buka puasa bersama (ifthar
Jama’i). Menjelang waktu berbuka puasa halaman masjid ini di penuhi dengan meja
meja makan yang disiapkan untuk jemaah berbuka puasa. Buka puasa di mulai
dengan segelas air, kurma dan buah buahan segar lalu dilanjutkan dengan makan
berat setelah sholat magrib berjamaah.
Acara buka puasa bersama ini rata rata di ikuti oleh
300 an jemaah, dengan sajian buka puasa dan makan malam yang disiapkan oleh
para donatur. Buka puasa ini dihadiri oleh jemaah bersama para pengurus masjid
berikut imam masjid, Imam Muhammad Rasul Saaduev ditambah dengan jemaah
musafir. Buka puasa bersama ini kemudian dilanjutkan dengan sholat tarawih
berjamaah.
Interior Masjid Agung Makhachkala
Interior Masjid Agung
Makhachkala
|
Interior Masjid Agung Makhachkala
|
Interior Masjid Agung Makhachkala |
sendiri di salah satu sudut Masjid Agung Makhachkala
|
Interior Masjid Agung Makhachkala
|
Panorama Masjid Agung Makhachkala
Masjid Agung Makhachkala
|
Masjid Agung Makhachkala
|
Masjid Agung Makhachkala
|
Masjid Agung Makhachkala
|
sangat indah, pengen liat langsung
BalasHapus