Masjid Baitul Mughni |
Berdiri megah di tepian jalan Gatot Subroto, Jakarta, gambar masjid ini seakan akan tercetak pada diding kaca gedung
Menara Global yang terletak di sebelahnya. Posisinya yang tak terlalu jauh
dengan perempatan Kuningan membuatnya sering disebut Masjid Kuningan. Masjid
Baitul Mughni, Jakarta, menempati areal 6.000-an meter persegi di lokasi amat strategis di
Kavling 26 Jalan Gatot Subroto, Kuningan, Jakarta Selatan. Selain terdapat masjid tiga tingkat di komplek
masjid ini juga berdiri megah dua gedung Sekolah Islam
Al-Mughni,
masing-masing lima lantai, Pusat Kajian Hadis, dan
Al-Mughni Islamic Center.
Masjid Baitul Mughni merupakan wakaf dari Guru Mughni, ulama kondang Betawi tahun 1940-an, masjid tiga
lantai ini kii dikepung
pusat perkantoran dan sentra bisnis segitiga emas Jakarta: Gatot Subroto,
Sudirman-Thamrin, dan Rasuna Said. Menara Jamsostek, Gedung Telkom, Hotel
Kartika Chandra, Wisma Argo Manunggal, serta pusat bisnis Mega Kuningan
mengelilingi kompleks Al-Mughni.
Lokasi dan Alamat Masjid Baitul Mughni
Masjid Baitul Mughni
Jl. Gatot Subroto Kav 26
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan, propinsi DKI Jakarta 12930 - Indonesia
Sejarah Masjid Baitul Mughni
Sejarah
Masjid Baitul Mughni dimulai sejak tahun 1901. Ketika itu Guru Mughni baru pulang dari tanah Suci, kembali ke Batavia. Ia membeli lahan dan langsung
mendirikan sebuah masjid kecil berukuran 13 x 13 meter yang pada awal pendiriannya belum memilki nama. Bahan bangunannya
terdiri dari batu bata pada bagian dindingnya, lantainya berubin warna merah
dengan beratapkan genteng. Bentuk masjid itu adalah empat persegi dengan mihrab
di depan sebagai tempat imam memimpin shalat. Meski demikian, jika dibandingkan
dengan bangunan yang ada di wilayah lain saat itu, bangunan masjid ini
tergolong bangunan mewah.
Dengan bertambahnya jumlah jamaah, ukuran masjid ini pun
diperluas, bagian belakangnya ditambah dengan bahan bangunan dari anyaman
bambu. Bagian belakang ini dimanfaatkan sebagai tempat mengaji dan bermalam
bagi murid-murid Guru Mughni yang datang dari tempat tempat yang jauh. Belum ada menara masjid pada
waktu itu. Baru menjelang Guru Mughni wafat dibuat menara. Setelah itu menyusul
renovasi demi renovasi berikutnya. satu-satunya peninggalan masjid lamanya ya
pilar masjid bekas
tiang penyangga masjid di sebelah dalam.
Sejak pertama pendiriannya, Masjid Baitul Mughni berfungsi tak hanya sebagai tempat ibadah namun juga sebagai tempat pendidikan dan penyebaran ilmu-ilmu agama, bahkan saat itu masjid ini juga sebagai pusat informasi Ru’yatul Hilal (penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal) bagi masyarakat Jakarta Selatan. Ketika itu, masjid ini melahirkan seorang tokoh ahli ilmu falak yakni K.H. Abdullah Suhaimi, yang juga menantu Guru Mughni sendiri. Ketika itu bisa dibilang masjid ini merupakan masjid rujukan bagi masjid-masjid kecil di sekitarnya. Seperti untuk menentukan kapan waktunya azan, biasanya masjid-masjid lainnya berpatokan pada masjid ini. Mereka tidak akan azan sebelum mendengar suara azan dari masjid ini.
Seolah berkaca di cermin
|
Sejak pertama pendiriannya, Masjid Baitul Mughni berfungsi tak hanya sebagai tempat ibadah namun juga sebagai tempat pendidikan dan penyebaran ilmu-ilmu agama, bahkan saat itu masjid ini juga sebagai pusat informasi Ru’yatul Hilal (penentuan awal Ramadhan dan awal Syawal) bagi masyarakat Jakarta Selatan. Ketika itu, masjid ini melahirkan seorang tokoh ahli ilmu falak yakni K.H. Abdullah Suhaimi, yang juga menantu Guru Mughni sendiri. Ketika itu bisa dibilang masjid ini merupakan masjid rujukan bagi masjid-masjid kecil di sekitarnya. Seperti untuk menentukan kapan waktunya azan, biasanya masjid-masjid lainnya berpatokan pada masjid ini. Mereka tidak akan azan sebelum mendengar suara azan dari masjid ini.
Mengenal Guru Mughni
Guru Mughni memiliki nama lengkap Abdul Mughni bin
Sanusi bin Ayyub bin Qais. Lahir sekitar tahun 1860 di Kampung Kuningan,
Jakarta dan wafat pada hari Kamis, 5 Jumadil Awwal 1354H, dalam usia 70 tahun.
Beliau merupakan putra bungsu pasangan H. Sanusi dan Hj. Da`iyah binti Jeran.
Saudara kandungnya yang lain adalah Romli, Mahalli dan Ghozali. Keluarganya
merupakan keluarga yang sangat taat dalam menjalankan ajaran agama Islam. Guru
pertamanya adalah Ayah-nya sendiri, H. Sanusi. Selain mengaji kepada ayahnya,
beliau dan kakak-kakaknya juga mengaji kepada H. Jabir.
Kecerdasannya membuat Ayah-nya bertekad mengirim Guru
Mughni belajar ke Makkah pada usia 18 tahun, tahun 1885, beliau sempat kembali
ke tanah air. Namun, karena merasa belum cukup berilmu, beliau kembali lagi
Makkah unuk mengaji selama lima tahun. Keilmuannya yang mendalam, membuat
beliau pernah diminta untuk mengajar di Masjidil Haram bersama ulama Makkah
lainnya.
Menara Masjid tampak dari kejauhan |
Di antara guru-gurunya selama di Makkah antara lain: Syekh Sa`id Al-Babsor (Mufti Makkah), Syekh Abdul Karim Al-Daghostani, Syekh Muhammad Sa`id Al-Yamani, Syekh Umar bin Abi Bakar Al-Bajnid, Syekh Muhammad Ali Al-Maliki, Syekh Achmad Al-Dimyathi, Syekh Sayyid Muhammad Hamid, Syekh Abdul Hamid Al-Qudsi, Syekh Muhammad Mahfuz Al-Teramasi, Syekh Muhammad Muktar Athorid A-Bogori, Syekh Sa`id Utsman Mufti Betawi, Syekh Muhammad Umar Syatho, Syekh Sholeh Bafadhal, Syekh Achmad Khatib Al-Minangkabawi, Syekh Nawawi bin Umar Al-Bantani Al-Jawi.
Setelah 14 Tahun di Makkah, beliau kembali ke Tanah Air.
Dengan kapasitas ilmunya, orang datang berduyun-duyun untuk belajar dan menimba
ilmu darinya. Sejak itulah beliau dikenal dengan panggilan “Guru Mughni”. Dari
beberapa pernikahannya, beliau dikaruniai banyak anak. Namun walaupaun punya
banyak anak, Guru Mughni sangat perhatian terhadap pembentukan kepribadian dan
masa depan semua anak-anaknya. Guru Mughni memiliki visi agar anak dan
keturunannya mengikuti jejaknya untuk menjadi ulama. Karenanya beliau tidak
segan-segan mengirim putra-putrinya untuk bermukim dan menuntut ilmu agama di
kota Makkah walau usia mereka masih muda belia.
Exterior Masjid Baitul Mughni
|
Selain anak-anaknya, cucu-cucunya ada yang menjadi ulama Betawi terkemuka, antara lain, yaitu KH. Abdul Rozak Ma`mun, Dr. KH. Nahrawi Abdus Salam, KH. Abdul Azim AS, KH. Abdul Mu`thi Mahfuz, dan KH. Faruq Sanusi. Selain anak dan cucunya, cicitnya pun, baik yang putri maupun putra, ada yang menjadi ulama Betawi terkemuka, salah satunya adalah Dr. KH. Lutfi Fathullah Mughni,MA yang pada masa kecilnya pernah berguru kepada salah seorang kakeknya, KH. Ali Syibromalisi.
Di halaqah atau majelis taklimnya, Guru Mughni
mengajar ilmu fiqih, tauhid, tafsir, hadits, akhlak, dan bahasa Arab. Untuk
pelajaran fiqh, beliau gunakan kitab Safinah An- Najah untuk tingkat murid dan
kitab Fath Al- Mu`in untuk tingkat guru. Untuk pelajaran tauhid, beliau gunakan
kitab Kifayah Al-Awam. Untuk pelajaran tafsir, beliau gunakan Tafsir Jalalain.
Untuk pelajaran hadits, beliau gunakan kitab Shahih Bukhori dan Shahih Muslim.
Untuk pelajaran akhlak, beliau gunakan kitab Minhaj Al-Abidin. Untuk tata
bahasa Arab, beliau gunakan kitab Alfiyah. Beliau tidak hanya mengajar, beliau
juga menerjemahkan hadits-hadits yang terdapat dalam kitab Syama`il dan
disusunnya dalam satu kitab yang beliau beri judul Taudhih Al-Dala`il fi
Tarjamat Hadits al-Syama`il.
Murid-muridnya yang menjadi ulama Betawi terkemuka di
antaranya adalah Guru Abdul Rachman Pondok Pinang, KH. Mughni Lenteng Agung,
Guru Naim Cipete, KH. Hamim Cipete, KH. Raisin Cipete, Guru Ilyas Karet, Guru
Ismail atau Guru Mael Pendurenan, KH.Abdurrachim dan KH. Abdullah Suhaimi yang
menjadi salah seorang guru dari Syekh. Dr. Ahmad Nahrawi Abdussalam
Al-Indunisi.(JIS)
Aktivitas masjid Baitul Mughni
Selain sebagai tempat Ibadah Masjid Baitul Mughni juga
menyediakan fasilitas pendidikan dari tingkatan Sekolah Dasar hingga Sekolah
Menengah atas dengan nama sekolah Al-Mughni. Selain itu salah satu dari
keturunan Guru Mughni, DR.
Ahmad Lutfi Fathullah, MA, mendirikan sebuah lembaga kajian hadist yang diberi
nama Pusat
Kajian Hadist Al-Mughni lembaga ini menyediakan sebuah perpustakaan
konvensional hingga perpustakaan digital khusus hadist. Berbagai kegiatan di selenggarakan
oleh lembaga ini. klik untuk berkunjung ke Pusat Kajian Hadist Al-Mughni. Selain itu
beliau juga mengelola sebuah situs bertajuk tanyalah al-qur’an.
Sekali dalam setahun di masjid ini diadakan acara haul
Guru Mughni yang begitu ramai dihadiri oleh para jemaah dari berbagai daerah. Jemaah
yang datang memadati masjid ini bahkan sudah hadir sejak sholat subuh dengan
rata rata menggunakan pakaian putih.
Mereka tidak lain adalah jama'ah Masjid Baitul Mughni dan para tamu undangan. Disetiap acara
dihadiri tal kurang dari 1500
orang berbondong-bondong untuk ikut hadir dalam peringatan tahunan jasa-jasa
ulama' betawi ini.
Setelah itu diadakan pengajian rutin bulanan yaitu
Pengajian Bakhtsi wa Tahqiq, yang dihadiri oleh Alim Ulama se-DKI Jakarta. Acara ini diadakan setiap
tahunnya pada bulan Rabi'ul Awwal, di panitiai oleh Pengurus Masjid Baitul
Mughni dan para keturunan Keluarga besar Guru Mughni. Acara ini diadakan
hanyalah sebuah tradisi mengenang jasa-jasa para Alim-Ulama di masa-masa dakwah
zamannya, khususnya Guru Mughni sang Ulama Betawi yang menyebarkan Islam di
Indonesia khususnya di DKI Jakarta. Acara tersebut turut dihadiri
oleh para pejabat pemerintahan termasuk Gubernur DKI Jakarta Bapak Fauzi Bowo, dan da’I da’I
kondanga tanah air seperti Ustadz
Yusuf Mansur, beliau
langsung hadir pada subuh hari, dan memberikan mau'idhahnya kepada jama'ah yang
hadir.
Kepengurusan Masjid Baitul Mughni sampai saat ini
masih dilanjutkan oleh keturunan guru Mughni. Sumber dana Masjid Mughni selama ini
masih menempuh cara konvensional. "Yang utama sumbangan dari jamaah, Jamaah salat dan pengajian
rutin di masjid menyumbang lewat kotak amal. Saat salat Jumat, bisa terkumpul
donasi minimal Rp 1 juta. Ada pula sumbangan lebih besar dari para donatur
insidental dan sejauh
ini, kebutuhan operasional masjid bisa tertangani.
Dengan model konvensional saja, masjid ini mampu
menyediakan rumah sederhana bagi imam salat dan petugas azan, serta menggajinya
secara layak. Kas masjid bahkan sering meminjami bagian pendidikan yayasan yang
mengelola TK, SD, dan SMP Islam terpadu. Lebih-lebih bila dikelola secara
profesional. Pengembangan
unit usaha mulai
disiapkan oleh pengurus masjid Baitul Mughni. di antaranya usaha simpan-pinjam, biro
perjalanan, dan klinik. Kebetulan ada cicit Guru Mughni yang jadi dokter dan
menjadi Kepala Puskesmas Mampang, sekalian ngabdi di yayasan.***
ijin share dan mengambil beberapa gambar masjid nya ya pak Jazakallah khoir
BalasHapusSaya Bangga sekali dan kagum mendengar,bacaa,dan melihat langsung tentang riwayat Engkong uyut sya Guru Mugni dan mesjidnya yang sudah bagus jadi kebanggaan keturunannya dan orang Betawi sekarang..
BalasHapus