Masjid Al-Makmur Tanah Abang, tampak Megah di-usianya yang sudah cukup tua. |
Ada yang tak
kenal Tanah Abang ?, rasa rasanya orang Indonesia sangat mengenal pasar satu
ini setidaknya pernah mendengar keberadaan pusat ritel dan grosir terbesar di
Asia Tenggara ini. Di Kawasan Tanah Abang berdiri sebuah masjid tua yang tak
bisa dilepaskan dengan sejarah Tanah Abang, namanya Masjid Jami' Al-Makmur Tanah Abang.
Masjid tua ini resminya bernama
Masjid Jami' Al-Ma'mur Tanah Abang [sebagaimana tertulis di atas pintu utama masjid] namun lebih dikenal dengan nama Masjid Al-Ma'mur saja, merupakan
salah satu dari belasan
masjid tua yang masih tersisa di Jakarta. Masjid ini dibangun pada tahun 1704
oleh bangsawan Kerajaan Islam Mataram pimpinan KH Muhammad Asyuro.
Kini
masjid yang seumur dengan sejarah keberadaan Tanah Abang ini terkepung oleh hingar bingar pusat
perdagangan Tanah Abang, Di kiri kanan masjid jami ini sudah tidak ditemukan
lagi perumahan penduduk karena hampir seluruh daerah sekitarnya menjadi pusat
kegiatan bisnis. Halaman depan masjid ini bahkan sudah tergerus dalam
arti sebenarnya oleh perkembangan pusat bisnis Tanah Abang, pekarangan depannya
habis dipakai untuk pelebaran jalan dan disesaki oleh para pedagang dan parkir
kendaraan.
Lokasi Masjid Al-Makmur – Tanah
Abang
Masjid Al-Makmur
Jl
KH Mas Mansyur No.6,
Tanah Abang
Jakarta
Pusat, Propinsi DKI Jakarta
Indonesia
Sejarah Masjid Al-Makmur, Tanah Abang
Serangan
Mataram ke Batavia
Puncak dari
kegeraman raja Mataram, Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma
dengan ulah VOC dibawah pimpinan Jenderal Jan Pieterzoen Coen di
Batavia maka, pada tanggal 27
Agustus 1628 pasukan Mataram dipimpin Tumenggung Bahureksa
[bupati Kendal] tiba di Batavia. Pasukan kedua tiba
bulan Oktober dipimpin Pangeran
Mandurareja. Total semuanya adalah 10.000 prajurit. Menyerbu
Batavia dalam gelombang serangan pertama. Perang
besar terjadi di Benteng Holandia. Pasukan Mataram mengalami kehancuran karena
kurang perbekalan.
Sultan
Agung kembali menyerang Batavia untuk kedua kalinya pada tahun berikutnya.
Pasukan pertama dipimpin Adipati
Ukur berangkat pada bulan Mei 1629, sedangkan pasukan kedua dipimpin Adipati Juminah berangkat
bulan Juni. Total semua 14.000 orang prajurit. Kegagalan serangan pertama
diantisipasi dengan cara mendirikan lumbung-lumbung beras tersembunyi di
Karawang dan Cirebon. Namun mata mata VOC
berhasil menemukan dan memusnahkan semuanya, menyebabkan pasukan Mataram kurang
perbekalan, ditambah wabah penyakit malaria dan kolera, sehingga kekuatan
pasukan Mataram sangat lemah ketika mencapai Batavia.
Walaupun
kembali mengalami kekalahan, serangan kedua Sultan Agung ini berhasil
membendung dan mengotori Sungai Ciliwung, yang mengakibatkan wabah kolera
melanda Batavia. Gubernur jenderal VOC, Jenderal Jan Pieterzoen Coen
tewas menjadi korban
wabah tersebut. Di antara anggota
pasukan Mataram tersebut ada yang memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, mereka kemudian menetap di Batavia
menjadi da’i dan
membangun sejumlah masjid, Sedikit banyak, orang-orang Mataram ini memberi
pengaruh pada pembentukan budaya awal masyarakat Betawi. Mulai dari struktur
bahasa, adat istiadat, pakaian sampai nama-nama tempat di sekitar Betawi tempo
dulu.
Sejarah Awal
Masjid Al-Ma’mur – Tanah Abang
Perkembangan
Islam di Batavia ditradisikan juga oleh orang-orang dari Mataram ini. Salah
seorang bangsawan keturunan Kerajaan Mataram yang tercecer dari perang itu,
adalah KH. Muhammad Asyuro.
Muhammad Asyuro
kemudian memilih wilayah Tanah Abang sebagai tempat mukimnya yang baru. di
pemukiman baru tersebut sisa pasukan Mataram ini dibawah pimpinan KH Muhammad Asyura mendirikan
sebuah mushola berukuran
12×8 meter di tahun 1704
Masehi. Keberadaan
langgar ini terus berlanjut sampai ke keturunan KH. Muhammad Asyuro berikutnya. Kedua anak KH Muhammad Asyuro, KH. Abdul Murod Asyuro dan KH. Abdul Somad Asyuro
tercatat menjadi penerus dakwah ayah mereka hingga masuk ke abad 20.
Pada tanggal 30 Agustus 1735
(31 tahun setelah berdirinya Langgar KH. Muhammad Asyuro) Yustinus Vinck seorang tuan tanah Belanda mulai mendirikan pasar di
Tanah Abang yang hanya buka setiap hari Sabtu, karenanya kemudian disebut Pasar
Sabtu, dan saat itu mampu
menyaingi pasar Senen yang sudah lebih maju. Pembangunan
pasar itu memicu percepatan perkembangan kawasan Tanah Abang.
Pembangunan
Besar Besaran
Semakin berkembangnya perkampungan dan
bertambahnya jumlah penduduk sekitar langgar, maka atas inisiatif tokoh
masyarakat Tanah Abang keturunan Arab, Habib Abu bakar bin Muhammad bin Abdurrahman
Al-Habsyi, tahun 1915
langgar diubah menjadi masjid besar 44m x 28m, diatas tanah
wakaf dari Habib Abu
bakar dengan
rancangan dari seorang arsitek Belanda.
Masjid yang dibangun di atas tanah wakaf seluas 1.142 m2, ini kemudian diberi
nama Al-Makmur. Habib Abu Bakar Alhabsyi
adalah salah
seorang pendiri rumah yatim piatu Daarul Aitam di jalan yang sama. Sebagian
besar biaya pembangunan masjid ini yaitu f
35.000 bahkan ditanggung sendiri oleh Habib Abu Bakar.
Dalam badan pengurus Yayasan Misigit Djemat Tanah Abang Al-Mansoer
(1914) selalu terdapat empat anggota keturunan Arab dan tiga orang muslim lain.
Tahun
1932 masjid ini diperluas hingga ke arah utara seluas 508 m2. Perluasan di atas
tanah wakaf Salim Bin Muhammad
bin Thalib itu kemudian ditambah lagi dengan sebidang tanah milik masjid
di bagian belakang seluas 525 m2 di tahun 1953. Jadi luas total masjid ini
sebesar 2.175 m2. Ketika
masih ada kuburan wakaf [kini
jadi rumah susun Tanah Abang],
warga keturunan Arab yang meninggal dunia sebelum dimakamkan terlebih dulu
jenazahnya dishalatkan di Masjid Al-Makmur. Para pedagang dan pembeli di Pasar
Tanah Abang juga menjadikan masjid tua ini sebagai tempat shalat mereka
terutama shalat dzuhur dan ashar.
Interior Masjid Al-Makmur Tanah Abang. |
Arsitektural Masjid Al-Makmur, Tanah Abang
Gaya
bangunan masjid ini menyerupai arsitektur masjid di Timur Tengah, namun dengan
sentuhan yang cukup modern. Bangunan kubah utamanya berwarna hijau dan terlihat
dari segala arah. Kesan klasik juga sangat terasa jika berada didalam masjid
itu. Bentuk kusen pintu dan jendela bergaya arsitektur abad 17, menambah kesan
mendalam jika masjid tersebut mempunyai nilai historis yang tinggi.
Dua
menara pendek mengapit tiga pintu masuk, yang atap bangunannya berbentuk kubah.
Gaya bangunannya menyerupai masjid Timur Tengah. Bangunannya berkubah utama
wama hijau menyolok, terlihat dari segala arah. Kubah, elemen bangunan yang
umum dijumpai pada masjid-masjid Indonesia di Masjid Al Makmur memiliki bentuk
yang unik.
Bagian
bawahnya berbentuk segi empat yang mengecil di bagian atas menyerupai topi
bishop atau kupola. Sedangkan puncak kedua menara yang mengapit kubah utama
berbentuk bawang seperti lazimnya kubah-kubah. Peletakan kubah dan sepasang
menara tersebut menyerupai bentuk arsitektur masjid di Asia Barat di mana pintu
masuk utamanya (iwan) diapit oleh dua menara tinggi. Bangunan masjid Al Makmur
menerima penghargaan Sertifikat-Sadar Pemugaran 1996. Di dalam lingkungan masjid
yang dapat menampung hingga 5.200 jamaah ini terdapat tiga makam yang dikeramatkan, dan
terlihat masih banyak warga yang berziarah ke makam tersebut.
Fauzi Bowo [Gubernur DKI Jakarta] dalam suatu kesempatan
memberikan santunan kepada anak yatim piatu di Masjid Al-Ma’mur Tanah Abang. |
Masjid Al-Makmur, Tanah Abang kini
Bertahan di
gerusan zaman
Masjid yang sangat bersejarah ini, di
depannya tampak kumuh. Terutama oleh para pedagang kaki lima yang mangkal di
depan masjid dan tumpah ruah ke jalan. Sementara mobil dan motor menjadikannya
sebagai tempat parkir saat mereka hendak berbelanja ke pusat-pusat perdagangan
Tanah Abang. Akibat
pengembangan jalan, kini Masjid Al-Makmur hanya menyisakan (habis) beranda
depan dengan tiga gerbang berpilar ramping berbentuk kelopak malati dan
list-plang dengan lima lubang angin serta dua menara berkubah kecil bergaya
mercusuar (dengan jendela dan teras) di kiri kanan bangunan utama. Sementara
pedagang kaki lima kadang-kadang dengan enaknya menjajakan dagangannya di muka
masjid.
Makin
berkembangnya bisnis di Tanah Abang, mengakibatkan Jalan KH Mas Mansyur dan
sekitarnya seperti Kebon Kacang I sampai Kebon Kacang VI kini sudah berubah
fungsi. Sebagian besar rumah telah menjadi tempat pertokoan, ekspedisi, dan
gudang-gudang. Tidak heran kalau harga tanah yang berdekatan dengan Proyek
Pasar Tanah Abang termasuk termahal di Jakarta. Seperti ketika pembangunan
jembatan Metro Tanah Abang, rumah-rumah yang tergusur mendapat ganti rugi Rp 10
juta per m2. Menurut sejumlah warga, harga tanah milik mereka saat ini harganya
Rp 20 juta per meter persegi.
Mimbar Tua di Masjid Al-Makmur Tanah Abang. |
Area Peratarungan
Berebut rezeki
Jarak masjid
Al-Makmur yang hanya seitar 100 meter dari pusat grosir tanah abang sudah dapat
dipastikan lahan di depan masjid ini menggiurkan beberapa pihak untuk mengeduk
keuntungan, akibatnya lahan tersebut menjadi rebutan berbagai pihak yang tak
urung berujung pada bentrokan seperti yang pernah terjadi pada hari rabu
dinihari 21 Maret 2012 lalu ketika dua
kelompok pemuda terlibat bentrokan di Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang,
Jakarta Pusat tepatnya di depan Masjid Al-Makmur ini.
Pemicu
dari keributan, diduga lantaran memperebutkan lapak didepan Masjid tersebut.
Setiap harinya, didepan masjid terdapat puluhan pedagang kaki lama dan parkiran
sepeda motor. Omset dari
pedagang dan parkiran disana tergolong cukup besar, tak ayal lahan tersebut
menjadi rebutan dua kelompok yang masih bertetangga ini. Saat ini polisi dari Polsek Tanah
Abang pada ahirnya harus turun tangan mengehntikan aksi anarkis tersebut dan
berjaga-jaga di lokasi.
Disinggahi
Pimpinan Negara
Sejumlah petinggi negeri pernah menyempatkan
singgah dan sholat di masjid ini. Termasuk
Presiden Soekarno, M
Natsir, KH. Ahmad
Dahlan [pendiri
Muhmmadiyah],
tokoh NU Wahid Hasyim, Presiden Megawati, Wapres Hamzah Haz, Wapres Try
Sutrisno dan presiden SBY saat masih menjabat sebagai Pangdam,
dan tentu saja Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo atau bisa dipanggil Foke.
Interior Masjid Al-Makmur Tanah Abang. |
Selama bulan
suci Ramadhan, pengelola
masjid mempunyai berbagai kegiatan keagamaan. Tujuannya untuk menyemarakkan
Ramadan. Seperti salat
Tarawih berjamaah,
mengundang da'i untuk berceramah. Selain
itu, setiap hari di
masjid ini diadakan acara buka puasa bersama dengan para jamaah. Hampir setiap hari, sejumlah pedagang
Tanah Abang menyumbangkan makanan dan minuman untuk menu berbuka bagi para
jamaah masjid ini maupun para warga yang kebetulan singgah.
Masjid
Masjid disekitar Tanah Abang
Sekedar
informasi, bagi anda yang sedang berkunjung ke Tanah Abang selain Masjid Al-Ma’mur ini di
kawasan ini tersedia masjid masjid lainnya yaitu : Masjid Pasar Tanah Abang (MPTA) masjid besar cukup
mewah di atap lantai 14 Pasar Tanah Abang blok A. Masjid
Al-Ikhlas di Blok G lantai 4. Masjid
di lantai atap di Blok B
dan Masjid Al-Abraar
di Jalan Jati Baru X, di seberang Stasiun Kereta Tanah Abang. Masjid ini berada
di gang yang juga dipenuhi kios pedagang pakaian jadi terutama pakaian muslim
seperti gamis, baju koko, peci, jilbab, dan lainnya.***
tulisannya bagus, bisa menjadi referensi untuk wisata ziarah di Jakarta
BalasHapusok. thank bro
BalasHapusHey there! I realize this is somewhat off-topic however I needed to ask.
BalasHapusDoes operating a well-established blog such as yours take a massive
amount work? I am brand new tto running a blog but
I do write in myy diary everyday. I'd like to start a blog so I can share my experienhce
and views online. Please let me know if you have any ideas or tipss for brand new aspiring blog owners.
Appreciate it!
Wow, wonderful blog layout! How long have you been runnjng
BalasHapusa blog for? you made blogging look easy. The full loook of your web site is wonderful, let alone tthe content!
I do believe all of the ideas you've presented tto
BalasHapusyour post. They're really convincing aand can definktely work.
Still, the posts are too short for starters. Could you please extend them a bit from subsequent
time? Thak you for the post.
Hello, its fastidious article concerning media print, wee all
BalasHapusbe aqare of media is a wonderful soufce of
data.
Wow that was odd. I just wrote an very long comment but after
BalasHapusI clicked submit my comment didn't appear. Grrrr...
well I'm not writing all tat over again. Anyhow, just wanted
to say wonderful blog!