Masjid Agung Dioulasso - Burkina Fasso |
TAK TAMPAK SEPERTI MASJID. TAPI INI BENAR BENAR MASJID, MASJID AGUNG BOBO DIOULASSO DI BURKINA FASO. AFRIKA BARAT. MASJID YANG DIBANGUN DARI LUMPUR.
Republik Burkina Faso salah satu Negara Afrika yang benar benar tidak
familiar bagi telinga kebanyakan orang Indonesia. Negeri ini memang berada
begitu jauh dari Indonesia, di Afrika Barat. Nama ibukota Negara ini pun benar
benar terasa aneh di telinga orang Indonesia ::: Kota Ouagadogou::: di kota
Bobo Dioulasso, kota terbesar kedua di Burkina Faso setelah kota Ouagadogou
terdapat sebuah Masjid Tua yang dibangun dari lumpur khas Afrika, menjadikan
Burkina Faso sebagai salah satu Negara Afrika yang memilki masjid tua sejenis
ini. Kota Bobo Dioulasso. Kota ini berjarak sekitar 360 KM dari kota
Ouagadogou.
Tentang Burkina Faso
Burkina Faso adalah sebuah negara di Afrika Barat yang terkurung daratan
(landlocked). Negara ini berbatasan dengan Mali di sebelah utara; Togo dan
Ghana di selatan; Niger di timur, Benin di tenggara; dan Pantai Gading di barat
daya. Dahulu bernama Upper Volta atau Hulu, Presiden Thomas Sankara mengganti
nama negara ini menjadi 'Burkina Faso' (dalam bahasa Dioula dan More:
"Negara Orang Jujur") pada 4 Agustus 1984. Ibu kota Burkina Faso
adalah Ouagadougou (lafaz: Wagadugu), disebut "Waga" oleh penduduk
setempat.
Pada 1896, kerajaan Mossi dari Ouagadougou menjadi protektorat Prancis.
Pada 1898, bagian utama dari kawasan yang kini menjadi Burkina ditaklukkan.
Pada 1904, daerah-daerah itu bergabung dengan Afrika Timur Prancis dalam koloni
Senegal-Niger Hulu. Penduduknya ikut serta dalam PD I dalam batalion Infantri
Senegal. Pada1 Maret 1919, Edouard Hesling menjadi gubernur pertama di koloni
Volta Hulu yang baru itu. Koloni itu dibongkar pada 5 September 1932, dan
daerahnya dibagi antara Pantai Gading, Mali, dan Niger. Pada 4 September 1947
Volta Hulu diciptakan kembali dari perbatasannya pada 1932. Pada 11 Desember
1958 menjadi republik dan bergabung dengan Masyarakat Prancis-Afrika dan
mendapatkan kemerdekaan pada 5 Agustus 1960.
Burkina Faso Dalam Angka
Burkina Faso memiliki luas daratan 274,200km2 sedikit lebih besar dari
luas propinsi Kalimantan Timur (204,534.34Km2) namun lebih kecil dari propinsi
Papua (319,036.05Km2), berikut beberapa fakta tentang Burkina Faso dalam angka.
Luas wilayah : 274 200 km²
Kepadatan : 44 jiwa/km²
Perbatasan darat : 3.192 km (Mali 1.000 km ; Niger 628 km ; Pantai
Gading 584 km ; Ghana 548 km ; Benin 306 km ; Togo 126 km)
Daerah laut : 0 km
Ketinggian : + 200 m > + 749 m
Kemerdekaan : 5 Agustus 1960 (bekas koloni Prancis)
Penduduk : 13.200.000 jiwa (2005). 0-14 tahun : 47,5%; 15-64 tahun :
49,59%; + 65 tahun : 2,91%
Harapan hidup pria : 46 ans (en 2001)
Harapan hidup wanita : 47 ans (en 2001)
Tingkat pertumbuhan penduduk : 2,68% (2001)
Jalan : 12.506 km (sekitar 2.001 km beraspal) (1996)
Jalur KA : 622 km
Jumlah bandara : 33 (hanya 2 yang beraspal) (2000)
Islam di Burkina Faso
Merujuk kepada Wikipedia penduduk Burkina Faso mayoritas beragama Islam.
Sebagaimana dilansir oleh pemerintah Burkina Faso sebagai hasil sensus penduduk
tahun 2006 ditemukan bahwa 60.5% penduduk Burkina Faso beragama Islam. Sebagian
besar dari muslim Burkina Faso adalah muslim suni dan hanya sangat sedikit yang
berfaham suni. Pemeluk agama lain di Burkina Faso adalah Kristen 23.2%
(Katholik Rhoma 19%, Berbagai aliaran Protestan 4,2%). 15.3% penduduk masih
menganut ajaran kepercayaan tradisional, 0.6% menganut agama lain dan masih ada
0.4% yang tidak beragama sama sekali. Angka angka tersebut juga diamini oleh
situs CIA the world factbook.
Begini suasana didalam masjid lumpur Bobo Dioulasso yang tampak seperti lorong lorong diantara tiang tiang besarnya yang semuanya terbuat dari lumpur. |
Perkembangan Islam di Burkina
Faso
Islam datang ke kawasan Afrika Barat termasuk di dalamnya Republik
Burkina Faso dalam tiga gelombang. Pertama, abad ke-9 ketika
bangsa Berber Afrika Utara menyebarkan Islam ke kerajaan Ghana. Kedua, abad ke-13, ketika kerajaan Mali terbentuk dan
menyebarkan Islam ke seluruh Sabana di Afrika Barat hingga abad ke-18. Terakhir, abad ke-19 ketika seorang pahlawan Muslim asal
Mali, Samore Toure, menyebarkan Islam ke arah selatan Afrika.
Islam masuk ke Burkina Faso pada gelombang kedua melalui berbagai upaya
yang dilakukan oleh warga suku bangsa Fulani, baik dengan cara damai maupun
cara kekerasan - penulis Barat menyebutnya ‘kombinasi perang dan perdagangan’ -
karena pada kenyataannya Mossi sebagai suku terbesar di Burkina Faso memang
sangat gigih mempertahankan kepercayaan animisme hingga abad ke-19. Para pemimpin
ini sangat menentang penyebaran Islam; namun pada akhirnya sebagian besar
mereka memeluk Islam.
Banyak tokoh yang berperan penting dalam pemerintahan dan kemajuan Islam
di Burkina Faso. Yousouf Ouedraogo Menteri Luar Negeri
Burkina Faso, termasuk tokoh yang disegani. Islam makin berjaya di Burkina Faso
ketika terjadi kekisruhan di Pantai Gading pada tahun
2002, karena salah satu tokoh kunci pihak oposisi adalah Allasane Dramane
Ouattara ditengarai masih keturunan bangsa Burkina Faso, dan
beragama Islam serta sangat cerdas. Akibat kisruhan tersebut, sekitar 350.
Burkinabe yang mayoritas muslim lari ke Burkina Faso.
Masjid Agung Bobo Dioulasso, Burkina Faso |
Sekurang-kurangnya ada hal dua yang diperjuangkan oleh umat Islam di
Burkina Faso. Pertama, mengembalikan kejayaan Islam di tingkat pemerintahan
pusat. Kedua, membendung kegiatan misionaris Kristen yang sangat agresif
memurtadkan warga Muslim, antara lain dengan cara mendirikan stasiun radio di
seantero Burkino Faso. Sasaran utama mereka adalah suku Fulani, yang dikenal
sangat taat memegang teguh ajaran Islam.
Lembaga keagamaan di Burkina Faso The Ahlul Barr Society,
mempunyai peran penting untuk membendung kegiatan kristenisasi tersebut.
Beberapa di antaranya adalah EI-Hajj Oumarou Kanazae
seorang pengusaha terkenal, Souleymane Kore, Mamadou Sawaidogu dan Al-Haji
Sakande, tercatat sebagai tokoh Muslim Burkinabe yang aktif mengibarkan kejayaan
Islam di Burkina Faso.
Tentang Kota Bobo Dioulasso
Kota Dioulasso merupakan ibukota kuno Burkina Faso dengan penduduknya
saat ini ada sekitar 300,000 jiwa. Meskipun merupakan kota terbesar kedua di
Burkina Faso kota ini kini menghadapi penurunan ekonomi, namun belakangan ini
mengalami kemajuan pesar dibidang animasi, music dan aneka kerajinan yang hadir
disana. Nama Bobo Dioulasso sendiri bermakna “rumah bagi Jula yang berbicara
dalam bahasa Bobo” sebuah nama yang kemungkinan lahir dari ketidakmampuan
bangsa prancis yang menjajah Burkina Faso dalam menentukan identitas dari
lokasi tersebut yand begitu komplek.
Masjid Masjid Agung Bobo Dioulasso
Masjid Tua Bobo Dioulasso atau dalam bahasa Prancisnya disebut grande
mosquée de Dioulassoba atau Masjid Agung Dioulasso, adalah Masjid kuno ini
bercirikan arsitektural Banco Sudaness. Merupakan warisan dari abad ke 19.
Balok balok kayu masih menjadi andalan untuk membangun masjid di kawasan utara
Burkina Faso hingga wilayah selatan Mali dan Nigeria hingga ke Bani, Bankas
atau Djene di Republik mali. Seperti telah disebutkan dalam artikel sebelumnya
tentang Masjid Agung Djene di Mali, masjid agung Djene merupakan masjid dengan
ukuran terbesar yang pernah dibangun dari bahan lumpur dan batangan batangan
kayu.
Masjid ini dibangun ditengah konflik antara Sya dan Kanedougou. Raja Sya
tidak mampu melakukan serangan terkini sehingga melakukan perundingan dengan
kaum muslimin, dan sebagai imbalannya dia membangun masjid ini. beberapa sumber
menyebutkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1880 namun sumber yang lain
menyebutkan dibangun pada tahun 1893. Disebutkan juga bahwa masjid ini dibangun
tidak saja oleh ummat islam tapi dibantu oleh berbagai ummat yang ada di kota
tersebut bahu membahu membangun masjid ini.
Lokasi Masjid Agung Bobo Dioulasso
Masjid Tua Bobo Dioulasso berada
di rue Sadiki Sanou, Bobo-Dioulasso, hauts-Bassins Region, Houet Province, Republik
Burkina Faso
Koordinat geografi : 11° 10'
40.26" N 4° 17' 45.88" W
Masjid Agung Bobo Doulasso ini memang unik, dibangun ditengah gurun
dengan bahan lumpur bertulang kayu kayu dari alam sekitarnya menghadirkan
kesederhanaan bangunan gurun Afrika Barat dalam arsitekrutalnya yang unik. Keunikan
dan nilai sejarahnya yang tinggi itu tak urung menjadikan masjid ini sebagai
salah satu objek wisata yang begitu menarik bagi turis asing yang tak segan
segan menempuh perjalanan jauh ratusan kilo dari kota Ougadogou.
Dibangun dalam gaya Sahel lengkap dengan dua menaranya masing masing di
sisi mihrab dan pintu masuk utama. Seperti bangunan masjid lumpur Afrika Barat
lainnya masjid agung Bobo Doulasso juga dilengkapi dengan batangan batangan
kayu yang menyembul keluar dari dinding lumpurnya yang selain berfungsi sebagai
penguat bangunan tapi juga berfungsi sebagai tangga naik dan turun bagi para
pekerja yang memperbaiki masjid ini dari kerusakan akibat gerusan hujan
sepanjang tahun.
Masjid Agung Bobo Dioulasso di-abadikan dalam prangko pantai gading semasa jajahan Prancis. |
Pemandangan masjid ini memang begitu mengagumkan bagi para turis asing
terutama pada saat matahari tenggelam. Sorotan cahaya matahari senja yang
menerpa permukaan dinding lumpurnya menghadirkan perpaduan warna yang begitu
menarik dengan warnanya yang ke emasan dibawah terpaan sinar matahari senja
yang memerah, menarik perhatian kaum muslimin yang melintas untuk sekedar
singgah sebentar menunaikan sholat berjemaah bersama muslim setempat. Begitu pula
bagi turis asing non muslim yang rela menghabiskan waktu untuk sekedar
menikmati sejenak keindahan tersebut.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA