Masjid Ul Alfar berasal dari bahasa arab Masjid AL Adzfar yang berarti Masjid Merah atau Red Masjid. Disebut juga Masjid Pettah, Rathu Palliya atau juga Jottu Palli. |
Masjid Merah Kolombo
Di bagian kota tua Kolombo - Sri Lanka, berdiri sebuah
masjid tua dan unik bernama Masjid Ul Alfar. Sangat unik dalam bentuknya yang
sangat impresif dengan rancangan unik mirip sebuah bangunan istana gula gula
dengan warnanya yang berlapis lapis merah dan putih seperti kue lapis. Warna
merah lebih mendominasi warna ekterior masjid ini. Daerah Pettah tempat masjid
ini berdiri merupakan cikal bakal kota Kolombo bermula, dan daerah ini
merupakan daerah berpenduduk mayoritas kaum muslimin.
Masjid ini begitu terkenal di kota Kolombo hingga ke
mancanegara sampai sampai disebut sebagai landmark nya kota Kolombo sejak
selesai dibangun tahun 1909 hingga kini. Masjid tersebut terkenal juga dengan
nama masjid Pettah karena berada di daerah Pettah. Etnis Shinhala yang
merupakan etnis terbesar di Sri Lanka menyebutnya Rathu Palliya, Etnis Tamil
etnis terbesar kedua di Sri Lanka menyebutnya dengan nama Samman Jottu Palli,
dalam bahasa Inggris disebut dengan nama Red Masjid.
Nama resmi nya adalah Masjid “Jamiul Adhfar” tertulis dengan
jelas dalam hurup Arab di fasad depan masjid (mungkin karena dialek setempat
yang menjadikanya berbunyi Masjid Jamiul Alfar atau Jami Ul-Alfar), semua nama
itu bermakna “Masjid Merah” “atau “redmasjid”
Lokasi Masjid Ul Alfar Colombo – Sri Lanka
No 228 Second Cross Street, Pettah, Colombo
11, Western Province, Sri Lanka
Masjid Jami-Ul-Alfar berada di Second Cross Street di
kawasan Pettah, Kolombo, Sri Lanka. Pettah merupakan kawasan kota tua yang merupakan cikal bakal kota modern
Kolombo. Dari sisi sejarah, kota
Kolombo identik dengan Pettah dan kawasan disekitarnya. Kantor pemerintahan
kota Kolombo berada di kawasan ini. Pada jamannya kawasan ini merupakan pusat
perdagangan dan aktivitas termaju di Sri Lanka dan kawasan samudera hindia.
Masjid Jami Ul Alfar di kawasan Pettah ini menjadi penanda utama kota Kolombo.
Sejarah Masjid Jami Ul Alfar Colombo
Kedatangan
Saudagar Muslim India ke Sri Lanka
Sejarah Masjid Jami Ul-Alfar tak lepas dari peran Muslim
asal India, Muslim India pertama kali masuk ke Sri Lanka di masa penjajahan
Portugis setelah sebelumnya Muslim Arab sudah lebih dulu masuk ke Sri
Lanka. Lalu gelombang berikutnya masuk
di masa penjajahan Inggris (saat itu India juga dibawah jajahan Inggris). Yang paling dikenal adalah muslim dari
Pakistan dan India selatan yang memperkenalkan mazhab Hanafi dan Syiah. Mereka
masuk ke Sri Lanka untuk mencari peluang usaha.
Mirip permen khan? |
Mayoritas
muslim India berasal dari Tamil Nadu dan Kerala (Kerala terkenal dengan masjid Jami’ Cheraman, masjid pertama di India, sudah
pernah di ulas dalam posting sebelumnya di blog ini). Sedangkan muslim Memon
berasal dari Sindh (kini masuk ke dalam wilayah Pakistan). Tahun 1980 jumlah
muslim India di Sri Lanka ada sekitar 3000 jiwa, mereka juga
muslim suni, mengikuti mazhab Hanafi.
Para
pendatang ke Kolombo di masa awal melakukan aktivitas
perdagangan di daerah Pettah,
termasuk para pedagang Muslim dari semenanjung Arabia, India dan bagian dunia
lainnya. Muslim di Pettah menguasai perdagangan disana, sebagian dari mereka
menetap sebagian lagi berkunjung secara berkala untuk menjalankan bisnis
perdagangan mereka.
Para saudagar Muslim
asal India yang melakukan perjalanan bisnis dan singgah di wilayah Pettah maupun yang menetap
disana, sudah dapat dipastikan sangat membutuhkan masjid untuk melaksanakan
peribadatan maupun sebagai pusat ke-Islaman dan keberadaan bangunan tempat
ibadah menjadi persoalan serius kala itu
Beberapa detil Masjid Merah Kolombo. Bagian kanan bawah adalah nama asli dari masjid ini dalam bahasa arab. |
Atas inisiatif para pedagang Muslim India ini, kemudian dibangunlah sebuah masjid di sana. Keberadaan bangunan masjid ini, Mulai dibangun pada tahun 1908 dan selesai tahun 1909. dirancang oleh HL Saibo Lebbe. Seluruh dana pembangunan masjid ini ditanggung oleh komunitas muslim Pettah saat itu. Pengaruh arsitektur India cukup kentara pada masjid ini. Sentuhan kebesaran masjid masjid dinasti Mughal dan bangunan bangunan kastil Inggris cukup terasa meski balutan warna merah dan putih nya yang khas itu menjadikan masjid ini begitu istimewa dan tampil beda.
Dan
sangat menarik mencermati bahwa masjid Jami Ul-Alfar ini sangat mirip dengan
rancangan arsitektural masjid Jami’ Kuala Lumpur di Malaysia yang juga selesai
dibangun di tahun yang sama, dan disaat bersamaan Malaysia dan Sri
Lanka memang sama
sama masih berada di bawah kekuasaan Inggris.
Berdiri dipusat keramaian kota Kolombo, Masjid Merah ini telah begitu lama menjadi salah satu ikon paling terkenal dari kota Kolombo. |
Arsitektural Masjid Jami Ul-Alfar
Sejak selesai dibangun hingga detik ini masjid Jami Ul-Alfar menjadi salah satu bangunan dengan daya tarik utama bagi para pelancong di Kolombo. Dengan arsitekturalnya yang khas dalam kemasan warna berlapis lapis merah dan putih yang unik seperti kue lapis masjid ini tampil begitu menyolok diantara bangunan lain disekitarnya. Arsitektur masjid ini menambah lagi satu Khasanah kebudayaan seni bina bangunan Islam.
Detil struktur bagian luar masjid yang didominasi warna merah dan putih namun tidak menghilangkan nilai spiritual yang terdapat pada bangunan megah ini. Sedangkan dinding bagian dalam didominasi oleh warna hijau toska. Tidak hanya menampilkan efek kue lapis berwarna merah-putih, arsitek masjid ini juga berupaya mengedepankan pola lengkungan pada bagian atap dinding. Pola lengkungan ini digunakan hampir pada setiap pintu masuk yang menghubungkan bagian halaman dalam masjid dengan ruang tempat shalat di lantai dasar.
Seperti lazimnya bangunan sebuah masjid, Masjid Jami Ul-Alfar juga dilengkapi dengan menara. keseluruhannya ada empat belas menara pada bangunan masjid ini, terdiri dari dua menara berukuran sedang dan sisanya berukuran kecil. Lokasinya yang berada tepat di tengah pusat keramaian komunitas Muslim, membuat di setiap sudut pada bagian atap masjid dilengkapi sebuah pengeras suara untuk mengumandangkan suara azan.
Perluasan yang mendesak
Ketika
pertama kali dibangun tahun 1908-1909 masjid ini hanya dipersiapkan untuk
menampung maksimum 1500 jemaah, disaat itu hanya rata rata 500 jemaah saja yang
hadir di masjid ini. Di awal tahun 70-an masjid ini sudah tampak terlalu sempit
untuk menampung jemaah yang hadir. Maka di tahun 1975 pengurus masjid melakukan
perluasan untuk pertama kalinya dengan menghubungkan bangunan masjid yang ada
dengan gedung yang bersebelahan dengan bangunan Haji Omar Trust.
Pengurus
masjid membeli lahan dibelakang masjid berhampiran dengan bangunan H A K Omar
Trust yang menghadap ke jalan raya dan merupakan komplek pertokoan dengan 32
ruang toko disepanjang ruas jalan disana. Perluasan yang mengambil lokasi di
lahan yang dibeli oleh masjid dan lahan Haji Omar Trust tersebut mampu menambah
kapasitas masjid dari hanya 1500 jemaah.
Saat
ini terjadi lagi peningkatan signifikan jemaah sholat di masjid Jami Ul-Alfar
mencapai sekitar 5000 jemaah. Pada hari biasa ada sekitar 2000 jemaah memadati
masjid ini untuk sholat berjamaah sementara selama bulan Ramadhan mencapai 3000
jemaah sholat berjamaah. Kapasitas masjid ini sudah tidak lagi mencukupi untuk
menampung jemaah yang meluber hingga ke jalan raya di saat pelaksanaan sholat
Jum’at apalagi di pelaksanaan dua sholat hari raya.
Masjid Merah Kolombo diantara bangunan pertokoan disekelilingnya. |
Sebuah pemandangan yang tentu saja tak lazim terjadi di sebuah negeri non muslim ketika jemaah memadati bukan lagi ruang masjid tapi memadati seluruh ruas jalan di sekitarnya karena ketidakcukupan kapasitas masjid yang terasa semakin menyempit karena semakin membengkaknya jumlah jamaah. Sebagai kawasan bisnis tersibuk di Kolombo dan Sri Lanka kawasan disekitar masjid ini benar benar tumpek plek pada saat pelaksanaan sholat jum’at. Setiap jengkal lahan dan ruas jalan di sekitar masjid penuh terisi oleh jemaah. Dapat dibayangkan kondisi yang sangat menyedihkan bagi jemaah yang tak kebagian tempat di dalam masjid dikala musim hujan (4 bulan dalam setahun).
Untuk
mengatasi hal tersebut pengurus masjid meluncurkan program perluasan masjid
untuk menambah daya tampung guna menyediakan tempat yang layak bagi jemaah yang
selama ini sebagian besar sholat di jalan raya karena ketidakcukupan daya
tampung masjid. Perluasan kali ini lagi lagi harus menyentuh komplek pertokoan
Haji Omar Trust. Mengubah komplek pertokoan yang dibeli oleh Haji Omar Trust
menjadi ruang sholat. Artinya pengurus masjid harus menyediakan tempat bagi 32
penyewa ruang toko tersebut untuk kemudian di relokasi dan diberikan kompensasi
atas kerugian mereka setelah sekian tahun menjalankan roda usaha mereka di
kawasan paling sibuk di Kolombo.
Setelah
melalui proses negosiasi yang teramat panjang dan niat baik dari salah satu
dewan Pembina masjid ini dengan menyumbangkan gedung toko terdekat dengan proses
perluasan, maka rencana perluasanpun dapat berjalan dengan baik. Alhamdhulillah
toko milik Haji Omar Trust kini menjadi milik masjid dan beberapa toko tersebut
sudah dirobohkan dalam upaya perluasan masjid. Proses pelaksanaan nya sedang
berjalan untuk menyelaraskan bangunan baru dengan bangunan masjid yang asli.
Proyek perluasan Masjid Jami Ul-Alfar kali
ini rencananya adalah
Membangun bangunan masjid empat lantai seluas 50 ribu kaki
persegi dan mampu menampung 10 ribu jemaah sekaligus. Anggota eksekutif dapat
melaksanakan rapat di ruang yang cukup lega di masjid ini untuk mendiskusikan
masalah masalah kemasyarakatan secara umum. Proyek perluasan ini juga rencananya akan menyediakan ruang
istirahat untuk membantu jemaah yang datang dari tempat yang jauh, wisatawan
ataupun sebagai tempat persinggahan sementara bagi Jemaah haji & umroh.
Menyediakan ruang sholat khusus bagi jemaah wanita yang akan
menunaikan sholat maupun beristirahat saat subuh dan Isya. Menyediakan
eskalator untuk memudahkan jemaah lanjut usia. Menyediakan tempat istirahat bagi para alim, ulama, muazin
dan pengurus masjid yang rencananya menyatu dengan fasilitas ruang istirahat
berdekatan dengan area tempat berwudhu.
Untuk mewujudkan fasilitas fasilitas seperti tersebut di
atas dan pembayaran kompensasi kepada para penyewa ruang toko, proyek yang
sudah dilaksanakan sejak tahun lalu dengan perkiraan biaya sekitar Rs. 150 juta
(sekitar US$1,4 juta dolar) namun kemudian membengkak mencapai Rs. 260 juta
Rupee Sri Lanka (sekitar US$ 2,4 juta dolar).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA