Hukuru Miskiiy atau Hukuru Miskit adalah masjid tertua di Maladewa. Dibangun dari sebuah candi. |
Maladewa atau Maldives negara kepulauan di tengah samudera
Hindia, terdiri rangkaian 1192 pulau pulau kecil yang sebagian besar tak
berpenghuni karena ukurannya yang memang terlalu kecil dan hanya berupa pulau
karang mungil di tengah samudera. Maladewa masuk dalam daftar negara terkecil
di bumi. Keseluruhan luas pulau pulau nya bila digabung jadi satu seluas 298
Km2 bahkan masih lebih kecil dari luas pulau Batam (415 Km2). Ukuran pulau
pulaunya yang mini dan letaknya yang berada di tengah samudera Hindia
menjadikan Maladewa sebagai negara yang begitu mengkhawatirkan dampak dari
pemanasan global. Elevasi pulau pulau di Maladewa paling tinggi hanya 2 meter
dari permukaan laut, wajar bila meski jaraknya terpisah lebih dari 2000
kilometer dari Aceh, sebagian pulau pulau Maladewa turut luluh lantak akibat
tsunami yang melanda Aceh (Indonesia) di tahun 2004 lalu.
Malé adalah kota terbesar di Maladewa dan juga Ibukota
negara, dengan luas hanya 2.6 Km2, sedikit lebih luas dari pulau Penyengat
(1,87 Km2) di kota Tanjung Pinang – propinsi Kepulauan Riau (Indonesia), tempat
berdirinya Masjid Putih Telur Sultan Riau. Dengan luasnya tersebut menjadikan
Malé sebagai ibukota negara berbentuk pulau paling kecil di bumi sekaligus
sebagai ibukota negara paling padat penduduknya (90,000 dari total 385,000
penduduk Maladewa tinggal di Malé), paling rapat pula jarak antara satu masjid
dengan masjid berikutnya. Maladewa juga merupakan sebuah republik yang
menerapkan hukum Islam sebagai hukum negara. Islam adalah satu satunya agama
yang di akui di Maladewa. Di kota Malé ibukota Maladewa berdiri sebuah masjid
kuno bernama Hukuru Miskiiy, masjid pertama yang berdiri di Maladewa. Meski
bentuknya sangat sederhana untuk sebuah masjid yang pernah menjadi Masjid
Negara, namun masjid ini menyimpan sejarah panjang peradaban Islam di Maladewa.
Alamat dan Lokasi Masjid Huruku Miskiy – Maladewa
Medhuziyaarai Magu
Malé, Maldives
Koordinat geografi : 4° 10'
40.69" N 73° 30' 45.01" E
Masjid
Huruku Miskiy hanya berjarak sekitar 140 meter dari Masjid Masjid Agung Jum’ah Malé (Grand Friday Mosque Malé) yang merupakan Islamic
Center dan Masjid Nasional Maladewa
atau nama resminya Masjid-al-Sultan
Mohammed Thakurufaanu-al-A'z'am, Menara Masjid Islamic Center tersebut
bahkan dapat dilihat dengan jelas dari halaman masjid ini. Dan hanya berjarak
sekitar 100 meter dari bibir pantai, sejajar dengan Istana Kepresidenan Maladewa, yang berada di tepi
pantai.
Tentang Maladewa
Tentang Maladewa
Maladewa awalnya adalah kerajaan Budha kemudian berubah
menjadi kesultanan Islam. Sejarah masuknya Islam ke Maladewa menjadi cerita
tutur turun temurun dari generasi ke generasi. Letaknya yang begitu jauh dari
pusat pusat peradaban dunia Islam menjadikan Maladewa seakan luput dari
perhatian umat Islam dunia. Maladewa lebih dikenal dunia Internasional sebagai
surga pariwisata yang tersembunyi di tengah samudera Hindia. Tak mengherankan bila disebut tersembunyi, karena
letak geografisnya memang begitu terpencil dari negara manapun. Berikut
gambaran betapa terpencilnya letak geografis Maladewa.
Satu satunya tetangga terdekat dan berbatasan langsung dengan Maladewa di sebelah utara adalah gugus kepulauan Lhaksadweep - India, kepulauan Lhaksadweep memilki kesamaan budaya, sejarah dan agama dengan Maladewa, bahkan salah satu pulau dari gugus kepulauan Lhaksadweep pernah diklaim sebagai milik Maladewa. Namun begitu jarak kota Malé Ibukota Maladewa ke ujung paling selatan daratan Jazirah India di kota Kanyakumari negara bagian Tamil Nadu terpisah sejauh 621 km.
Ibukota negara tetangga terdekat dengan Malé adalah kota Kolombo Ibukota Sri Lanka, berada di sebelah timur laut kota Malé. Jarak antara Masjid Hukuru Miskiiy di Malé ke Masjid Jami Ul-Alfar di Pelabuhan kota Kolombo (Sri Lanka) terpaut jarak 766 km, bukan jarak yang dekat tentunya. Jarak antara pantai timur Malé ke pantai paling barat pulau Simeulue di Aceh sejauh 2469 km. Tetangga terdekat Maladewa di sebelah tenggara adalah pulau keeling (milik Australia) sejauh 3149km.
Satu satunya tetangga terdekat dan berbatasan langsung dengan Maladewa di sebelah utara adalah gugus kepulauan Lhaksadweep - India, kepulauan Lhaksadweep memilki kesamaan budaya, sejarah dan agama dengan Maladewa, bahkan salah satu pulau dari gugus kepulauan Lhaksadweep pernah diklaim sebagai milik Maladewa. Namun begitu jarak kota Malé Ibukota Maladewa ke ujung paling selatan daratan Jazirah India di kota Kanyakumari negara bagian Tamil Nadu terpisah sejauh 621 km.
Ibukota negara tetangga terdekat dengan Malé adalah kota Kolombo Ibukota Sri Lanka, berada di sebelah timur laut kota Malé. Jarak antara Masjid Hukuru Miskiiy di Malé ke Masjid Jami Ul-Alfar di Pelabuhan kota Kolombo (Sri Lanka) terpaut jarak 766 km, bukan jarak yang dekat tentunya. Jarak antara pantai timur Malé ke pantai paling barat pulau Simeulue di Aceh sejauh 2469 km. Tetangga terdekat Maladewa di sebelah tenggara adalah pulau keeling (milik Australia) sejauh 3149km.
Maladewa berada ditengah tengah Samudera Hindia membuatnya begitu terpencil dari wilayah negara lainnya. |
Tetangga terdekatnya disebelah selatan adalah pulau karang
Diego Garcia sejauh 1270Km. Diego Garcia adalah bagian dari gugus kepulauan
British Indian Ocean Teritory (BIOT) milik Inggris namun disewa oleh Amerika
Serikat untuk dijadikan sebagai pangkalan Militer. Jarak dari Pulau Malé ke
kota Victoria di Seycelles yang berada di sebelah barat daya sejauh 2226Km.
Pantai paling barat pulau Malé berjarak 3140 Km dengan pelabuhan Mogadishu,
Somalia di pantai timur benua Afrika, Sedangkan ujung selatan Jazirah Arab di
Kesultanan Oman berjarak sejauh 2470 km dari barat Laut pulau Malé.
Selain keindahan alam dan hasil laut, Maladewa terbilang miskin
sumber daya alam. Pembangkit listrik di negara ini sangat bergantung dari BBM
import, sumber air bersih salah satunya di dapat dari hasil penyulingan air
laut. Selama berabad abad peradaban disana menggunakan batu karang laut sebagai
bahan bangunan termasuk untuk membangun masjid masjid mereka. Pulau pulau
mereka yang kecil bahkan tak cukup untuk membangun sebuah bandara berlandasan
pacu ukuran panjang. Agar bisa didarati pesawat berbadan lebar, bandara
Internasional Malé lebih dari setengahnya berdiri di atas pulau buatan. Baik
warganegara biasa, pejabat pemerintah hingga presiden Maladewa harus
menyeberangi laut untuk menuju dan dari bandara karena letaknya yang berada di
pulau berbeda. Kota baru Hulhumale di sebelah utara pulau bandara, sebuah kota
yang diproyeksikan sebagai kota masa depan Maladewa, juga dibangun di atas
pulau buatan.
kota Male, kota terbesar di Maladewa. di bagian belakang adalah pulau bandara dan pulau hulhumale yang dibangun dari diatas pulau buatan hasil reklamasi. |
Ibnu Batutah, Sejarawan Islam dari Maroko pernah singgah ke
Maladewa di Abad ke 14, beliau menyebut Maladewa “sebagai salah satu keajaiban
dunia, menyebut Maladewa sebagai rangkaian ratusan pulau pulau yang membentuk
seperti cincin, masing masing pulau itu berdekatan saat kita meninggalkan pulau
yang satu pucuk pucuk pohon kelapa di pulau berikutnya sudah nampak dengan
jelas” dalam catatannya Ibnu Batutah juga menyebutkan bahwa pada saat itu
Maladewa sudah menjadi sebuah kesultanan Islam di bawah pimpinan seorang
muslimah bergelar Sultanah.
Ahli sejarah
memang belum sepakat bulat tentang sejarah awal kerajaan kerajaan di Maladewa.
Ada yang menyebut bahwa kerajaan kerajaan disana berasal dari para bangsawan
Ceylon (Sri Lanka) sementara lainnya menyebut berasal dari Kerala (India).
Namun penggalian arkeologi di beberapa pulau disana menemukan reruntuhan candi
dan artefak artefak yang membuktikan bahwa kerajaan Budha memang pernah eksis
di Maladewa disekitar abad ke 12.
Sejak tahun 1153
hingga tahun 1968 Maladewa berbentuk Kesultanan Islam. Selama jangka waktu 16
December 1887 hingga 25 Juli 1965 Maladewa menjadi daerah protektorat Inggris
dibawah kendali gubernur Jendral Inggris di Ceylon (Sri Lanka) atas permintaan
Sultan. Inggris memberikan proteksi dan tidak akan menyerang Maladewa namun
mengontrol urusan luar negeri Maladewa. Tahun 1957 Inggris membangun pangkalan
militer di pulau karang Addu dengan sewa £2000 per tahun tapi kemudian ditutup
tahun 1976. Tanggal 26 Juli 1965 Inggris menyerahkan kekuasaan penuh kepada
Maladewa dalam sebuah perjanjian yang ditanda tangani di kediaman Komisi Tinggi
Inggris di Kolombo. 11 November 1968 kesultanan Maladewa berahir dengan
Sultan Terahirnya Muhammad Fareed Didi. Ibrahim Nasir terpilih sebagai presiden
pertama Maladewa.
Menara masjid Hukuru Miskiiy di perangko Maladewa |
Sejarah Islam
di Maladewa
Maladewa berubah menjadi sebuah kesultanan Islam di tahun
1153 (abad ke 12) oleh seorang ulama Magribi (Afrika Utara) bernama Abul
Barakat Yoosuf Al Barbary. Ketika beliau singgah di Maladewa di masa kekuasaan
raja Sri Tribuvana Aditiya alias Dhovemi Kalaminja Siri Thiribuvana-aadiththa
Maha Radun alias Donei Kalaminjaa alias Dhovemi of The Maldives. Raja Sri
Tribuvana Aditiya naik tahta tahun 1138 sebagai raja kedua dari dinasti
Theemuge (Lunar Dinasty). Setelah masuk Islam beliau berganti nama menjadi
Muhammad Ibnu Abdullah Bergelar Dharumavantha (Dharumas) Rasgefaanu Dia
mengirimkan para dai ke berbagai pelosok Maladewa untuk menyebarkan dan
mengajarkan Islam.
Sultan Muhammed Ibnu Abdullah adalah orang Maladewa pertama
yang masuk Islam di ikuti oleh istri dan anak anaknya lalu kalangan ningrat
Istana dan pada ahirnya menjadi agama kerajaan, sejak itu agama Budha
ditinggalkan, candi candi dirobohkan dan arca arca Budha dihancurkan dan
diganti dengan bangunan Masjid. Masjid Jum’at (Friday Mosque) dan Masjid
Dharumavantha Rasgefaanu Miskiy pertama kali dibangun di Malé oleh Sultan
Muhammad Ibnu Abdullah.
Tentang pembawa Islam ke Maladewa, sumber cerita tutur di
tengah masyarakat menyebutkan bahwa di masa pemerintahan raja Dhovemi datang
seorang ulama dari Tabriz (Iran) bernama Yusuf Shamsud-din yang mengalahkan
iblis Rannamaari sang penguasa laut penebar bencana. Dan sejak itu raja Dhovemi dan seluruh rakyat
Maladewa masuk Islam. Namun para ahli sejarah sepakat bahwa Yusuf Shamsud-din
dan Abul Barakat Yoosuf Al Barbary adalah orang yang sama.
Konversi
seluruh Maladewa ke dalam
Islam terjadi di tanggal 2 Rabi'-ul-Akhir 548 H (1153M) bertepatan dengan tahun
ke 17 pemerintahan Al-Muqtafi,
Khalifah Islam dari dinasti Abbasiah di Baghdad memerintah tahun 1136–1160, dan
sejak itu Maladewa menjadi sebuah negara Islam. Abul Barakat Yoosuf Al Barbary tetap tinggal di Maladewa untuk mengajarakan
Islam, beliau wafat masih dimasa kekuasaan Sultan
Muhammad Ibnu Abdullah dan dimakamkan di Medhuziyaaraiy, Malé.
Tak lama setelah wafatnya Abul Barakat
Yoosuf, Sultan Muhammad Ibnu Abdullah
berangkat ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji di tahun 1166 namun tak pernah
kembali, tampuk pemerintahan kemudian diteruskan oleh sepupunya yang bernama Sultan Muthey (Al-Sultan Muthey Kalaminja Siri Bavana
Abaarana Mahaa Radun).
Sejarah Masjid Hukuru Miskiiy - Maladewa
Masjid
Hukuru Miskiiy atau Hukuru Miskit atau Friday Mosque merujuk kepada masjid yang
dipakai untuk keperluan sholat lima waktu dan sholat Jum’at di Malé - Maladewa. Pertama kali
dibangun atas permintaan dari Siri Kalo dan perintah Sultan Muhammad Ibnu Abdullah di tahun 1153. Siri Kalo adalah
saudara dari Sultan Muhammad Ibnu
Abdullah. Pembangunan masjid dilaksanakan oleh Al-Wazir Shanivirazaa. Sultan Muhammad Ibnu Abdullah juga
membangun masjid Dharumavantha Miskyii yang merupakan masjid untuk sholat Idul
Fitri dan Idul Adha.
Masjid
ini dibangun diatas pondasi sebuah candi tua yang menghadap ke arah timur
tempat dimana matahari terbit, bukan menghadap kiblat. Konsekwensinya baris
shaf di masjid ini menyerong tak sejajar dengan garis bangunan. Arah Kiblat di
mekah yang tidak segaris dengan bangunan membuat jemaah sholat harus menghadap
ke sudut ruangan untuk mendapatkan arah kiblat yang tepat.
Pengurus
masjid sudah memasang sederetan sajadah pada arah yang tepat sehingga sangat
membantu jemaah yang bukan warga setempat, untuk menemukan arah kiblat yang
benar. Masjid Hukuru Miskiy kemudian dibangun ulang pada tahun 1656 di masa
pemerintahan Sultan Ibrahim Iskandhar
ke I (memerintah 1648-1687). Menara masjid ini terpisah jauh dari
bangunan masjid. Bentuk dan bahan menara ini sama sekali tak menyiratkan
umurnya yang sudah begitu tua, padahal menara ini sudah berdiri sejak tahun
1675.
Departemen
warisan budaya Maladewa
sudah mendaptarkan 16 situs masjid bersejarah di Maladewa untuk di damasukkan
ke dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO. Salah satunya adalah masjid Hukuru
Miskiy ini bersama masjid masjid lainnya yang juga diperindah dengan ukiran
batu batu karang. 5 orang dari departemen tersebut bulan Maret 2011 lalu berada
di Malaysia selama tiga minggu untuk belajar tentang ‘konservasi bangunan dan
situs warisan budaya’ di Malaya University, Malaysia. Upaya tersebut dilakukan
untuk mengkonservasi masjid masjid bersejarah di Maladewa serta memperkenalkan
masjid masjid yang tak biasa tersebut ke dunia internasional. Sekaligus
menggali potensi wisata yang menjadi salah satu urat nadi devisa negeri
rangkaian kepulauan di tengah samudera Hindia tersebut.
Arsitektural
Masjid Hukuru Miskiiy – Maladewa
Sekilas
pandang, masjid ini memang tampak sangat sederhana. Dengan bentuknya yang tak
lebih dari sebuah bangunan tempat tinggal dengan atap seng gelombang warna
perak. Atap masjid ini terdiri dari tiga susunan atap, mirip dengan struktur
atap masjid masjid di Indonesia. Sepertinya bentuk atap seperti ini memang
warisan dari bentuk bentuk kuil dimasa sebelum Islam di Maladewa.
Masjid
ini terkenal dengan ukiran ukiran kayunya yang detil dan dipernis dengan baik, ukiran kaligrafi Alqur’an serta
rancangan ornamen ornamenya di bagian dalam dan luar bangunan turut memperindah
bangunan masjid ini. Bahan utama pembangunanya menggunakan batu karang, letak
geografis kepulauan Maladewa
yang berada di tengah samudera Hindia menjadikannya lebih mudah mendapatkan
batu karang daipada bahan bangunan lain nya. Batu batu karang tersebut di pahat
dengan ukiran ukiran indah kaligrafi Al-Qur’an dan ornamen ornamen indah
lainnya. Bermacam jenis kayu juga digunakan dalam pembuatan pintu, kusen
jendela serta sisi langit langit masjid tua ini.
Di sekitar masjid ini juga terdapat pemakaman muslim
berusia tua dengan batu batu nisannya yang sangat khas dalam ukuran besar. Batu
nisan seperti pemakaman di sekitar masjid ini memang berukuran tak biasa bagi
kita muslim Indonesia. Tinggi masing masing batu nisan itu mencapai setinggi
orang dewasa. Makam disekitar masjid ini terdiri dari makam para sultan,
bangsawan, ulama dan pahlawan Nasional Maladewa. Beberapa diantaranya sudah
sangat kuno.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA