Masjid Jalur Jawa. Java Lane Mosque Srilanka Colombo, kata Java disana merujuk kepada orang orang Jawa yang tinggal disana sejak masa penjajahan. |
Masjid Melayu Java
Lane atau resminya bernama Masjidul Jamiah, dikenal juga sebagai Java Lane Mosque
atau Java Lane Military Mosque. Adalah masjid yang berdiri di ruas jalan Java
Lane No. 1, Slave Island, jantung kota Kolombo. Kata “Java” pada nama jalan
tersebut memang merujuk kepada etnis Jawa dan keturunannya yang banyak bermukim di
daerah tersebut sejak masa penjajahan Belanda di Indonesia dan Sri Lanka. Java
lane Mosque atau Masjidul Jamiah merupakan salah satu masjid milik muslim
melayu di Sri Lanka.
Di kota Kolombo dan kota kota utama Sri Lanka lain nya
memang terdapat muslim dari etnis melayu. Sebagian besar dari mereka adalah keturunan
dari muslim melayu Indonesia dan sedikit dari Malaysia. Para leluhur mereka
adalah para bangsawan Indonesia yang terdiri dari para Raja, Sultan, Hulu
Balang, Ulama dan tokoh masyarakat di kerajaan kerajaan Indonesia yang
menentang penjajahan Belanda di masa penjajahan, mereka kemudian ditangkap
tentara Belanda lalu dibuang ke Sri Lanka bersama anggota keluarga mereka
sebagai tahanan politik. Sementara muslim melayu dari Malaysia masuk ke Sri
Lanka sebagai tentara dari resimen Melayu bentukan Belanda yang juga pernah
menjajah Malaysia di Malaka dan sekitarnya.
Tahun berdirinya Masjid Java Lane ini ditulis dengan jelas di fasad depan masjid ini, 11 Februari 1921. |
Muslim melayu Sri Lanka, kini telah menjadi bagian
integral dari “etnis muslim” Sri Lanka bersama dengan muslim moor (arab) dan
muslim India. Pemerintah Sri Lanka menggolongkan semua muslim Sri Lanka tanpa
memandang latar belakangnya sebagai satu kesatuan etnis yang mereka sebut
sebagai “etnis Muslim”. Muslim Moor adalah muslim keturunan arab menjadi muslim
terbesar di Sri Lanka dengan rasio mencapai 92% dari sekitar 1.7 juta muslim di
Sri Lanka. Disusul Muslim Melayu sekitar 5%, tersebar di berbagai kawasan di
Sri Lanka dari Kota Kolombo Hingga ke semenanjung Jafna di Utara, ditambah
muslim India dan etnis etnis lainnya termasuk muslim dari etnis Shinhala (etnis
terbesar di Sri Lanka & mayoritas beragama Budha).
Kultur melayu masih dipertahankan secara turun temurun
oleh muslim melayu di Sri Lanka, hingga kini mereka masih menggunakan bahasa
melayu dalam kehidupan sehari hari diantara mereka. Nama nama tempat dalam
bahasa melayu juga begitu banyak ditemui di Kolombo seperti “Melayu Street”,
“Java Lane”, “Makam” (untuk menyebut pemakaman umum), “jalan Padang”, termasuk
penggunaan kata Tuan untuk menyebut orang yang dihormati, dan lain lain.
Lokasi Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri
Lanka
No.
1 Java Lane,
Colombo 2, Colombo,
SRI LANKA
Sejarah Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri
Lanka
Masjid Melayu Java
Lane dibangun tahun 1864 diatas lahan seluas kira kira 75 x 25 meter yang
dibeli seharga Rs.2500 Ruppe Sri Lanka. Bangunan masjid nya sendiri seluas 89m2
dan di fungsikan sebagai masjid Jum’ah (masjid yang digunakan untuk
sholat Jum’at, di Indonesia kita menyebutnya sebagai masjid jami’). Pembangunan
masjid ini dilaksanakan oleh Anggota Resimen Melayu (disebut sebagai Orang
Rejimen).
Pada mulanya anggota
resimen melayu (orang regimen) merupakan jemaah Masjid Wekande di Kompannaveediya,
mereka senantiasa melaksanakan sholat disana bergabung bersama masyarakat sipil
melayu lainnya (orang priman). Namun di tahun 1869 terjadi perselihan antara
orang regimen dengan orang priman. Perselihan ini memang tak jelas asal
muasalnya. Kepengurusan masjid Wekande secara turun temurun dipegang oleh
keluarga Latif, dan muslim dari resimen melayu (orang regimen) mendukung hal
tersebut. Namun kemudian terjadi perpecahan ketika terpilihnya khatib baru
bernama Taiban yang bukan dari keluarga Latif.
Warga sipil (orang
priman) jemaah masjid Wekande mendukung penuh khatib baru ini sementara orang
regimen kemudian malah memboikot pelaksanaan sholat Jum’at di Masjid Wekande
(mungkin sebagai bentuk protes). Tak sampai disitu, orang regimen kemudian
mendirikan masjid sendiri di Java Lane bagi peribadatan mereka yang lokasinya
tak seberapa jauh dari Masjid Wekande di Kompannaveediya.
Perselihan tersebut kemudian berahir dengan sendirinya di tahun 1886 seiring
wafatnya Khatib Taiban yang kontoversial tersebut. Dan ditahun tersebut itu
pula terjadi rekonsiliasi antara orang regimen dan orang priman.
Sumber lain
menyebutkan bahwa pada hari Jum’at dimana orang regimen disebut melakukan
boikot tadi, sebenarnya bukanlah boikot yang sebenarnya, tapi pada hari
tersebut Khatib Taiban menyelenggarakan sholat Jum’at tanpa kehadiran orang
regimen yang datang terlambat ke masjid. Apapun penyebab perselisihan
teresebut, yang pasti, sejak itu hingga kini Slave Island memiliki dua masjid
Jami’ sekaligus di lokasi yang berdekatan.
Pengembangan Masjid
Melayu Java Lane dilaksanakan oleh Abdul Hameed Bahar, Baba Ounus Saldin,
Ahamat Bahar, Subedar Adjutant Jumat, Baba Deen Borham. Merela melakukan
pertemuan dan kemudian membentuk Pensioners and General fund untuk mendanai
perluasan Masjid kecil milik mereka. Masjid tersebut keudian juga dikenal
sebagai “pensioners Mosque”, “masjid para pensiunan”
Masjid tersebut
kemudian menjalani fungsi nya seara penuh sebagai masjid jami’ untuk
penyelenggaraan sholat Jum’at dan kemudian dikenal dengan nama Masjidul Jamiah. Hal yang menarik dari masjid ini pada
awalnya adalah ketika anggota resimen melayu (orang regimen) yang hendak sholat
Jum’at di masjid ini mengenakan seragam kebesaran ketentaraan resimen melayu
mereka, lengkap dengan segala asesorisnya, tak sampai disitu mereka juga
mengadakan seremonial ala militer diiringi band militer sebelum semua ritual
sholat Jum’at diselenggarakan, dari tradisi itu kemdian lahir sebutan “Malay Military Mosque “ (Masjid Militer Melayu) untuk
masjid ini.
Arsitektural Masjid Melayu Java Lane – Kolombo, Sri Lanka
Ukuran masjid ini
terbilang tidak terlalu besar untuk sebuah masjid Jami’. Bangunanya sederhana
namun elegan dalam sentuhan elemen arsitektural era colonial. Fasad masjid ini merupakan
bagian paling asli dari masjid yang diperbaiki tahun 1921. Di bagian atap
masjid dilengkapi dengan bentuk kubah sebagai simbol universal bangunan masjid.
Pada awalnya masjid ini hanya berupa bangunan masjid satu lantai dengan daya
tampung tak lebih dari 100 jemaah saja. Baru pada tahun 1921 dibangun lantai
dua masjid ini.
Mimbar dan mihrab di
dalam masjid sudah ada sejak pertama kali masjid dibangun. Disisi atas mihrab
masjid ini dihias dengan kaligrafi Al-Qur’an. Untuk keperluan bersuci, masjid
Melayu Java Lane juga dilengkapi dengan area tempat wudhu, tempat wudhu yang
ada sekarang sudah diperluas dari aslinya. Dari sisi sejarah bangunan masjid
ini jelas memilki nilai sejarah yang sangat tinggi karena nya perlu untuk
dilestarikan keberadaannya sebagai sebuah warisan bersama, sebagai salah satu
keanekaragaman warisan sejarah daerah Slave Island, Kolombo dan Sri Lanka
secara keseluruhan.
Nama resmi masjid ini adalah Masjidul Jamiah, namun lebih dikenal sebagai Java Lane Mosque karena lokasinya yang berada di Java Lane nomor 1, kota Kolombo. |
Tokoh tokoh Muslim Melayu Sri Lanka terkemuka
Beberapa dari muslim Melayu Sri Lanka sudah masuk
dalam jajaran pemerintahan sejak masa penjajahan inggris. ‘Etnis Muslim’ Sri
Lanka yang pertama kali masuk ke dalam jenjang tertinggi di kehakiman berasal
dari muslim melayu bernama Almarhum (Hakim) M.T. Akbar. Beliau juga merupakan
melayu muslim pertama yang menduduki jabatan di dewan perwakilan Sri Lanka.
Beliau juga yang pertama kali memperkenalkan peraturan pernikahan dan perceraian
serta peraturan tentang wakaf di Sri Lanka.
‘Etnis muslim”
pertama yang masuk ke dalam jajaran kabinet di era kemerdekaan Sri Lanka, juga
berasal dari Muslim Melayu, beliau adalah Almarhum Dr.
Tuan Burhanudin Jayah. Beliau wafat di Madinah (Saudi Arabia) dalam
perjalanan dinas guna mempersiapkan tempat tinggal bagi calon jemaah haji Sri
Lanka. Jenazah beliau kemudian di makamkan di Jannathul Bakki di Madinah.
Jenazahnya di sholatkan di dua Masjid suci sekaligus : Masjid Nabawi di Madinah
dan juga di Masjidil Harram di Mekah atas permintaan langsung dari Raja Saudi
Arabia selaku penjaga dua masjid suci.
Almarhum Dr. Tuan Burhanudin Jayah semasa hidupnya juga dikenal
sebagai seorang diplomat ulung dan pionir pendidikan bagi muslim Sri Lanka.
Beliau juga merupakan tokoh utama yayasan pendidikan Islam Zahira College di
Kolombo selama bertahun tahun. Selama masa itu juga begitu banyak berdiri
lembaga pendidikan Islam diberbagai kota utama Sri Lanka dimana terdapat
komunitas muslim-nya. Zahira College masih eksis hingga kini sebagai lembaga
pendidikan Islam tertua di Sri Lanka dan menjadi salah satu sekolah paling
bergengsi di negeri itu. Selain Masjid Java Lane dan Masjid Wekande di Kompannaveediya, Muslim
melayu Sri Lanka juga mendirikan masjid masjid di berbagai tempat termasuk di
dalamnya adalah Masjid melayu Bogambara di Kandy, Masjid Akbar, Masjid Melayu
di Kurunegala, Masjid Maradana dan lain lain.***
Foto Foto Java Lane Mosque
Ukuran masjid ini memang tak terlalu luas, untuk sarana lainnya bersebelahan dengan ruang utama. |
Wujud asli masjid ini sulit untuk difoto karena lokasinya yang terhimpit diantara bangunan disekitarnya. |
Gerbang masuk masjid dari jalan raya. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA