Halaman

Selasa, 29 November 2011

Masjid Jami Delhi - India

Pemandangan lumarah di bulan Romadhon di Masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi atau Masjid-i Jahān-Numā atau lebih dikenal dalam artikel berbahasa inggris dengan sebutan the Jama Masjid of Delhi adalah masjid Jami di kota Delhi Tua, India.  Disebut Delhi tua karena kawasan ini memang kawasan kota Delhi Tua.  Masjid Jami Delhi merupakan salah satu bangunan fenomenal warisan dari Sultan Shah Jehan, Sultan dari Kesultanan Mughal yang terkenal dengan bangunan wujud cintanya terhadap sang permaisuri di kota Agra, Taj Mahal. Masjid Jami Delhi dibangun tahun 1644 – 1658M. lokasinya berada di kawasan paling sibuk di pusat kota Delhi Tua di kawasan chawri bazaar road, Masjid Jami Delhi merupakan masjid terbesar di India.

Lokasi Masjid Jami Delhi

Meena Bazar, Daryaganj, Chandni Chowk,
New Delhi, Delhi 110006, India. 09810700211


Masjid Jami Delhi berada di atas bukit di sebelah timur kawasan bekas ibukota dinasti mughal di era Shah Jahan, kawasan yang bernama Shahjahanbad. Nama ‘jami’ yang disandang masjid ini tentu saja karena fungsinya yang juga menyelenggarakan sholat Jum’at selain sholat wajib lima waktu. Masjid ini juga menyimpan beberapa benda kuno yang disimpan di dalam ruang khusus di gerbang utara diantaranya adalah lembaran Al-Qur’an kuno yang ditulis di kulit rusa, beberapa helai jenggot Rosulollah, Sendal serta cetak tapak kaki beliau.

Sejarah Masjid Jami Delhi – India

Masjid Jami Delhi dibangun oleh Sultan Shah Jahan yang merupakan Sultan ke lima dari dinasti Islam Mughal. Kesultanan Mughal meninggalkan begitu banyak warisan masjid masjid megah bersejarah termasuk masjid Badshahi dan Masjid Wazir Khan di Lahore - Pakistan yang sudah di ulas dalam artikel terdahulu. Peletakan batu pertama pembangunan masjid ini dilakukan sendiri Oleh Sultan Shah Jahan.

Wilayah kekuasaan dinasti Islam Mughal begitu luas meliputi keseluruhan wilayah anak benua India yang kini menjadi wilayah India, Pakistan dan Bangladesh hingga ke wilayah Afganistan. Sebuah kesultanan yang begitu besar pada masanya, Itu sebabnya warisan budaya Mughal tersebar melintasi wilayah Negara Negara tersebut. Selain membangun Masjid Jami Delhi, Shah Jehan juga membangun beberapa masjid penting di India termasuk masjid Jami di Agra, Ajmer dan Lahore. Denah masjid Jami Delhi ini sangat mirip dengan Masjid Jami di Fatehfur Sikri di dekat kota Agra namun Masjid Jami Delhi memiliki ukuran lebih besar. Delhi Red Fort  (Benteng Merah Delhi) yang berseberangan dengan masjid ini juga merupakan peninggalan dari Sultan Shah Jehan.

Foto lawas Aerial view Masjid Jami' Delhi.

Pembangunan Masjid Jami Delhi dimulai pada hari Jum’at tanggal 19 Oktober 1650 bertepatan dengan tanggal 10 Syawal 1060H. Melibatkan setidaknya 5000 orang pekerja selama tujun tahun. Pembangunan masjid ini saat itu menghabiskan dana sebesar 10 Lakh (1 juta rupee). Keseluruhan proses pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1656M / 1066H. Masjid Jami’ Delhi ini juga menjadi masjid terahir yang dibangun oleh Sultan Shah Jahan sebelum turun tahta digantikan oleh putranya Aurangzeb yang kemudian membangun Masjid Badshahi di kota Lahore (kini menjadi bagian dari Republik Islam Pakistan).

Pembangunan masjid ini mendapat perhatian khusus dari Sultan dengan mengutus Perdana menterinya Saadullah Khan untuk mengawasi langsung proses pembangunan masjid ini. Ada dua hal yang benar benar menjadi perhatian Sultan adalah pembuatan kaligrafi Al-Qur’an yang menghias masjid ini dan pembuatan mimbar di mihrab, mimbar masjid Jami harus lebih tinggi dari Singgasana Sultan yang terletak di Red Fort.

Sejarah Masjid Jami’ Delhi tidak bisa dilepaskan dari Sejarah para imamnya. Imam pertama masjid ini, Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari merupakan tokoh pilihan yang diminta secara khusus oleh Shah Jehan kepada Sultan Bukhara (kini masuk wilayah Uzbekistan) untuk menempati posisi terhormat sebagai imam kerajaan di masjid Jami’ Delhi. Khusus untuk Jabatan Imam bagi Masjid Jami yang kala itu tiada tandingannya, Shah Jahan menginginkan seorang tokoh dengan kepribadian yang juga tiada tanding. Pilihan beliau jatuh pada wilayah Kesultanan Bukhara yang kala itu merupakan pusat ilmu pengatahuan dan seni. Shah Jahan kemudian berkirim surat kepada sultan Bukhara memohon untuk dikirimkan seorang Imam untuk masjid Jami Delhi.

Masjid Jami Delhi dengan tiga gerbang, gerbang utamanya menghadap ke timur.

Imam yang di inginkan Sultan haruslah keturunan Rosulullah baik dari garis ayah maupun ibunya, memiliki pengetahuan Islam yang tinggi, berintegritas dan berkualitas tinggi. Menyambut permintaan Sultan Shah Jahan, Sultan Bukhara kemudian mengutus Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari ke Shahjahanabad (Delhi), dan sultan Bukhara juga dengan penuh hormat memfasilitasi keberangkatan Shah Bukhari bersama keluarganya ke Delhi. Sesampainya di Delhi Shah Bukhari disambut dengan upacara penyambutan dari Sultan Shah Jahan. kedatangan beliau di Delhi bertepatan dengan selesainya keseluruhan proses pembangunan Masjid Jami’ Delhi. 


Pada tanggal 24 Juli 1656M / 1 Syawal 1066H Shah Jahan bersama seluruh menteri beserta rombongan bersama ummat Islam Delhi menyelenggarakan sholat berjamaah untuk pertama kali dimasjid ini, sholat Idul Fitri 1066H langsung di imami oleh Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Setelah itu Sultan Shah Jahan memasangkan Jubah kebesaran kepada Shah Bukhari dan mengumumkan pengangkatannya sebagai Imamat-e-Uzma dengan gelar Shahi Imam. Sejak saat itu jabatan imam masjid Jami’ Delhi dipegang oleh Shah Bukhari dan dilanjutkan oleh keturunannya dari generasi ke generasi.

Di tembok sebelah dalam ruang utama masjid ini terukir sejarah pembangunan masjid ini. disebutkan disana arsitek masjid ini bernama Ustad Khalil. Disebutkan juga bahwa Shah Jehan mengundang Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari langsung dari Bukhara untuk hadir dalam peresmian masjid ini di tanggal 23 Juli 1656M, dan kemudian menjadi Imam Shahi pertama di masjid Jami’ Delhi.

Fitur yang tidak akan kita temukan di masjid masjid modern. Dekka   tempat   khusus   untuk   Muatlawi (imam kedua)  yang mengulangi bacaan imam agar terdengar  oleh  jemaah  yang berada di shaf belakang.


Sebagai masjid kerajaan, Imam Masjid Jami Delhi pun menyandang predikat sebagai imam kerajaan (Shahi Imam). Imam masjid Jami’ Delhi memiliki kehormatan tersendiri Karena seluruh Sultan setelah Shah Jahan di nobatkan di masjid ini oleh Shahi Imam Masjid Jami’ Delhi. Dimulai dari penobatan Sultan Aurangzeb putra Shah Jehan, dilakukan di masjid Jami’ Delhi oleh Shahi Imam pertama Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari. Tradisi tersebut berlangsung hingga ke Shahi Imam ke delapan, Mir Ahmad Ali Shah Bukhari pada hari Ahad 30 September 1837 bertepatan dengan 9 Jumadil Tsani 1253H, ketika menobatkan Sultan Mughal terahir, Sultan Bahadur Shah Zafar.

Arsitektural Masjid Jami Delhi

Masjid Jami Delhi dilengkapi dengan 3 gerbang besar di masing masing sisi timur, utara dan selatan, dulunya gerbang timur masjid ini merupakan gerbang paling utama karena menjadi gerbang masuk dan keluarnya keluarga kerajaan Mughal. Kini gerbang timur hanya dibuka di hari Jum’at. Dua menara setinggi masing masing 41 meter, lima lantai dan salah satu lantainya dilengkapi dengan balkoni. Menara masjid ini diperindah dengan lapisan batu merah dan batu pualam putih. sedangkan di bagian belakang masjid masih terdapat lagi 4 menara kecil sama seperti di bagian depan. Delapan menara kecil dan dua menara tinggi masjid ini semuanya dibangun dalam arsitektural khas Mughal.

Ke tiga gerbang utama masjid ini membawa pengunjung ke pelataran tengah masjid (inner courtyard). Sebuah halaman terbuka berukuran 1200 meter persegi mampu menampung sekitar 100 ribu jemaah. Di pelataran ini juga terdapat kolam penampungan air yang merupakan kolam untuk berwudhu. Di sebelah depan (sebelah barat) kolam ini dibangun sebuah tempat yang sedikit ditinggikan dari permukaan lantai sekitarnya yang disebut Dikka, tempat ini disediakan bagi seorang muatllawi (imam kedua) yang mengulang bacaan yang di baca oleh imam, mengingat masjid ini begitu besar hingga tidak semua bacaan imam terdengar oleh jemaah yang berada di belakang.

Jemaah sholat hari raya di Masjid Jami' Delhi.

Bangunan utama masjid ini di lengkapi dengan tiga kubah besar berlapis batu pualam putih. Tiga kubah ini benar benar dibangun dalam bentuk kubah bawang utuh. Dasar kubahnya berupa bentuk silindris menyerupai drum. Kubah seperti ini yang kemudian menginspirasi arsitektur masjid masjid di penjuru dunia yang dibangun sesudahnya. Masjid Badshahi yang fenomenal di Lahore itu pun di bangun dengan ispirasi dari Masjid ini.

Bangunan utama masjid Jami Delhi ada di sisi barat komplek bangunan ini. Terdapat delapan pintu masuk berlengkung dan dinding sisi dalam masjid ditutup dengan pualam putih hingga setinggi pinggang orang dewasa. Melewati pintu masuk ini terdapat ruang sholat utama berbentuk persegi panjang berukuran 61m x 27.5m dengan sebelas lengkungan.

Ruang sisi barat masjid ini memiliki pilar pilar besar yang keseluruhannya di ukir dengan ukiran dengan pengaruh seni tradisional Hindu dan Jain. Pintu masuk di sisi timur masjid ini akan mengantar jamaah ke ruang lain tempat Maosoleum Sultan Ahmad Shah berada. Di pagi hari sisi timur masjid ini digunakan sebagai pasar burung beserta pakannya. Pada awalnya ada gedung madrasah di sisi selatan masjid ini namun sudah diruntuhkan paska perang kemerdekaan India tahun 1857.

Pelataran Masjid Jami' Delhi.

Masjid yang begitu luas dan besar ini tampak terlalu sempit di dua sholat hari raya ketika jemaah membludak dan meluber dari kawasan masjid hingga ke atap yang tak semestinya digunakan untuk tempat sholat. Tradisi Ramadhan juga hingar bingar di masjid ini, kesibukan tampak jelas mewarnai sebulan penuh pengurus masjid ini untuk menyediakan makanan berbuka puasa bagi jemaah masjid. Sebuah tradisi yang sudah bertahan ratusan tahun secara turun temurun.

Masjid Jami Delhi dibangun diatas pondasi yang ditinggikan dari tanah disekitanya kira kira mencapai 1.5 meter. Dari teras masjid menuju ke bagian dalam masjid dilengkapi dengan 3 anak tangga baik dari sisi timur utara dan selatan. Lantai masjid ini yang dilapis dengan batu pualam dengan ornamen bergaris menyerupai sajadah masing masing berukuran 95 x 45 cm, memudahkan jamaah meluruskan shaf sholat. Setidaknya ada 899 ornamen yang sama di lantai dalam masjid. Bila dilihat dari belakang masjid ini terlihat berdiri kokoh diatas tumpukan batu pondasinya. Landasan tempat masjid ini berdiri sejatinya juga adalah sebuah bukit berbatu. Lokasi nya yang memang berada di atas bukit ditambah bangunannya yang cukup tinggi menjadikan masjid ini dapat terlihat dari berbagai sudut kota Delhi tua.

Insiden Serangan Teroris di Masjid Jami’ Delhi

Polisi di Masjid Jami Delhi.
Tanggal 14 April 2006 sebuah ledakan bom mengguncang Masjid Jami Delhi. Ledakan pertama terjadi pada pukul 17:26 disusul ledakan kedua pada pukul 17:33. Meski tidak menimbulkan kerusakan pada bangunan masjid namun dua ledakan tersebut menciderai setidaknya13 jemaah. Ketika itu tengah berlangsung sholat Jum’at di masjid ini yang merupakan sholat Jum’at pertama setelah peringatan maulid nabi. Jemaah yang hadir di hari Jum’at itu mencapai 1000 orang. 

Dua ledakan tersebut bukan insiden satu satunya yang terjadi di masjid ini. 15 September 2010 terjadi insiden penembakan terhadap turis asal Taiwan yang sedang berkunjung ke masjid ini. Pria bersenjata menggunakan sepeda motor melepaskan tembakan ke arah bis wisatawan Taiwan yang sedang di parkir di dekat gerbang-3 masjid Jami Delhi.

Imam Imam Masjid Jami’ Delhi

1) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Shahi Imam
2) Syed Abdul Shakoor Shah Bukhari Shahi Imam
3) Syed Abdul Raheem Shah Bukhari Shahi Imam
4) Syed Abdul Ghafoor Shah Bukhari Thani Shahi Imam
5) Syed Abdul Rehman Shah Bukhari Shahi Imam
6) Syed Abdul Kareem Shah Bukhari Shahi Imam
7) Syed Mir Jeewan Shah Bukhari Shahi Imam
8) Syed Mir Ahmed Ali Shah Bukhari Shahi Imam
9) Syed Mohammed Shah Bukhari Shahi Imam
10) Maulana Syed Ahmed Bukhari Shahi Imam
11) Maulana Syed Hameed Bukhari Shahi Imam
12) Syed Abdullah Bukhari
13) Syed Ahmed Bukari***

[updated 23 Mei 2023]

1 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA