Masjid Jami' Nepal di Kathmandu satu daru dua masjid besar di kota metropolitan Kathmandu, ibukota Republik Demokratik Federal Nepal. |
Bila dalam artikel sebelumnya sudah di ulas tentang Masjid Kashmiri Taqiya di Kathmandu – Nepal, kali ini kita akan mengulas tentang masjid bersejarah dan terbesar ke dua di Nepal, Masjid Jami Nepal atau Kathmandu Jama Masjid, masjid Hindustan, masjid India atau Masjid Nepali dan kadang kadang media juga menyebut masjid ini sebagai Masjid Nasional Nepal, meski dengan jelas papan nama masjid ini tertulis “Nepali Jame Masjid”. Sejarah pembangunan awal masjid ini memang dilaksanakan oleh muslim dari India yang berimigrasi ke Nepal beberapa abad yang lalu.
Tak jauh dari kampus Tri Chandra, perguruan tinggi ternama di Nepal.
Sebagaimana fungsi masjid bagi ummat Islam,
masjid Jami Nepal memiliki peran sentral bagi ummat Islam di Nepal. Hampir keseluruhan masjid di Nepal dijadikan semacam pusat komunitas ummat
Islam, masjid Jami’ Nepal memilki bangunan
sekolah Islam (madrasah) dan kawasan niaga. Meski selama ber-abad abad ummat
Islam di Nepal dilarang menyebarkan
Islam kepada pemeluk agama Hindu, hal tersebut masuk dalam katageri pelanggaran
hukum berat dan dapat dikenai sangsi hukuman penjara selama tiga tahun.
Perubahan signifikan pada masjid ini terjadi sejak tahun 1990-an, merubahnya
menjadi sebuah simbol kehadiran muslim di Kathmandu khususnya di Nepal umumnya.
Pengurus dan jemaah masjid ini tidak terkait
dengan kepentingan politik manapun di negeri tersebut. Namun masjid memang
menjadi tempat titik berkumpul utama bagi muslim manapun termasuk muslim Kathmandu, secara khusus perubahan karakter
simbolis masjid ini menarik perhatian dari golongan sayap kanan Hindu Nepal yang kerap kali memandang masjid ini sebagai
pusat muslim termasuk pusat bagi “hal hal yang lain”. Boleh jadi itu sebabnya
masjid ini sempat menjadi sasaran serangan dalam beberapa tahun terahir.
Sebuah menara tinggi melengkapi Masjid Jami' Nepal ini. Masjid tiga lantai tak cukup lega untuk menampung jemaah sholat jum'at apalagi dua hari raya. |
Sejarah Masjid Jami’ Nepal
Muslim Hindustani (India) merupakan kelompok
muslim kedua yang menetap di Nepal, gelombang pertama
muslim yang mukim di Nepal adalah Muslim
Khasmiri yang kemudian mendirikan Masjid
Kashmiri Taqiya dan sudah di ulas dalam artikel sebelumnya. Kelompok
pertama muslim Hindustani masuk ke Nepal semasa kekuasaan Raja Pratap Malla
(1641-1674) dari dinasti Malla. Raja mengizinkan mereka menetap dan mendirikan
masjid di selatan Masjid
Kashmiri Taqiya yang sudah lebih dahulu berdiri.
Masjid yang dibangun oleh kelompok pertama
Muslim Hindustani ini kemudian terkenal sebagai masjid Hindustani, Masjid
India, Masjid Nepali atau Masjid Jami Kathmandu (Kathmandu Jama’ Mosque). Konon masjid ini
pertama kali dibangun dengan beraliran syiah (boleh jadi itu sebabnya muslim
Hindustani meminta izin kepada raja untuk membangun masjid sendiri terpisah
dari Masjid
Kashmiri Taqiya yang beraliran Suni). Bangunan masjid Hindustani ini
saat itu dilengkapi dengan sebuah imambara, sekarang bangunan tersebut sudah
tidak ada lagi.
Tahun
1857 tatkala Nepal dibawah kekuasaan Jang Bahadur dari dinasti Rana, sejumlah besar
muslim Hindustani berimigrasi ke wilayah Terai – Nepal, sebagai akibat tekanan dari tentara Inggris
yang menjajah India kala itu. Jang Bahadur memang
bersedia menerima migrasi muslim India tersebut sebagai bagian dari
persekongkolannya dengan Inggris untuk mengurangi konsentrasi muslim di kawasan
yang bergelok di India utara. Konsentrasi muslim dalam jumlah besar di satu
kawasan bergolak dianggap sebagai ancaman bagi eksistensi Inggris di India.
Para pengungsi ini sebagian tinggal di tinggal di Terai ini berdagang bahan
bahan dari kulit atau bekerja sebagai buruh tani.
Pemberontakan muslim India utara tahun 1857
terhadap penindasan tentara Inggris, terkenal dengan sebutan Pemberontakan
Sepoy. Pemberontakan tersebut berahir dengan kekalahan muslim dari tentara
Inggris. Kalangan istana Lucknow yang memberontak terpaksa mengungsi ke Nepal termasuk diantara mereka adalah Maulana
Sargaraz AH Shah (Mufti terahir dari dinasti Mughal semasa Sultan Bahadur Shah
Zafar) yang mengungsi ke Kathmandu mengiringi kepergian
Putri Begum Hazrat Mahal istri dari Nawab Wajid Ali penguasa Begum dari Lucknow
berserta putra Mahkota Birjis Qadr).
Maulana Sargaraz AH Shah yang kemudian
mengubah Masjid Jami’ Kathmandu menjadi Masjid
beraliran suni dan merenovasi keseluruhan bangunan masjid, dan membangun kediaman
bagi keluarga kerajaan yang menetap disana, keseluruhan dana renovasi dan
pembangunan tersebut berasal dari dana pribadi Putri Begum Hazrat Mahal.
Maulana Sargaraz dan Putri Begum Hazrat Mahal
ketika wafat di Kathmandu keduanya dimakamkan
di areal masjid Jami’ Kathmandu sesuai keinginan
mereka semasa hidup. Putri Begum Hazrat Mahal wafat di Kathmandu pada tanggal 7 April 1879. Makam
mereka masih dapat di jumpai disana meski selama berpuluh puluh tahun makam dan
masjid tersebut sama sekali luput dari perhatian pemerintah Nepal. Sampai sampai Pandit Jawaharlal Nehru tokoh
kemerdekaan India sempat kecewa ketika mengetahui kondisi makam pejuang India
tersebut sama sekali tak terawat. Belakangan pemerintah Nepal mulai memperhatikan masjid dan makam ini.
Saksi Bisu pembunuhan Tokoh Islam Nepal
26 September 2011 Masjid Jami Nepal menjadi saksi bisu pembunuhan keji terhadap
salah satu tokoh muslim Nepal, Faizan Ahmad Ansari
(36 tahun), Sekretaris Jenderal Persatuan Islam Nepal. Beliau dibunuh oleh dua orang pria
bersenjata api yang memberondongnya dengan peluru di jalan di depan Masjid ini
sesaat setelah beliau menunaikan sholat Asyar.
Tubuh beliau terkapar bersimbah darah di bawah guyuran hujan deras.
Imran saudara beliau bersama jemaah masjid yang kemudian melarikan nya ke rumah
sakit Bir di pusat kota Kathmandu namun nyawanya tak
tertolong.
Pembunuhan keji tersebut memicu kemarahan
para pendukung dan keluarganya yang menggelar demonstrasi menuntut pengusutan
tuntas kasus pembunuhan tersebut. Kasus ini juga bukan kasus pembunuhan pertama
terhadap tokoh muslim Nepal. Lebih ironis lagi
karena lokasi masjid ini dan lokasi kejadian justru tak jauh dari markas
kepolisian kota metropolitan Kathmandu. Persatuan Islam adalah ormas Islam Nepal yang bergerak di bidang pendidikan dengan
tujuan utama memajukan pendidikan bagi muslim Nepal.
Meski kemudian pemerintahan maois Nepal mencopot kepala kepolisan metro Kathmandu, namun massa yang sudah terlanjur
kecewa menuntut pengunduran diri wakil perdana menteri dan Mendagri Nepal sebagai bentuk tanggung jawab moral atas
kegagalan mereka melindungi warga negaranya dari rangkaian aksi pembunuhan.
Masjid ini juga nyaris menjadi sasaran amuk
massa pada 1 September 2004 silam yang melampiaskan kemarahan mereka atas
terbunuhnya 12 pekerja Nepal di Iraq. Massa yang
marah merusak dan menghancurkan kantor pengerah tenaga kerja di pusat Kathmandu yang dituduh bertanggung jawab atas
pengiriman 12 pekerja tersebut ke Iraq, kantor kantor maskapai penerbangan
asing tak luput dari amuk massa termasuk Masjid
Kashmiri Taqiya yang tak terpisah jauh dari Masjid ini. Aparat
keamanan kemudian memblokir kawasan ini dengan pengerahan pasukan dan kendaraan
berat militer untuk menghentikan amuk masa, meski sebagian kalangan mengecam
pihak keamanan yang dianggap terlambat mengantisipasi tindakan anarkis
tersebut.
Arsitektural Masjid Jami Nepal
Masjid Jami’ Nepal yang kini berdiri merupakan bangunan baru
bukan bangunan asli yang dulu pertama kali dibangun oleh muslim india di tahun 1641-1674
dan kemudian di renovasi total oleh Putri Begum Hazrat Mahal pada tahun 1857.
Bangunan masjid ini kini berdiri tiga lantai dalam arsitektur yang lebih
modern. Dilengkapi dengan sebuah bangunan menara tinggi sedikit terpisah dari
bangunan masjid. Uniknya ada satu bangunan menara lain yang tidak seberapa
tinggi di halaman masjid ini yang dijadikan tempat muazin mengumandangkan azan.
Kawasan masjid Jami Nepal di Kathmandu ini kini menjadi pusat aktivitas
muslim di kota metropolitan Kathmandu. Berderet toko menyajikan berbagai
kebutuhan ummat Islam termasuk rumah makan muslim yang menyediakan makanan
halal dan toko toko yang menyediakan berbagai kebutuhan lainnya. Di kawasan
masjid ini juga berdiri sekolah islam yang dikelola oleh pengurus masjid. Selama
bulan suci Ramadhan secara khusus pengurus masjid menyediakan makanan untuk
berbuka puasa bagi jemaah masjid. Penyediaan makanan untuk berbuka ini menjadi
suatu perhelatan rutin yang cukup besar di masjid ini.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA