Masjid Agung Lhasa Tibet. |
Dimanakah Letak Masjid Agung Lasha
Tibet,
sebuah negeri yang juga berada di lokasi geografis tertinggi di bumi dengan
elevasi rata rata 4900 meter dari permukaan laut. Jauh lebih tinggi dari gunung
semeru (3676mdpl) puncak
tertinggi di pulau Jawa. Dengan ketinggian itu menjadikan Tibet sebagai kawasan tertinggi
di planet bumi. Wajar bila kemudian Tibet
disebut sebagai Negeri di atap Dunia. Tibet beribukota di Lhasa. Kota yang menjadi rumah
bagi Masjid Agung Lhasa yang
akan kita bahas dalam artikel ini.
Tibet
dulunya merupakan sebuah Monarki dengan agama Budha sebagai agama negara,
pemimpin negaranya juga merupakan pemimpin tertinggi agama Budha, bergelar
Dalai Lama. Negeri dengan bangunan bangunan megah peninggalan Sang penguasa
negeri atap dunia. Kota Lasha kadang kadang juga dijuluki sebagai “tempat
bersemayam-nya para dewa”. Sebuah bangunan istana monumental menjadi landmark
dan tujuan wisata utama di jantung kota Lhasa, Istana Potala namanya.
Bangunan istana yang menyandang predikat sebagai istana kuno dengan lokasi
geografis tertinggi di muka bumi. Istana tempat bertahtanya Dalai Lama pertama
hingga Dalai Lama terahir.
Lokasi Tibet Autonomous Region - China |
Tahun 1950 pasukan merah China menginvasi Tibet dan di musim gugur tahun
1951 pasukan merah China berhasil menduduki kota Lhasa. Pada tanggal 17 Maret 1959
Pemimpin tertinggi Tibet, Dalai
Lama berhasil meloloskan diri dari tangkapan pasukan merah China dan hidup di
pengasingan bersama keluarga serta pengikut setianya di Dharamsala,
India, dan membentuk semacam pemerintahan di pengasingan. Dalai Lama yang
sekarang adalah Dalai lama ke 14 atau Tenzin
Gyatso. Tahun 1965 pemerintah China menjadikan Tibet sebagai salah satu propinsi
di Republik Rakyat China dengan status otonomi Khusus bernama resmi Tibet Autonomous
Region atau Xizang Autonomous Region.
Alamat Masjid Agung Lasha
Wengduixingka Road No.3, Hui Community
Southeast of Hebalin, Old Town, Lasha
Tibet (Xizang) Autonomous Region, China
Sejarah Masjid Agung Lasha
Masjid Agung Lhasa juga dikenal dengan nama
Masjid Hebalin, karena lokasinya yang berada di kawasan Hebalin, di pusat kota
Lasha. Masjid yang menjadi pusat komunitas muslim Hui di Tibet. Masjid ini pertama kali
dibangun tahun 1716M dimasa pemerintahan Kaisar Kangxi dari dinasti Qing.
Pertama kali dibangun masjid Agung tersebut hanya seluas 200 meter persegi.
Bangunan masjid pertama itu kemudian diperluas tahun 1793M ketika banyak
tentara muslim yang menetap di Lhasa.
Bangunan masjid tersebut hancur dalam kebakaran di tahun 1959 dan kemudian
dibangun lagi ditahun yang sama. Bangunan yang kini kita lihat di pusat kota
Lasha adalah bangunan setelah renovasi terahir tersebut.
Di bulan Maret tahun 2008, kawasan muslim quarter
di Hebalin termasuk Masjid Agung Lhasa
ini sempat dirusak massa pendemo anti China di Tibet. Kawasan Hebalin dan
Masjid Agung mengalami kerusakan disana sini akibat rusuh massa. Polisi setempat
sempat menutup kawasan tersebut, melarang siapapun masuk kesana kecuali warga
asli Hebalin dan muslim dari area lain yang akan menunaikan sholat di Masjid
Agung.
Masjid lainnya disebut masjid kecil (Lhasa Small Mosque) adalah masjid
yang dibangun untuk para muslim pendatang dari Kashmir. Masjid kecil, pertama kali
dibangun tahun 1863M. Masjid ini berukuran 130 meter persegi dilengkapi dengan
bangunan sekolah Islam dibangun tahun 1952 dan menginduk ke sekolah Islam di
masjid Agung Lhasa. Di sekitar
Masjid Kecil, ada 63 keluarga yang tinggal disana termasuk 11 keluarga warga
asing dengan total populasi sekitar 315 jiwa. Masjid Kecil Lasha terletak di
Balang Steet, Hebalin, Chengbing District, Lhasa.
Masjid Agung Lasha dibangun dalam arsitektural tradisional
Tibet dengan bentuk bentuk
lengkungan sirkular dan dua menara kecil menyatu dengan atap masjid di atap
sisi depan masjid. Dekorasi masjid didominasi oleh ukiran dan lukisan bunga bunga
dan flora, dalam sentuhan warna biru. Arsitektur masjid ini cukup sederhana namun
cukup menyolok diantara bangunan bangunan lain di pusat kota Lasha. dua menara
dan Kubah utama di atap masjid terlihat sampai jauh, memberikan nuansa lain di
kota Lasha.
Masjid Agung Lasha memiliki tiga pintu masuk menuju
halaman tengah nya. Seperti kebanyakan bangunan relijius di Tibet Masjid Agung Lasha juga
dilengkapi dengan sebuah pintu gerbang besar menuju halaman masjid. Gerbang
dengan arsitektural khas Tibet,
mirip seperti gerbang sebuah vihara Budha. Ornamen gerbang ini didominasi
polesan warna merah, lukisan floral, dan atap khas yang terdiri dari tiga
undakan atap. Pembedanya dengan bangunan relijius lainnya adalah sebuah papan
nama besar yang bila di Indonesia-kan artinya adalah “Masjid Agung Lasha di Tibet”, yang ditulis dengan tiga
aksara sekaligus. Aksara dan bahasa arab serta dua aksara setempat.
Keseluruhan bangunan masjid ini menempati area
seluas 2600 meter persegi termasuk bangunannya seluas 1300 meter persegi.
Bangunan utama nya terdiri dari ruang sholat utama, dan bangunan penunjang
termasuk bangunan bunker, menara air, kamar mandi, tempat wudhu dan lain
lainnya. Ruang sholat masjid ini seluas 285 meter persegi terdiri dari ruang
inti, dan ruang terbuka. Gedung bunker atau gedung Xuanli, merupakan bangunan
utama masjid ini.
Salah
satu menara masjid Agung Lasha
|
Selain Masid Agung Lasha dan Masjid Kecil Lhasa, masih ada dua Masjid Lagi
di Kota Lasha, yakni dua masjid yang dikelola oleh Muslim Khasmir, biasa
disebut masjid Khasmiri (masjidnya muslim Kharsmir) yang berada di Gyangda
Linka (taman Muslim) dan Masjid Khasmiri di pusat kota Lasha. Masjid Khasmiri
dan muslim Khasmir di Lasha memiliki sejarah yang unik, karena Gyangda linka
(Taman Muslim) yang menjadi kampung muslim Khasmir pertama di Lasha merupakan
hadiah dari Dalai Lama ke-5 untuk muslim Khasmir. Di seluruh wilayah Tibet ada 6 Masjid, selain dari 4
yang sudah disebutkan tadi masih ada satu masjid di Shigatze dan satu masjid di
Changdu di bagian Timur Tibet.
Sejarah Islam Di Tibet
Saudagar muslim dari negara negara Arab sudah
mencapai Tibet pada sekitar
abad ke 8 ~ 9 masehi. Perkembangan Islam menyebar disebelah barat Tibet dan Kashmir pada abad ke 11
masehi. Di abad ke 12M kelompok saudagar muslim dari Kashmir dan Ladakh masuk
ke Tibet dan menetap di Lasha.
Pernikahan antara pria muslim pendatang dengan wanita Tibet serta interaksi sosial
diantara muslim dan warga asli mengukuhkan eksistensi mereka disana. Bahkan
bahasa Tibet memiliki kosa
kata sendiri untuk menyebut Muslim, dengan kata Kha-che. Masjid pertama di Tibet dibangun pada tahun 1716M
dimasa pemerintahan Kaisar Qing dari dinasti Kangxi. Masjid pertama itu yang
kini dikenal sebagai Masjid Agung Lasha.
Interior
Masjid Agung Lasha
|
Muslim China di Tibet merupakan Muslim dari marga
Hui, secara berkesinambungan mereka tinggal di Suing dan Kawasan Kokonor di
bagian barat Tibet, dan
menjalankan perdagangan dengan Tibet
Tengah. Sebagian dari mereka merupakan pedagang dan tinggal secara permanen di
kawasan timur Tibet, keturunan
mereka masih dapat ditemui hingga kini, beberapa diantaranya juga datang dari
barat secara berkesinambungan kemudian pindah ke Lhasa. Menetap disana mempertahan
akidah dan persaudaraan yang erat satu sama lainnya.
Berbagai sumber di Tibet menunjukkan bahwa penguasa Tibet pernah menguasai kawasan
luas di Asia Tengah sebelah barat hingga ke Persia di abad ke 8 dan 9 Masehi,
dimasa ketika Persia, Uigur, Turk dan Tibet berlomba untuk menguasai
kawasan tersebut terutama dari penguasa Kabul, yang semula merupakan pengikut
raja Tibet namun kemudian
berganti keyakinan dari Budha dan masuk Islam di sekitar tahun 812 – 814M, dan
tunduk kepada Khalifah Al-Ma’mun dari dinasti Abbas.
Sebagai suatu penghormatan kepada khalifah
Islamiyah, raja Kabul kala itu memberi hadiah kepada Al-Ma’mun berupa kepingan
emas yang merupakan hasil dari peleburan patung emas Budha. Kepingan emas
tersebut kemudian dikirimkan kepada khalifah. Itu sebabnya Kawasan yang kini
kita kenal sebagai Afganistan dan beberapa Negara baru di kawasan asia tengah
merupakan kawasan yang tak tersentuh oleh pengaruh Tibet selama beberapa abad.
jemaah
sholat jum’at di Masjid Agung Lasha
|
Kha-Ce, Masjid Chota dan Gya Kha Che, Masjid Bara
Komunitas muslim di Lhasa saat ini terdiri dari dua
kelompok yang berbeda, keduanya menjadi warisan budaya di masyarakat China (Tibet), Khasmir, Nepal, Ladakh,
Sikh atau bahkan bagi masyarakat non China. Komunitas kecil muslim kurang dari
1000 jiwa yang kini disebut Kha-Che merupakan merupakan keturunan dari para
pedagang muslim di abad ke 12M. Sedangkan orang Muslim China dari marga Hui
dipanggil Gya Kha Che, jumlah mereka ada sekitar 2000 jiwa.
Masing masing komunitas kecil tersebut menggunakan dan
mengelola masjid mereka sendiri. Muslim Khasmir (Khasmiri) dan muslim non China
menggunakan Masjid Chota atau Masjid Kecil, sedangkan Orang Hui menggunakan
Masjid Bara atau Masjid Besar. Masing masing komunitas memiliki pemuka agama dari
kalangan mereka sendiri, mengola sekolah
Islam, mengurus administrasi mereka masing masing kepada pemerintah lokal Tibet, hingga pemakaman umum yang
mereka sebut Kygasha, lokasinya sekitar 15Km diluar kota Lhasa.
gerbang Masjid Agung Lasha
|
Hadiah Lahan “Sejauh Jangkauan Anak Panah”
Meskipun para saudagar muslim pendatang sudah lama
hadir di Lhasa dan kota kota
lain di Tibet, namun baru pada
saat naiknya Dalai lama ke lima (1617-1682) menjadi titik balik bagi Islam di Tibet. Berdasarkan sejarah lisan
disebutkan bahwa beberapa ulama Islam yang hidup di Lhasa pada masa itu selalu
melaksanakan sholat di bukit bukit terpencil di pinggir kota. Dalai Lama
menjumpai mereka saat mereka sholat setiap hari, sampai suatu hari beliau
bertanya tentang apa yang mereka lakukan. Salah satu Ulama kemudian menjelaskan
bahwa mereka sedang melaksanakan sholat sesuai dengan ajaran Islam, dan mereka
melaksanakannya di bukit terpencil karena ketiadaan masjid di pusat kota untuk
mereka jadikan sebagai tempat sholat berjamaah.
Terkesan dengan penjelasan tersebut, Dalai Lama
kemudian mengutus seorang pemanah ke bukit dimana kaum muslimin sering sholat berjamaah
disana dan memerintahkannya untuk menembakkan anak empat panahnya ke empat
penjuru mata angin. Dari tempat dimana dimana anak panah dilepaskan hingga ke
tempat dimana ke empat anak panah tersebut jatuh, seluas itulah lahan yang
kemudian diberikan oleh Dalai Lama ke-5 kepada kaum muslimin untuk mendirikan
Masjid dan sebagainya. Tempat tersebut kemudian dikenal sebagai “sejauh jangkauan
anak panah” yang kemudian menjadi tempat bagi bangunan masjid dan lahan pemakaman
muslim pertama di kota Lhasa
hingga kini.
prasasti di
Muslim Park kota Lasha , dalam 4 bahasa, mengenang
kebaikan Dalai Lama ke-5 yang
memberikan lahan bagi
kaum muslimin di tahun 1650
|
Kini, lahan yang dihadiahkan oleh Dalai Lama
Ke-Lima tersebut dikenal sebagai Che Kha Gling Ga atau Taman Muslim (Muslim
Park) yang digunakan oleh komunitas muslim sebagai tempat piknik. Sebuah
bangunan berbentuk lengkungan khas Tibet
(sgo) dibangun untuk menandai di masjid pertama yang dibangun tempat itu
sekaligus untuk mengenang kebaikan Dalai Lama ke Lima.
Sampai kemudian masjid baru bagi muslim Khasmir
(masjid kecil / chota masjid) dibangun di pusat kota Lhasa. Dulunya masjid di Kha Che
Gling Ga (taman muslim / muslim park) merupakan satu satunya tempat bagi Muslim
Khasmir untuk berkumpul melaksanakan sholat Jum’at secara rutin. Muslim dari
komunitas Khasmir ketika itu harus berjalan cukup jauh beberapa kilometer
setiap hari Jum’at untuk mencapai masjid dari rumah mereka di pusat kota menuju
masjid di Kha Che Gling Ga dan kemudian berbagi roti bersama jemaah yang lain
setiap bakda sholat Jum’at. Sebagian dari roti yang tidak habis disantap
kemudian dibawa kembali ke pusat kota dibagikan kepada mereka yang tidak dapat
hadir di masjid hari itu sebagai “tshogs” atau roti berkat.
Jemaah Masjid Agung Kota Lasha,
|
Sebagaimana masyarakat Tibet lainnya, muslim Tibet pun mengalami masa masa
sulit sejak pencaplokan wilayah Tibet
oleh tentara China. Meskipun situasinya kini sudah berangsur angsur membaik
dari sebelumnya. Kini mereka sudah sedikit menikmati kebebasan untuk
menjalankan agamanya dibandingkan masa masa sebelumnya. Namun begitu pasukan
merah China senantiasa mengawasi semua aktivitas warga Tibet dalam upaya
mencegah segala bentuk upaya separatisme kemerdekaan Tibet dari China. Tentara menjaga
setiap sudut kota Lhasa
termasuk di kawasan Masjid Agung Kota Lhasa.
Penutup
Tibet
dengan ibukotanya Lhasa,
selama berabad abad menjadi tempat yang penuh misteri bagi para petualang
karena ketertutupannya dari dunia luar. Tempat yang begitu terpencil di
ketinggian pegunungan Himalaya ini menjadi salah satu perlintasan sepanjang
jalur sutera di abad pertengahan. Sampai kemudian Tibet takluk dibawah kekuasaan
China tahun 1950 Tibet mulai
terbuka dan dikenal secara luas oleh dunia Internasional. Jalur kereta api yang
dibangun pemerintah China melintas di kawasan Tibet dari wilayah China lainnya
menjadi lintasan kereta api di tempat tertinggi di bumi. Proyek proyek
pembangunan berskala raksasa diluncurkan pemerintah China di kawasan itu.
Kehadiran Islam, muslim dan masjid di kota Lhasa, ibukota Tibet itu membuka mata kita,
bahwa di negeri atas langit yang mayoritas penduduknya beragama Budha itu ada
saudara saudara kita sesama muslim. Meski berbeda suku bangsa, berbeda warna
kulit, bahasa dan budaya, tapi Islam mempersatukan kita dalam satu ikatan
ukhuwah. Semoga Islam semakin bersemi di negeri istananya para dewa itu dan menjadi
rahmat bagi Tibet dan China
secara keseluruhan. Amin.***
bagus sekali, izin saya copy ke blog saya ya ....
BalasHapusmangga di copy
BalasHapusjgn lupa link kemari ya
Sangat membantu untuk informasi penting terima kasih
BalasHapusTerharu,,,,
BalasHapusBaagus sekali
BalasHapus