Masjid Badshahi Lahore, Pakistan, dikenal juga sebagai Masjid Raja atau King Mosque, terjemahan dari kata Badshahi. |
Badshahi berasal dari kata Badshah yang berarti Raja. Masjid Badshahi atau Masjid Raja berada di Kota Lahore – Pakistan.
Dibangun oleh raja ke enam dinasti Mughal, Raja Aurangzeb tahun 1671 dan
selesai dibangun pada tahun 1673. Masjid ini merupakan masjid terbesar ke dua
di di Pakistan dan Asia Selatan serta masjid terbesar ke lima di dunia. Tipikal
keindahan kebesaran dan kejayaan era dinasti Mungal menjadikan masjid ini
sebagai landmark dan tujuan wisata utama kota Lahore.
Soekarno, Badshahi, Pakistan dan Indonesia
Di bulan Januari 1950, presiden Soekarno melakukan
kunjungan kenegaraan ke Pakistan dalam rangkaian perjalanan misi diplomatik
pertama beliau ke India, Pakistan dan Burma (Myanmar). Kedatangan beliau disambut
langsung oleh Presiden pertama Pakistan Iskandar Ali Mirza. Dalam kunjungan
tersebut, presiden Soekarno menyempatkan diri untuk berkunjung dan sholat di
Masjid Badshahi – Lahore. Dan juga bertemu serta menyampaikan penghargaan
kepada tentara Pakistan yang telah berjasa turut berjuang memihak Indonesia dalam
peristiwa 10 November di Surabaya.
Pakistan begitu menghormati Bung Karno. Ada dua tempat
di Pakistan yang dinamai dengan nama beliau yakni Soekarno Square Khyber
Bazar di Peshawar, dan Soekarno Bazar, di
Lahore. Penamaan Soekarno ini tidak lepas dari
sepak terjang kedua negara. Pakistan sangat segan kepada sosok Bung Karno.
Bahkan hingga kini kalangan militer Pakistan masih ingat jasa Bung Karno yang
mengirim TNI AL berpatroli di laut selatan Pakistan saat konflik memanas antara
Pakistan dan India di tahun 1965. Sebaliknya,
pendiri Pakistan Quaid Azzam Ali Jinnah pernah meminta
menahan
seluruh pesawat Belanda yang singgah di Pakistan pada 1947, ketika Belanda
ingin menyerang Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga menghargai jasa prajurit Pakistan, yang ketika itu ikut rombongan sekutu. Rombongan ratusan prajurit Pakistan itu tadinya diperintahkan menyerang Indonesia ketika sekutu sampai di Surabaya November 1945. Namun mereka berontak dan memilih berperang di sisi Indonesia. Dari total 600 tentara Pakistan, sebanyak 500 orang gugur di Surabaya. Pada Agustus 1995, Indonesia memberikan medali Indenpendece War Awards kepada tentara Pakistan ini.
Lokasi dan
Alamat Masjid Badshahi
Kota Lahore, Distrik Lahore
Propinsi Punjab, Republik Islam Pakistan
Koordinat geografi
: 31°35′17.07″N 74°18′36.45″E
Berkapasitas 100 Ribu jemaah Sekaligus
Masjid Badshahi berkapasitas 5000 jemaah di ruang sholat utamanya
dan 95.000 jemaah di halaman tengah serta portiko, menjadikannya sebagai masjid tebesar di
dunia dari tahun 1673 hingga 1986 (atau selama 313 tahun). Daya tampung masjid
ini dikalahkan oleh Masjid Faisal di Islamabad (Ibukota Pakistan) yang dibangun
belakangan. Saat ini masjid dengan daya tampung terbesar adalah Masjidil Haram
di Mekah Al-Mukarromah dan Masjid Nabawi di Madinah Al-Munawaroh di
Saudi Arabia, Masjid Hassan II di
Casablanca – Maroko, Masjid Faisal di Islamabad – Pakistan.
Masjid berukuran begitu besar ini, memiliki empat menara di empat penjuru luar masjid masing masing setinggi 53.75m ditambah lagi empat menara di empat penjuru bangunan utama masjid dan halaman tengah seluas 253.899,9m2. Sekedar untuk perbandingan, tinggi menara masjid ini lebih tinggi 4.2 meter dibandingkan
dengan menara Taj Majal, dan halaman tengah masjid ini sama luasnya dengan keseluruhan luas Taj Mahal.
Tahun 1993 yang lalu pemerintah Pakistan merekomendasikan Masjid Badshahi
untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO, dan sudah dimasukkan ke
dalam daftar sementara dari kemungkinan nominasi masuk ke dalam daftar warisan
dunia UNESCO.
Sejarah Masjid Badshahi
Pembangunan Masjid
Badshahi (1671–1673)
Jemaah Sholat Jum'at di Masjid Badshahi Lahore. |
Masjid Badshahi dibangun pada masa pemerintahan raja dinasti Islam Mughal ke VI, Raja Aurangzeb yang bergelar Alamgir (sang penakluk dunia) pada bulan Mei 1671. Proses pembangunan
masjid ini memakan waktu selama dua tahun dan selesai pada bulan April 1673. Raja Aurangzeb adalah putra dari Raja Mughal yang termashur dengan Taj
Mahal nya, Shah Jehan.
Masjid Badshahi dibangun dalam visi kerajaan dan menjadikannya sebagai
masjid kerajaan emperium Islam Mughal karenanya sengaja dibangun berseberangan dan tak jauh
dari Lahore Fort, Landasan
masjid ini dibangun lebih tinggi dari permukaan lahan disekitarnya untuk
mencegah banjir dari aliran sungai Ravi saat pasang naik. Fondasi dan struktur bangunan masjid ini
dibangun menggunakan bahan batu bata dan tanah lempung yang dipadatkan. Struktur bangunannya kemudian dibalur
dengan lampengan batu pasir merah yang ditambang dari daerah Jaipur di
Rajasthan (kini masuk dalam wilayah India). Sedangkan kubahnya di lapis dengan
pualam putih.
Proses pembangunan masjid ini diawasi langsung oleh saudara angkat Raja Aurangzeb's yang bernama Muzaffar Hussain (juga dikenal sebagai Fidai Khan Koka) yang pada bulan Mei 1671 ditunjuk sebagai gubernur Lahore oleh Raja Aurangzeb. Fidai Khan Koka juga merupakan ahli persenjataan kerajaan Islam Mughal.
Bersama dengan pembangunan Masjid Badshahi, sebuah gerbang baru dibangun di
Lahore Fort mengarah ke Hazuri Bagh (Taman Hazuri Bagh, dulunya
merupakan lapangan terbuka tempat berparadenya pasukan kerajaan Mughal) dan menuju langsung ke pintu masuk utama Masjid
Badshahi, gerbang ini diberi nama “Gerbang Alamgir” nama yang diambil dari
gelar sang raja. Di pintu masuk masjid Badshahi terdapat prasasti pembangunan masjid ini yang
ditulis dalam bahasa Persia berbunyi :
“Masjid Abdul Muzaffar Muhy-ud-Din Muhammad Aurangzeb Alamgir, Sang Raja
penakluk. Dibangun dibawah pengawasan dari pengurus rumah tangga kerajaan yang
rendah hati, Fidai Khan Koka pada tahun 1084H”
Masjid Badshahi di Masa Kerajaan Mughal (1673-1752)
Ketika selesai dibangun tahun 1673 masjid Badshasi tidak saja menjadi
masjid terbesar di emperium Islam Mughal tapi juga merupakan masjid terbesar di dunia. Catatan rekor tersebut
bertahan selama 313 tahun sampai tahun 1986. masjid ini menjadi salah satu
bangunan terbesar semasa kejayaan Mughal dan dunia. Di cuaca cerah masjid ini
dapat dilihat dari jarak hingga 15 Km. Masjid badshahi mengangkat
pentingnya posisi kota Lahore secara politik, ekonomi dan budaya di masa
kejayaan Mughal.
Masjid Badshahi di Masa Kekuasaan Sikh (1799-1849)
Pada tanggal 7 Juli 1799 milisi Sikh dari Sukerchakia, pimpinan Ranjit
Shing mengambil alih kota Lahore. Setelah mengusai seluruh kota, Masjid Badshahi
mengalami kerusakan parah ketika Ranjit Shing menggunakan Halaman tengahnya
yang begitu luas itu sebagai kandang kuda pasukannya. Sedangkan 80 hujras
(ruangan kelas) yang mengitari halaman tengah masjid dijadikannya
sebagai barak militer dan gudang senjata. Ranjit Sing juga menjadikan Hazuri Bagh yang berdekatan
dengan taman disebelah masjid sebagai ruang pengadilan kerajaan. Tahun 1820 seorang warga Inggris bernama William Moorcroft dalam
catatannya menyebutkan bahwa saat itu masjid Badshahi dijadikan areal latihan
bagi pasukan infantry Sipahi.
Tahun 1841 terjadi perang sipil Sikh, Putra Ranjit Singh, Sher Shing menggunakan menara masjid Badshahi yang ujung nya sudah runtuh akibat genba, untuk meletakkan zamburah atau Senjata Ringan untuk membombardir pendukung Sikh Maharani Chand Kaur yang menguasai Lahore fort, bombardier dari menara masjid itu mengakibatkan kerusakan pada Fort Lahorei. Salah satu korban diborbardir itu adalah hancurnya Fort Diwan-e-Aam (Hall untuk pertemuan publik, Hall tersebut kemudian dibangun ulang dimasa pendudukan Inggris, namun tak mampu membangun seindah aslinya. Selama perang sipil ini tercatat bahwa Hendri De La rouche, komandan Kavaleri Prancis yang ditugaskan di ketentaraan Sher Singh menggunakan terowongan yang menghubungkan masjid Badshahi ke Lahore Fort sebagai gudang sementara penyimpanan mesiu.
Masjid Badshahi di Masa Penjajahan Inggris (1858-1947)
Saat Inggris menjajah India, inggris meneruskan apa yang dilakukan
pemerintahan Sikh dengan tetap menggunakan masjid dan area yang
menghubungkannya dengan Fort sebagai barak militer. 80 hujrah yang berada
disekitar lapangan tengah dan semasa kekuasaan Sikh dijadikan sebagai kandang
kuda, di hancurkan oleh Inggris untuk mencegah digunakannya ruang kelas
tersebut bagi segala bentuk aktivitas anti Inggris. Inggris kemudian membangun ulang area hujras dengan bentuk arkade terbuka atau “dalan” seperti yang kita lihat
saat ini.
Masjid Badshahi Kembali ke Kaum Muslimin dan Restorasi
Menanggapi ketersinggungan kaum muslimin atas terus digunakannya masjid Badshahi sebagai
barak militer sejak pemerintahan Sikh hingga di era awal pemerintahan
pendudukan Inggris, Inggris ahirnya membentuk Otoritas Masjid Badshahi pada
tahun 1852 untuk melakukan restorasi dan mengembalikan Masjid tersebut kepada
kaum muslimin. Sejak tahun 1852 tersebut serangkaian restorasi terhadap bangunan masjid
dilaksanakan dibawah pengawasan Otoritas Masjid Badshahi. Perbaikan besar
besaran dilaksanakan sejak tahun 1939. Cetak biru perbaikan masjid disiapkan oleh arsitek
Nawab Zen Yar Jang Bahadur.
Masjid Badshahi di bawah pemerintahan Republik islam Pakistan
Pekerjaan restorasi terhadap masjid ini terus berlanjut ketika Lahore
manjadi bagian dari Republik Islam Pakistan yang baru berdiri pada tanggal 14 Agustus 1947 lepas dari India.
Di tahun 1960 Masjid Badshahi direstorasi total dan dikembalikan ke bentuknya aslinya. Proses restorasi ini
menghabiskan dana 4.8 juta Rupee. Pemerintah Pakistan membangun sebuah musium kecil di dalam gerbang
masuk ke masjid Badshahi, untuk menyimpan beberapa benda bersejarah yang terkait dengan Nabi Muhammad S.A.W,
sepupunya Ali Bin Abi Thalib, dan putri beliau Fatimah Azzahra. Benda benda tersebut dibawa ke wilayah anak benua tersebut oleh Amir
Taimur. pemotretan terhadap benda benda tersebut sama sekali tidak
diperkenankan oleh pihak berwenang disana, demi menghormati baginda rosul dan
keluarganya.
Makam Muhammad Iqbal tak jauh dari komplek Masjid Badshahi. |
Di luar masjid, di dekat tangga masuknya terdapat
makam pujangga Pakistan yang begitu terkenal Dr. Sir Allama Muhammad Iqbal. Beliau
adalah salah satu tokoh besar yang berjasa bagi berdirinya Republik Islam
Pakistan terpisah dari India. Makam beliau dibangun dalam bentuk mausoleum
berarsitektur campuran arsitektural Maroko dan Afgani. Keseluruhan bangunan
maosoleom nya menggunakan batu pasir merah yang diambil dari sumber yang sama
dengan batu pasir yang dipakai untuk masjid Badshahi.
Di kesempatan 2nd Islamic Summit yang diselenggarakan di Lahore pada
tanggal 22 Feebruari 1974, tiga puluh sembilan kepala negara dari negara negara Islam menyempatkan
diri sholat Jum’at di masjid ini, hadir diantara mereka adalah Zulfikar Ali Butto (Pakistan),
Raja Faisal (Saudi Arabia), Muammar Gaddafi (libya), Yasser Arafat (Palestina)
dan Sabah III Al-Salim Al-Sabah (Kuwait). Sholat Jum’at hari itu di imami oleh Imam
besar Masjid Badshahi, Maulana abdul Qodir
Azad, sekaligus bertindak sebagai khatib.
Kemegahannya terlihat anggun di bawah
cahaya
lampu malam hari
|
Tahun 1993 yang lalu pemerintah Pakistan sudah merekomendasikan Masjid Badshahi
untuk dimasukkan ke dalam daftar warisan dunia UNESCO, dan sudah dimasukkan ke
dalam daftar sementara nominasi masuk daftar warisan dunia UNESCO.
Tahun 2000 dilakukan perbaikan terhadap lapisan pualam yang menutup ruang
sholat utama masjid. Tahun 2008 dilaksanakan pekerjaan penggantian terhadap batu pasir merah
yang melapisi pelataran tengah masjid. Penggantian batuan tersebut menggunakan batuan yang
bersumber dari sumber aslinya seperti saat pertama kali dibangun, hanya saja
karena wilayah Jaipur, Rajastan, sudah menjadi wilayah India, pengadaan batu
tersebut dilaksanakan harus melalui prosedur perdagangan internasional.
Arsitektural dan Rancang Bangun Masjid Badshahi
Arsitektural masjid Badshahi sangat mirip dengan Masjid Jama di Delhi tua, India. Masjid Jam Delhi Tua dibangun tahun 1648. Kemiripan tersebut dapat dimengerti mengingat masjid Jama di Delhi dibangun oleh
Ayahanda dari Aurangzeb, Raja Shah Jahan. Rancangan masjid tersebut di-inspirasi oleh seni
Islami, Persia, Asia tengah dan sentuhan India. Sebagaimana layaknya sang
pembangun-nya, masjid ini pun begitu megah, besar, mengagumkan dan memberikan
kesan yang luar biasa.
Masjid Badshahi di mata uang Pakistan 500 rupee. |
Tangga menuju ruang sholat utama masjid ini serta keseluruhan lantainya menggunakan pualam warna warni. Ruang sholat utama masjid Badshahi dibagi ke dalam tujuh bagian dalam artian memiliki beberapa lajur yang terbentuk oleh deretan tiang berlengkung dalam ukuran besar, tiga ruang berada di bawah kubah ganda yang di kerjakan dengan apik menggunakan pualam putih. Empat ruang lain nya berkubah rata (manbatkari), lengkap dengan lukisan dinding, dan berlapiskan batu pualam.
Eksterior masjid ini di dekorasi dengan batu berukir juga dengan lapisan
pualam dan batu pasir warna merah khususnya untuk beberapa motif dan relif relif tebalnya. Ditambah dengan sedikit
sentuhan indo-greek, Asia Tengah dan pengaruh dari arsitektur India dalam
teknik maupun motif motifnya.
Pelataran tengah Masjid Badshahi. |
Skyline masjid ini dihias dengan seni bangunan yang begitu indah menggunakan lapisan pualam, memberikan garis garis megah seantero masjid. dalam berbagai fitur arsitekturalnya seperti halaman tengah, lorong lorong, menara di empat penjuru, garis proyeksi yang mengarah ke ruang sholat utama dan pintu masuk utama, ditambah dengan perjalanan panjang sejarah perkembangan arsitektur Islam sebelum pembangunan masjid ini di tahun 1673.
Dinding sebelah utara masjid ini membentang sangat dekat dengan tepian
sungai Ravi, jadi gerbang besar masjid ini tidak diletakkan disisi tersebut,
simetris dengan sisi utara sisi selatan pun dirancan tanpa gerbang besar. dan
empat bangunan Aiwan seperti yang ada di masjid Jama Delhi tidak di duplikasi
di masjid ini. tembok masjid Badshahi dibangun menggunakan batu bata bakar,
semen putih tapi kemudian di lapisi dengan batu pasir merah. sementara jalan
menuju ruang sholat di lapis dengan pualam warna warni.
Pengaruh Arsitektural
Arsitektural Masjid Badshahi
turut mempengaruhi rancang bangun beberapa masjid
yang dibangun setelahnya seperti Masjid Sheikh Zayed di Abu Dhabi (Uni Emirat Arab), Masjid Sir Syed Masjid, di Aligarh dan Taj-ul-Masajid, di Bhopal, (India).***
Semoga suatu saat dapat berkunjung & shalat di masjid ini
BalasHapusamiin ya ALLAH
HapusIts like yοu rᥱad my mind! Yοu seesm to кnow so
BalasHapusmuch abnout tɦis, ljke you wrote the book in it or sօmething.
Ⅰ think that үߋu couldd ddo wkth ɑ few pics
tⲟ drive the message home a littⅼe bit, butt іnstead
of tɦat, this is great blog. Ꭺ ǥreat rᥱad. I'll Ԁefinitely ƅe
back.