Masjid Agung Sumenep dengan gapuranya yang melegenda. |
Masjid Agung Sumenep,
dulunya disebut masjid Jami’ Sumenep, berada di tengah tengah kota Sumenep,
menghadap ke taman Kota, dengan gerbang besar yang unik, pintu kayu kuno,
berdiri kokoh menghadap matahari terbit. Masjid yang sudah berusia ratusan
tahun masih berdiri kokoh, menjalankan fungsingya dengan baik dan menjadi salah
satu penanda kota Sumenep.
Tentang Sumenep - Madura
Sumenep merupakan
salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur, Lokasinya berada di ujung timur
pulau Madura. Kabupaten Sumenep memiliki luas wilayah 2.093,45 km² dan populasi
±1 juta jiwa. Beribukota kota di Kota Sumenep. Kabupaten Sumenep selain terdiri
wilayah daratan di pulau Madura juga terdiri dari berbagai pulau di Laut Jawa,
keseluruhan pulaunya berjumlah 126 pulau.
Peta wisata kabupaten SUmenep klik untuk memperbesar |
Sejarah Sumenep
dimulai sejak dilantiknya Arya Wiraraja sebagai
Adipati pertama Kadipaten Sumenep dibawah
kekuasaan Kertanagara dari
kerajaan Singosari pada
tanggal 31 Oktober 1269. Arya Wiraraja merupakan
sosok dibalik jatuh bangunnya beberapa kerajaan di tanah jawa termasuk Singosari, Gelang
Gelang, Kediri dan
Sumenep sebelum kemudian mendirikan kerajaan Majapahit bersama
dengan Raden Wijaya.
Sejak dilantiknya Arya Wiraraja sebagai
adipati pertama Sumenep, ada 35 Adipati yang telah memimpin kerajaan Sumenep.
Dan di era NKRI ini telah dipimpin oleh
14 Bupati yang pernah memerintah Kabupaten Sumenep. Tanggal 31 Oktober kemudian
diperingati setiap tahun sebagai hari jadi kabupaten Sumenep.
Islam di Sumenep
Merujuk kepada mediamadura.wordpress.com,
penyebar agama Islam di Sumenep adalah Syayyid Ahmadul Baidhawi atau yang dikenal dengan Pangeran
Katandur sekitar pemerintahan Pangeran Lor
dan Pangeran Wetan atau sekitar tahun 1550-an.
Jauh sebelumnya atau sekitar tahun 1400-an ada juga ulama penyebar agama Islam
yang bernama Raden Bindara Dwiryopodho dikenal
dengan nama Sunan Paddusan, namun menurut cerita
para pengamat sejarah masih ada penyiar agama Islam yang lebih awal di Sumenep,
yakni sekitar pemerintahan Panembahan Joharsari (Adipati Sumenep kelima, memerintah 1319-1331). Masih menurut sumber yang sama, Panebahan
Joharsari merupakan Raja Sumenep pertama yang memeluk Islam. (lihat bagan
hubungan antara Pangeran Katandur dengan Adipati Sumenep).
Namun bila merunut
perjalanan Islam di Sumenep, ada jeda waktu cukup lama antara masa pemerintahan
Panebahan Joharsari (Adipati Sumenep ke lima, 1319-1331) hingga berdirinya
masjid Laju di masa pemerintahan Pangeran Anggadipa (Adipati
Sumenep ke 21, 1626-1644 M). apakah di kurun waktu tersebut belum ada masjid ?
atau pelaksanaan ibadah sholat berjamaah dilaksanakan di kraton ?. Wallohua’lam
bisshawab.
Masjid Agung Sumenep - Madura
Berdiri menghadap
alun alun kota Sumenep Masjid Agung Sumenep yang dulunya disebut masjid Jami,
menjadi salah satu penanda kota Sumenep. Usianya yang sudah ratusan tahun namun
masih berdiri megah menjadikannya sebagai salah satu warisan sejarah masa lalu
sekaligus memberikan kebanggaan tersendiri bagi warga Sumenep.
Secara administrative
Masjid Agung Sumenep masuk dalam desa Bangselok, Kecamatan Kota Sumenep,
Kabupaten Sumenep, Propinsi Jawa Timur. Masjid ini seluas 100m x 100m
dilengkapi dengan bangunan sekretariat, bangunan pesanggrahan kiri dan kanan,
bangunan toilet dan tempat wudhu serta tempat parkir.
Sejarah Masjid Agung Sumenep - Madura
Masjid Agung Sumenep dibangun
setelah selesainya pembangunan Kraton Sumenep, pembangunan masjid ini digagas
oleh Adipati Sumenep ke 31, Pangeran Natakusuma I
alias Panembahan Somala (berkuasa tahun 1762-1811
M). Adipati yang memiliki nama asli Aria Asirudin
Natakusuma ini, sengaja mendirikan masjid yang lebih besar, untuk
menampung jemaah yang semakin bertambah. Bangunan masjid yang ada saat itu dikenal
dengan nama Masjid Laju, dibangun oleh adipati Sumenep ke 21 Pangeran Anggadipa (berkuasa tahun 1626-1644 M) sudah tak lagi memadai kapasitasnya
untuk menampung jemaah.
Pembangunan masjid
Agung Sumenep di arsiteki oleh Lauw Piango, arsitek yang sama yang menangani
pembangunan kraton Sumenep. Lauw Piango adalah cucu dari Lauw Khun Thing yang
merupakan satu dari enam orang China yang mula-mula datang dan menetap di
Sumenep. Ia diperkirakan pelarian dari Semarang akibat adanya perang yang
disebut ‘Huru-hara Tionghwa’ (1740 M). proses pembangunan masjid dimulai tahun
1198 H (1779M) dan keseluruhan proses pembangunannya selesai pada tahun 1206H
(1787M). Terhadap masjid ini Pangeran Natakusuma berwasiat yang ditulis pada
tahun 1806 M, bunyinya sebagai berikut;
“Masjid ini adalah Baitullah,
berwasiat Pangeran Natakusuma penguasa di negeri/keraton Sumenep. Sesungguhnya
wasiatku kepada orang yang memerintah (selaku penguasa) dan menegakkan
kebaikan. Jika terdapat Masjid ini sesudahku (keadaan) aib, maka perbaiki.
Karena sesungguhnya Masjid ini wakaf, tidak boleh diwariskan, dan tidak boleh
dijual, dan tidak boleh dirusak.”
Masjid Agung Sumenep. |
Arsitektural Masjid Agung Sumenep -
Madura
Arsitektural masjid
Agung Sumenep sepertinya memang sengaja dirancang oleh Arsiteknya waktu itu
dengan menggabungkan berbagai unsur budaya. Arsiteknya yang ber-etnis Tionghoa
turut menorehkan unsur budaya China pada seni bina bangunan masjid ini. Seni
Arab, Persia, Jawa, India dan China menjadi satu kesatuan utuh pada bangunan
masjid Agung Sumenep ini.
Bangunan utama masjid
di tutup dengan atap limas bersusun. Atap limas bersusun atau berundak, susunan
atap seperti ini selain merupakan ciri khas bangunan di tanah jawa yang
menggunakan atap joglo tapi juga merupakan bentuk atap yang banyak dipakai pada
bangunan klenteng yang biasa menggunakan atap bersusun. Di ujung tertinggi atap
bangunan dipasang mastaka berbentuk tiga bulatan.
Gerbang utama yang
dibangun di masjid ini banyak di pakai di bangunan bangunan penting negeri
China dan India, di dua negeri itu bangunan gerbang tidak semata mata sebagai
pintu masuk utama tapi juga merupakan pos penjagaan. Bangunan ini cukup besar
dan megah, dengan ruangan di atasnya, bisa jadi pada jamannya ruang ini
merupakan tempat menyimpan beduk dan kentongan serta tempat muazin
mengumandangkan azan. Sehingga wajar bila kemudian ruang di atas gerbang ini
yang difungsikan layaknya menara. Gerbang masjid Agung Sumenep ini benar benar
menyita perhatian karena bentuknya yang begitu besar dan megah. Jangan lupa
bahwa masjid masjid awal di tanah air memang tidak dilengkapi dengan menara.
Ukiran jawa dalam
pengaruh berbagai budaya menghiasai 10 jendela dan 9 pintu besarnya. Bila
diperhatikan dengan seksama, ukiran ukiran yang ada di pintu utama masjid ini
sangat kental pengarus budaya China, dengan penggunaan warna warna cerah.
Ukiran dengan nada yang serupa akan banyak di jumpai di daerah Palembang yang
seni arsitekturalnya juga dipengaruhi cukup kuat oleh budaya China. Disamping
pintu depan mesjid sumenep terdapat jam duduk ukuran besar bermerk Jonghans, diatas
pintu tersebut terdapat prasasti beraksara arab dan jawa.
Sentuhan budaya China
terasa lebih kental pada mihrab masjid. Uniknya masjid ini memiliki dua mimbar
disisi kiri dan kanan mihrabnya. Hiasan keramik porselen warna biru cerah
dengan corak floral mendominasi dua mimbar dan mihrab di masjid ini. Dilihat
dari coraknya kemungkinan besar keramik porselen tersebut di import dari
daratan China. Bangunan bersusun
dengan puncak bagian atas menjulang tinggi mengingatkan bentuk-bentuk candi
yang menjadi warisan masyarakat Jawa. Kubah berbentuk tajuk juga merupakan
kekayaan alami pada desain masyarakat Jawa.
Sekitar tahun 90-an
masjid ini mengalami pengembangan, dengan renovasi pada pelataran depan, kanan
dan kirinya, dengan sama sekali tidak mengubah bangunan aslinya. Didalam mesjid terdapat 13 pilar yang begitu
besar yang mengartikan rukun solat. Bagian luar terdapat 20 pilar. Dan 2 tempat
khotbah yang begitu indah dan diatas tempat Khotbah tersebut terdapat sebuah
pedang yang berasal dari Irak. Awalnya pedang tersebut terdapat 2 buah namun
salah satunya hilang dan tidak pernah kembali.***
Sangat penting dikembangkan info masjid di seluruh Indonesia, apalagi spicifik menampilkan masjid-masjid bersejarah, baik yang dikenal maupun yang belum dikenal.
BalasHapusjual bedug
BalasHapusjual bedug masjid
pengrajin bedug
harga bedug
harga bedug masjid
pengrajin bedug masjid
Masjid agung ini sangat bagus arsitekturnya, beberapa kali saya pernah kesana dan melihat langsung bangunan peninggalan sejarah ini..
BalasHapusbagus ya masjid nya,semoga dengan bagus masjidnya banyak yang sholat berjamaah di masjid.
BalasHapusMantab betul juragan
BalasHapus