Masjid Hasan II dilihat dari arah Samudera Atlantik. |
Tentang Maroko
Maroko, Kerajaan Islam di ujung
utara benua Afrika, beribukota di kota Rabat, beseberangan dengan kerajaan Spanyol di benua Eropa bagian selatan terpisah oleh selat Gibraltar. Maroko memiliki pertalian
sejarah yang sangat erat dengan Kerajaan Spanyol, Gibraltar dan keseluruhan
semenanjung Iberia. Dan sejarah itu tak lepas dari nama Panglima Tariq Ibnu Ziyad,
panglima perang Islam dari Maroko yang begitu melegenda, mengukir sejarah
keemasan Islam menaklukkan wilayah Andalusia (meliputi Spanyol, Portugal,
Andorra, Gibraltar dan sekitarnya) di tahun 711 Masehi bertepatan tahun 97
Hijriah, atas perintah dari Musa Bin Nushair, gubernur Maroko ketika itu.
Nama panglima Tariq
Ibnu Ziyad diabadaikan menjadi nama gunung batu tempatnya
berlabuh ketika pertama kali mendarat di benua Eropa, Jabal Tariq (Gunung
Tariq), lidah orang eropa yang tak pandai menyebut Jabal Tarik, kemudian
menjadikan semenanjung itu bernama Gibraltar hingga kini.
Jalan Sukarno di pusat kota Rabat |
Dalam kunjungan
Bung Karno ke Maroko tersebut, Raja Muhammad V juga memberi hadiah istimewa
bagi Bung Karno dan Rakyat Indonesia berupa fasilitas bebas visa
bagi warga negara Indonesia yang hendak berkunjung ke Maroko. Sayangnya jarak
antara Indonesia dengan Maroko yang terpisah begitu jauh membuat negeri Seribu benteng
di Magribi ini tidak begitu populer bagi para pelancong Indonesia. Begitu jauhnya
Maroko dari Indonesia sampai sampai keluar istilah baru untuk menyebut begitu
luasnya dunia Islam dengan sebutan “dari Maroko sampai ke Merauke”. Selain dari itu di kota Kenitra - Maroko ada Masjid (Bernama) Indonesia, sebagai bentuk penghargaan Kerajaan Maroko kepada pemerintah dan rakyat Indonesia.
Maroko beribukota di Rabat meskipun kebanyakan
orang lebih mengenal Maroko dengan kota Casablanca – nya yang merupakan kota
perdagangan terbesar di Maroko. Di Casablanca berdiri sebuah
bangunan masjid yang begitu istimewa karena dibangun di laut dan menjadi salah
satu masjid terbesar di dunia dan masih memegang rekor sebagai masjid bermenara
tertinggi di dunia, masjid tersebut adalah Masjid Hassan II.
Lokasi dan Alamat Masjid Hassan II
Boulevard Sidi Mohamed ben Abdallah,
Casablanca, Maroko
Telepon : +212
22206265
Koordinat giografi : 33°36′26.4″N 7°37′57.2″W
Rute kendaraan umum :
Bus No 15 dari
Pl Oued al-Makhazine DH3.50
Masjid Terapung Terbesar di dunia
Masjid Hassan II berada di kota Casablanca,
Maroko. Diklaim sebagai masjid terbesar ketiga di dunia
setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Dan Masjid Hassan
II ini merupakan salah satu dari 48 ribu bangunan masjid di Maroko dari total
penduduknya yang hanya 35 juta jiwa. Masjid Hassan II dibangun pada tahun
1986-1993 untuk memperingati ulang tahun mendiang Raja Maroko Hassan II.
Sebagai
pembanding, Italia yang merupakan negara Katholik berpenduduk 60 juta jiwa
hanya memiliki 26 ribu tempat ibadah. Perbandingannya adalah disediakan 1
masjid bagi setiap 730 orang di Maroko. sedangkan di Italia satu tempat ibadah
diperuntukkan bagi 2400 orang.
Masjid Hasan II dengan pelatarannya yang kinclong. |
Masjid Hassan II dibangun menjorok ke samudra
Atlantaik membuatnya terlihat seakan akan berada di tengah laut layaknya sebuah
masjid yang benar benar terapung. Tak salah bila kemudian masjid ini mendapat
julukan sebagai masjid terapung terbesar di dunia. Masjid megah ini kini
menjadi penanda kota Casablanca. Dari arah Samudera Atlantik bangunan masjid
ini mendominasi pemandangan kota Casablanca.
Masjid dengan menara
tertinggi di dunia
Dirancang oleh seorang arsitek Prancis
Michel Pinseau dan dibangun
oleh Bouygues. Masjid ini berdiri megah dan terlihat
begitu anggun dari
Samudera Atlantaik. Dengan lantai kaca yang dapat menampung hingga 25 ribu
jemaah. Ditambah lagi dengan pelataran yang mampu menampung 80 ribu jemaah. Tak
hanya itu masjid ini juga dilengkapi dengan menara khas tradisional Maroko
setinggi 210 meter (689 ft), menjadikan menara masjid sebagai menara masjid
tertinggi di dunia. Menaranya yang begitu tinggi ini terlihat hampir dari
segala sudut kota Casablanca baik siang ataupun malam hari dengan sistem
pencahayaannya yang menggunakan tata lampu sinar laser.
Interior Masjid Sultan Hasan II. |
Penggunaan Teknologi Tinggi
Teknologi tinggi di aplikasikan di masjid megah ini
dengan memanfaatkan teknologi cahaya laser untuk pencahayaan dan memberikan
keindahan tersendiri dimalam hari, penggunaan pemanas lantai untuk mengontrol
temperatur ruangan masjid melalui lantainya ketika suhu dingin, penggunaan
pintu elektrik, rancangan atap yang bisa di buka tutup dengan teknologi
mutakhir dan beberapa bagian lantai masjid menggunakan kaca tebal sehingga
memungkinkan jemaah melihat samudera Atlantik yang menyapu bebatuan di bawah
masjid.
Selain itu masjid ini juga secara keseluruhan
berukuran sangat besar dengan dekorasi interior ruang sholat yang mengagumkan,
dengan ukiran tangan para pengukir yang memang profesional di bidangnya
ditambah dengan dekorasi hasil cetakan semen. Sebuah tim besar para maestro
pengukir di pekerjakan khusus menangani proyek pembangunan masjid ini. Bahan
bahan terpilih berupa kayu kayu cedar dari kawasan Atlas, batu pualam dari
pegunungan Agadir dan batuan granit dari Tafroute.
Lebih dari 6000 seniman maroko dipekerjakan pada
proyek pembangunan masjid ini sejak dari awal pembangunannya. Dengan biaya
proyek mencapai setengah milyar dolar dan sebagian besar dari dana pembangunan
tersebut merupakan sumbangan dari rakyat Maroko sendiri. Masjid ini kini
menjadi sebuah bangunan yang sangat membanggakan bagi warga Maroko terutama
warga kota Casablanca.
Terbuka bagi
pengunjung non muslim
Masjid Hassan II menjadi masjid modern paling baru
yang membuka diri bagi kunjungan dari kalangan non muslim dengan beberapa
persyaratan yang harus dipatuhi termasuk untuk menggunakan pakaian sopan, harus
ditemani oleh pemandu untuk dapat masuk ke dalam area masjid dan tentu saja
harus melepas alas kaki.
Masjid Hasan II merupakan masjid "terapung" terbesar didunia dan juga masjid dengan menara tertinggi di dunia. |
Pemandu wisata di masjid ini menggunakan beberapa
bahasa pengantar selain bahasa Arab juga menggunakan basa Prancis, Inggris,
Jerman dan Spanyol. Pengunjung non muslim juga diperkenankan untuk berkunjung
hingga ke ruang sholat utama, ruang wudhu dan hammam (kolam pemandian di lantai
dasar masjid).
Meskipun masjid ini dapat dicapai dengan berjalan kaki selama ±
20 menit dari stasiun kereta Casa Port, namun beberapa laporan lebih
menyarankan warga asing untuk menggunakan taksi dari pusat kota atau bis umum
No 15 dari kawasan Pl Oued al-Makhazine.***