Halaman

Minggu, 08 Mei 2011

Masjid Raya Makassar

Masjid Raya Makassar.

Mari kita ke Makassar, Ibukota propinsi Sulawesi Selatan, markas nya klub sepak bola PSM, sang ayam jantan dari timur yang kini hijrah bertarung di Liga Primer Indonesia (LPI) meninggalkan gelanggang lamanya di Liga Super Indonesia. Seperti halnya Klub Bola PSM, Kota Makassar tempat klub ini bersarang memang memiliki sejarah yang teramat panjang dan telah melahirkan begitu banyak tokoh nasional dan iternasional. Bahkan nama Makassar sendiri tak hanya kita temukan di Sulawesi Selatan tapi sudah menjadi nama beberapa tempat di tanah air hingga manca negara, menjadi penanda bahwa pelaut pelaut Makassar pernah berjaya di daerah tersebut. Sebut saja Kampong Macassar di Afrika Selatan yang begitu identik dengan Sheikh Yusuf, Pahlawan Nasional Indonesia yang juga sekaligus menjadi Pahlawan Nasional Afrika Selatan.

Di Metropolitan Makassar ini berdiri Masjid megah yang juga menyimpan sejarah bagi Masyarakat Makassar dan bagi negeri ini, yakni Masjid Raya Makassar yang akan kita ulas dalam artikel kali ini, satu dari dua masjid penting di kota Makassar. Membaca sejarah pembangunan masjid ini mungkin akan membuat tercengang sebagian orang ketika tahu biaya yang dulu dikeluarkan untuk membangunnya. Hanya 1,2 juta rupiah saja untuk sebuah masjid besar nan megah itu. Murah bukan ?. Tunggu dulu. Sepertinya anda membutuhkan kalkulator untuk mengkonversi angka tersebut ke nilai rupiah saat ini, agar dapat memahami betapa besarnya biaya 1.2 juta rupiah di masa tersebut.

Alamat dan Lokasi Masjid Raya Makassar

Jalan Masjid Raya, Bontoala, Andalas  
Makassar, Sulawesi Selatan 90111


Sejarah Masjid Raya Makassar

Masjid Raya Makassar, dibangun di atas lahan lapangan sepakbola Exelsior Makassar seluas 13.912 meter persegi yang dihibahkan untuk pembangunan masjid tersebut. Bangunan awal Masjid Raya Makassar dirancang oleh M Soebardjo dan dibangun pada tanggal 25 Mei 1949.

Masjid raya kebanggaan muslim Makassar ini menjadi tempat dilaksanakannya untuk pertama kali perhelatan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ)  pada tahun pada 1955 silam. Presiden pertama RI, Ir. Soekarno pernah singgah dan melaksanakan sholat Jumat di masjid ini di tahun 1957. Sedangkan mantan Presiden Soeharto juga berkunjung dan sholat Jumat di masjid perjuangan ini pada tahun 1967.

Masjid Raya Makassar di siang hari.

Dana awal pembangunan masjid hanya Rp. 60.000 (enam puluh ribu rupiah) yang diprakarsai K H Ahmad Bone, seorang ulama asal Kabupaten Bone tahun 1947 dengan menunjuk ketua panitia KH Muchtar Lutfi, dua tahun kemudian diresmikan dengan menghabiskan biaya Rp1,2 juta rupiah.

Bangunan induk masjid ini memuat 10 ribu jemaah, jika digabung dengan halaman masjid dapat menampung hingga 50 ribu jemaah. Ketika pertama kalinya ditempati salat Jumat pada Agustus 1949, sekalipun bangunannya belum rampung namun seluruh ruangan penuh sesak hingga melimpah ke jalan umum.

Pada masa itu, pemerintah menganjurkan semua masjid di kota ini ditutup dan bersatu di Masjid Raya guna melaksanakan salat Jumat berjemaah. Kegiatan tersebut membuat tentara KNIL yang masih berkuasa di Makassar, merasa gusar dan menyesali pemberian izin membangun masjid. Sebab, Masjid Raya tidak hanya sebagai tempat ibadah saja tapi juga digunakan sebagai markas pertemuan dan kegiatan pejuang kemerdekaan.

Renovasi Total Masjid Raya Makassar

Seiring perjalanan waktu, Masjid Raya Makassar dirombak total dari bentuk aslinya pada Februari 1999. Saat itu, Ketika Jusuf Kalla melontarkan ide perombakan besar-besaran masjid tersebut, muncul reaksi dengan tudingan sebagai kapitalis murni, dengan tuduhan akan mendirikan plaza di atas lokasi bekas bangunan masjid itu. Namun, seiring dengan perkembangan dan kemajuan pembangunan masjid sejak peletakan batu pertama oleh Gubernur HZB Palaguna 9 Oktober 1999, maka Jusuf Kalla sebagai pebisnis membuktikan tekadnya untuk memperbarui bangunan dan model masjid tersebut.

Di balik kontroversi pembangunan kembali masjid kebanggaan masyarakat Makassar itu, masjid itu menjelma menjadi rumah ibadah yang berdiri megah mirip dengan masjid di Timur Tengah dengan sentuhan arsitektural meditaria.

Menurut Pak JK (Yusuf Kalla, Mantan Wapres), renovasi pertama Masjid Raya Makassar sejak dibangun tahun 1949, dilakukan pada tahun 1978 oleh Gubernur Ahmad Lamo. Namun, 29 tahun kemudian atap masjid bocor-bocor sehingga sangat sulit dipertahankan. Karena itu, masjid ini dibangun kembali dengan struktur dan arsitektur baru mengadopsi Masjid Cordoba Spanyol, sementara bangunan lama hanya menyisahkan menara disamping kiri masjid.

Bangunan Masjid Raya Makassar yang baru ini dibangun menggunakan bahan bangunan dari bahan baku lokal sekitar 80 persen, memiliki dua menara setinggi 66,66 meter, berdaya tampung 10.000 jamaah dan fasilitas berupa perpustakaan, kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulsel.

Interior Masjid Raya Makassar.

Sumbangan Pak JK  (Jusuf Kalla)

Dana pembangunan masjid masing-masing bersumber dari Jusuf Kalla (JK) sebesar Rp18,5 miliar, Aksa Mahmud (Bosowa Coorporation) Rp1,5 miliar, Pemkot Makassar Rp3 miliar, Pemprov Sulsel Rp1 miliar, jamaah masjid Rp1 miliar dan Andi Sose Rp500 juta. Pada hari jumat 27 Mei 2005 bertepatan dengan 18 Rabiul Akhir 1426 H, Masjid Raya Makassar diresmikan pemakaiannya oleh Wakil Presiden RI, Drs H Muhammad Jusuf Kalla.

Cerita para penjaga sepatu

Ada berkah tersendiri bagi beberapa remaja tiap hari Jumat tiba. Mereka mencari rezeki dengan menjadi penjaga alas kaki di Masjid Raya Makassar. Hanya berbekal pengalas (terpal atau koran) dan kartu bernomor, mereka siap beraksi. Setiap Jumat selalu menjadi penjaga alas kaki di Masjid Raya. Beroperasi di pintu masuk lantai bawah menuju tempat wudhu. Penghasilannya Bisa sampai seratus ribu, dan dibagi dua sama pengurus Masjid. Di Masjid Raya, banyak titik tempat penitipan sendal, kita tinggal memilih sesuai posisi ideal kita, mau di lantai bawah, lantai atas, samping kiri, dan samping kanan. Semua terbukti mampu menjaga alas kaki dengan aman.

Al-Qur'an raksasa di Masjid Raya Makassar.

Al-qur’an Raksasa di Masjid Raya Makassar

Masjid Raya Makassar memiliki koleksi sebuah Al-Qur’an besar berukuran 1 x 1,5 meter yang dipajang secara tetap di lantai 2 Masjid. Alqur’an ini senantiasa mendapat perhatian jamaah yang datang beribadah. Bahkan hampir setiap saat tampak ada jamaah masjid yang berphose di samping Al-Qur’an yang dipajang dalam kotak kayu jati tertutupi kaca tembus pandang tersebut.

Al-Qur’an besar ini merupakan produk ke-6 dari Yayasan Al-Asy’ariah Kalibeber, Wonosobo, Jawa Tengah. Penulis utama Al-Qur’an ini adalah KH.Ahmad Faqih Muntaha, anak dari penghafal dan penulis kaligrafi terkenal KH.Muntaha Al-Hafidz, pendiri Yayasan Al-Asy’ariah yang mengelola berbagai pendidikan formal, seperti Pondok Pesantren Al-Asy’ariah. Juga pendiri Padepokan Agung tertua di Wonosobo, lembah Pegunungan Dieng.

Masjid Raya Makassar.

Produk pertama Al-Qur’an besar seperti ini, menurut catatan pihak pengelola Masjid Raya Makassar, diserahkan ke Presiden RI pada 5 Juli 1994. Produk serupa yang kedua disimpan di Istana Negara, Jakarta. Produk ketiga dibuat atas pesanan Gubernur DKI Jakarta, H.Sutioso. Kemudian, keempat, dibuat atas pesanan dari Gubernur Provinsi Jawa Tengah, H.Murdianto. Produk kelima dibuat atas pesanan Sultan Hasanah Bolkia dari Brunai Darussalam.

Produk Al-Qur’an besar yang dipajang di Masjid Raya Kota Makassar merupakan pesanan dari Pembina Masjid Raya Makassar yang juga pendiri Bosowa Coorporation, Drs.H.M.Aksa Mahmud. Al-Qur’an besar dengan 6666 ayat, 114 surah, dan 30 juz tersebut terdiri atas 605 lembar. Menggunakan kertas berkualitas produksi Perum Peruri. Penulisan menggunakan campuran Tinta Cina dan Air Teh kental agar tahan tidak meluntur. Al-Qur’an besar yang pembuatannya hingga selesai memakan waktu satu tahun (12 bulan), berat total termasuk tempatnya 584 kg.***

7 komentar:

  1. wah keren-keren masjidnya...

    bisa tukaran link....?

    BalasHapus
  2. buat da'wah mah bisa lah . . . .

    BalasHapus
  3. Subhanalah :) sungguh blog yang membanggakan sebagai umat muslim :) salam dari Makassar

    BalasHapus
  4. Wa'alaikum Salam
    Thanks sudah menyempatkan mampir ke rindu masjid

    BalasHapus
  5. Saya mencari foto Mesjid Raya Lama Makassar. Nampaknya masalah pengarsipan dalam bentuk foto kalah dengan kota lain

    BalasHapus
  6. apa masjid raya makassar punya eskalator?

    BalasHapus
  7. Siapa nama ta'mir masjid raya makassar..???

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA