Halaman

Selasa, 29 Maret 2011

Masjid Uqba Bin Nafi, Masjid Agung Kairouan, Tunisia

Masjid Uqba, Masjid Agung Kairouan

Tunisia, Negeri muslim arab di ujung utara benua Afrika yang baru reda dari ketengan politik akibat demonstrasi masa besar besaran menuntut mundurnya pemetintahan presiden Ben Ali dari tampuk kekuasaan negara tersebut. Ben Ali pada ahirnya mundur dari jabatannya meski harus melarikan diri dari negara yang sudah membesarkan pundi pundi harta pribadinya itu.

Ada beberapa persamaan antara Indonesia dan Tunisia, sama sama negeri dengan mayoritas Muslim, sama sama pernah mencatatkan diri dalam sejarah sebagai negeri yang menurunkan presidennya melalui kekuatan demonstrasi masa, dan sama pernah di jajah negara Eropa. Bedanya mereka baru merdeka dari jajahan Prancis 20 Maret 1956, 11 tahun setelah kita merdeka dari Belanda di tahun 1945 tapi pemdapatan perkapita penduduknya jauh di meninggalkan kita, dengan jumlah penduduk hanya seperduapuluh dari penduduk negeri kita.

Ada satu persamaan lagi antara Indonesia dan Tunisia, tiap kota di Tunisia memiliki masjid agung, sama persis dengan di negeri kita. Salah satu masjid agung yang begitu terkenal di Tunisia adalah masjid Agung di kota Kairouan yang akan kita bahas dalam artikel kali ini. Masjid yang disebut sebut sebagai salah satu masjid tertua di Bumi, yang masih berdiri kokoh hingga kini.

Aerial view Masjid Uqba dari sisi yang lain

Masjid agung kota Kairouan resminya bernama Masjid Uqba Bin Nafi atau terkenal juga dengan nama Sidi Uqba atau Uqba Bin Nafis atau Uqba Bin Nafaa. Uqba Bin Nafi adalah salah satu sahabat Rosulullah S.AW. yang juga salah satu panglima perang Islam penakluk Afrika utara ke dalam pangkuan Islam. Beliaulah yang pertama kali membangun masjid ini tahun 670M sekaligus menjadi penguasa muslim pertama disana.

Di Biskra, Aljazair ada sebuah tempat bernama Sidi Uqba atau Sidi Oqba, tempat wafatnya Uqba bin Nafi dan dimakamkan. Di Sana juga berdiri sebuah Masjid Agung yang terkenal dengan nama Masjid Agung Sidi Uqba, atau Sidi Oqba. Masjid Agung yang juga dinamai sesuai dengan nama dan terkait dengan sejarah sahabat Rosulullah ini.

Alamat dan Lokasi Masjid Agung Keirouan

Teletak di timur laut wilayah medina kota Kairouan, masjid ini masuk dalam wilayah Houmat a-Jami (wilayah Masjid Agung). Lokasi ini memang terkait dengan wilayah asli yang dibangun oleh Panglima Uqba Bin Nafis. Dalam perkembangannya wilayah yang memang menjadi pertemuan beberapa wadi beberapa suku, wilayah inipun berkembang ke arah selatan.






Kota Kairouan berjarak 116 kilometer dari Kota Tunis ibukota Tunisia. Kairouan berjarak 116 kilometer dari Tunis. Perjalanan ke sana membelah padang rumput yang kering. Banyak pohon anggur dan pohon zaitun sepanjang jalan. Ada pohon zaitun yang masih berbuah meski usianya sudah 1.000 tahun, di sepanjang perjalanan dari Tunis ke Kairouan yang beraspal mulus.

Kairouan atau dalam bahasa Arab Qayrawan yang berarti "kemah". Diambil dari Qayrawan yang digunakan oleh pasukan Uqba Bin Nafis selama dalam perjalanan dari Mesir sampai kemudian tiba di lokasi ini dan mendirikan kemah selama beberapa hari. Awalnya Kairouan adalah kota yang terpencil, jauh dari jalur perdagangan. Namun, sekarang menjadi salah satu tujuan wisata dan dianggap kota suci. Menurut legenda.saat rombongan Uqba berkemah, seekor kuda tersandung oleh sebuah piala yang tertimbun pasir. Piala ini konon hilang dari Mekah beberapa tahun sebelumnya. Ketika piala itu digali dari pasir, secara ajaib air me-mancar yang konon berasal dari sumber yang sama seperti sumber air Zamzam di Mekah.

Foto lama Masjid Uqba di awal abad ke 20

Cerita inilah yang mendorong kaum Muslim dari berbagai wilayah untuk berziarah ke Kairouan dan sebagian bermukim di sana. Maka selama berabad-abad kemudian Kairouan menjadi salah satu pusat budaya Arab yang penting. Kota ini pun berkembang secara fluktuatif menjadi kota ilmu pengetahuan, pertanian, dan perdagangan.

Sejarah Masjid Agung Kairouan

Masjid agung ini merupakan masjid pertama yang dibangun di kota Kairouan, dibangun tahun 670M tak lama setelah kedatangan muslim Arab ke Afrika utara, bertepatan dengan tahun ke 50 Hijriah.

Ketika menaklukkan Tunisia di tahun 670 M, Panglima Uqba Bin Nafis memilih sendiri lokasi untuk pembangunan masjid ini, tepat di tengah kota yang belau dirikan. Sengaja dibangun berdekatan dengan kantor pusat pemerintahan. 20 tahun setelah dibangun, tepatnya di tahun 690M masjid ini hancur lebur oleh serbuan pasukan suku Berber yang mencaplok kota Kairouan di bawah pimpinan Kusaila.

Masjid Uqba

Tahun 703M, Hasan bin Al-Nu’man yang kemudian membangun kembali masjid ini dari kehancuran. Dengan terus membengkaknya penduduk kota Kairouan dan berkonsekwensi dengan membengkaknya pula jemaah masjid, Khalifah dinasti Umayyah Hisyam Ibnu Malik meminta Gubernur Bishr ibnu Safwan melaksanakan perluasan kota termasuk perluasan Masjid agung Kairouan di tahun 724-728M.

Dalam proses perluasan tersebut Bishr ibnu Safwan meruntuhkan masjid yang lama dengan hanya menyisakan bangunan mihrabnya, dibawah pemerintahan beliau juga bangunan menara masjid ini mulai dibangun.

Tahun 774 rekonstruksi baru disertai dengan modifikasi dan penambahan pernak pernik hiasan dilakukan dibawah arahan dari Gubernur dinasti Abasiah Yazid Ibu Hatim. Era kekuasaan Aghlabids, Kairouan mencapai puncak kegemilangannya dengan masjid agung nya yang merupakan salah satu warisan ke emasan periode kekuasaan ini, dengan stabilitas dan kejayaan nya. Keseluruhan luas masjid yang kini ada adalah warisan dari dinasti ini.

Pintu Utama Masjid Uqba dari area halaman dalam.

Tahun 836, Ziadiet Allah I merekonstruksi masjid ini sekali lagi, dimasa dinasti ini keseluruhan penampilan masjid dirombak keseluruhan, dan sentuhan ahir dinasti ini yang kini kita lihat. Disaat yang sama bangunan mimbar dilengkapi dengan kubah.

Sekitar tahun 862-863, Abul Ibrahim memperluas area mihrab, Di tahun 875 Ibrahim II kembali membangun mihrab ini. Masjid yang kini berdiri dapat ditelusuri ke era kekuasaan Aghlabids, tidak ada satu elemen pun yang berasal dari sebelum abad ke 9 masehi disekitar mihrab kecuali beberapa restorasi kecil  dan penambahan di masa pemerintahan Zirids tahun 1025, tahun 1249 dan 1293 hingga 1294 dibawah kekuasaan Hafsids dan tahun 1618 dimasa kekuasaan mouradites beys.

Restorasi besar besaran dilaksanakan tahun 1967 dilaksanakan dibawah arahan dari Institut Arkeologi dan Seni Nasional Tunisia. Restorasi dilaksanakan terhadap keseluruhan komplek masjid. pekerjaan restorasi ini selesai dilaksanakan dan di resmikan bertepatan dengan peringatan maulid nabi tahun 1972.

Gambaran tiga dimensi Masjid Uqba

Arsitektur Masjid Agung Kairouan

Masjid agung Kairouan ini begitu besar, seluas 9000 meter persegi, dengan tembok dinding yang begitu besar dengan sembilan g erbang utama. Non muslim diperkanankan berkunjung ke masjid ini melalui gerbang di jalan rue Oqba ibn Nafaa dan diminta untuk menggunakan busana muslim. Di pintu masuk tersebut pengurus masjid sudah menyediakan jubah dan pakaian yang layak bagi pengunjung non muslim untuk dapat digunakan sebelum masuk ke area masjid.

Halaman tengah masjid ini dibuat dari bongkahan bongkahan batu batu besar segi empat dilengkapi dengan sistem drainase yang sangat baik. Beberapa bagian halaman ini dilengkapi dengan cekungan untuk menampung debu agar tidak turut masuk ke dalam sistem drainase. Dari halaman tengah ini kita dapat menikmati keindahan setiap lengkungan yang menghias masjid ini yang terdiri dari sekitar 400 pilar tua. Pilar pilar tersebut konon di ambil dari gedung gedung bekas bangunan gereja gereja Romawi, Bizantium dan bangunan Latin disekitar lokasi.

Di ujung utara halaman tengah berdiri bangunan menara masjid setinggi 115 kaki, bangunan menara yang masiv terdiri dari tiga lantai. Di lantai paling bawah yang dibangun tahun 728 masih terdapat inskripsi latin di balok batu besar jaman Rowami. Balok tersebut salah satu material yang dipakai dari bangunan bekas sekitar lokasi.

Puncak Menara Masjid Uqba 

Pintu utama masjid ini merupakan pintu kayu berukir buatan tahun 1829M. Pengunjung non muslim tidak dperkenankan untuk masuk ke ruang sholat namun diperkenankan untuk sekedar melihat dari luar. Ruang utama masjid ini terdiri dari 17 lorong ditopang oleh 414 tiang penyanggah dari batu pualam dari Carthage dan Sousse. ruang dalam masjid alas dengan permadani diseluruh permukaan lantainya.

Mihrab masjid berada di lorong tengah ruangan, mihrab yang berasal dari abad ke 9 masehi ini berada di sisi selatan masjid dan tentu saja menghadap ke Ka’bah di Mekah Al-Mukarromah. Mimbar ini merupakan mimbar dari kayu penuh dengan ukiran cantik dan keseluruhan ukiran kayu tersebut didatangkan dari Bagdad (Irak). Disekitar masjid ini juga terdapat beberapa makam dari para tokoh dan ulama Kairouan.

Interior Masjid Uqba Bin Nafi

Masjid Uqba merupakan salah satu warisan sejarah dunia UNESCO di Tunisia. Masjid ini, masjid Uqba Bin Nafi sekaligus menjadi masjid tertua di kawasan Afrika utara dan sekitarnya, dan masjid tertua dengan gaya magribi, menjadikannya sebagai bangunan monumental Islam terbesar yang begitu impresif di Afrika Utara. Masjid ini juga sekaligus menjadi masjid dengan reputasi universal sebagai sebuah mahakarya seni dan arsitektur Islam.

Dibawah pemerintahan Aghlabids bagian dari Bani Tamim di abad ke 9 masehi, sebuah pekerjaan besar restorasi, renovasi dan perluasan terhadap masjid ini dilakukan menghadirkan masjid yang kini dapat kita nikmati di Kairouan, Tunisia. Masjid Agung Uqba Bin Nafis dan berbagai tempat bersejarah lainnya di kota Kairouan ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi perkembangan dan reputasi kota tersebut.

Kubah Masjid Uqba Bin Nafi 

Kairouan Kota Santri

Setelah lebih dari 1400 tahun sejak pertama dibangun oleh Uqba Bin Nafis Masjid Uqba hingga kini masih menampakkan keanggunannya dan reputasinya. Kota Kairouan sendiri sampai kini terkenal sebagai kota santri di TunisiaMemasuki Kota Kairouan memang segera terkesan tentang sebuah kota santri yang bernuansa agamis.penduduk sekitar menyebutkan, ada sekitar 250 masjid yang tersebar di seluruh pelosok Kota Kairouan. Mereka juga mengungkapkan, dari seusai sholat magrib hingga waktu isa tiba, para murid dari Afrika, Tunisia, dan negara Arab lain menghafal Al Quran di Masjid Uqba bin Nafi. Kota Kairouan merupakan salah satu tujuan utama wisatawan dari mancanegara.***

----------------------------------------ooOOOoo------------------------------------------



Sabtu, 26 Maret 2011

Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York City, Amerika Serikat

Masjid Islamic Cultural Centre New York City.

Imam masjid main film layar lebar ? kenapa tidak !. meski aneh dan langka tapi ini betul betul terjadi. Adalah imam Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York City yang diminta bantuan oleh produser film Turki untuk mengambil bagian di salah satu adegan dengan durasi cukup lama di dalam film Five Minaret in New York (New York’Ta Bes Minare). Film tersebut berkisah tentang pria muslim Turki yang menjadi buronan dinas rahasia. Pelariannya ke New York City dan singgah sholat di Masjid ICC berujung pada penyerbuan oleh pasukan FBI ke masjid tersebut. Di adegan itulah imam masjid sungguhan ini diminta bantuan untuk memerankan dirinya sendiri berhadapan dengan arogansi pasukan FBI.


Imam Syamsi Ali
Cukup membanggakan karena imam masjid tersebut adalah seorang cendekiawan muslim Indonesia yang tinggal di New York City. Beliau adalah Ustadz Muhammad Syamsi Ali, M.A, Pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan, 5 Oktober 1967 ini di amanahi tiga jabatan prestisius sekaligus : sebagai salah satu Imam di Masjid ICC New York City, Board of Director Masjid Indonesia di New York City dan juga sebagai Direktur dari Jamaica Muslim Center. Dan sudah sejak lama beliau menjadi salah satu tokoh muslim paling berpengaruh di Amerika Serikat.

Alamat dan Lokasi Masjid ICC New York City

1711 3rd Ave
New York, 10128, United States


Masjid Islamic Cultural Center (ICC) New York merupakan bangunan pertama yang didirikan sebagai Masjid di New York City. Masjid ini mengandung dua elemen utama yang sudah menjadi simbol universal sebuah tempat ibadah ummat Islam yakni menara dan kubah masjid. Di dalam masjid dilengkapi dengan mihrab, menghadap ke Ka’bah di Mekah sebagai kiblat, menjadikan bangunan masjid ini miring sekitar 29 derajat terhadap poros jalan Manhattan, memberikan halaman luar di depan masjid tempat jemaah bekumpul. Bentuk geometris masjid ini didasarkan pada syariah islam yang melarang bentuk mahluk hidup. Karenanya ornamen masjid kemudian menggunakan kaligrafi asma Allah dalam bentuk bentuk geometris, menghasilkan perpaduan tradisi kuno Islam dengan rancangan dan material masa kini.

Masjid ICC New York dibangun lengkap dengan kubah dan
 menara yang menjadi simbol masjid secara universal
Masjid ini tepat berada di tengah tengah kota New York pada titik koordinat 74°45' bujur barat dan 40°56' lintang utara. Kota mekah berada di titik koordinat 39°49' E and 21°27' N. bila dilakukan hitungan matematika akan didapati bahwa arah masjid adalah arah perjalanan sepanjang permukaan bumi langsung diatas garis lurus menghubungkan kota New York ke Mekah melewati lempeng padat bumi. Rute yang biasa disebut sebagai geodesi atau great circle route dan mencerminkan jarak terpendek diantara dua titik pada permukaan kurva atau bahkan antara dua titik pada kurva ruang jagad raya.

Latar belakang pendirian Islamic Center New York

Islamic Cultural Center New York merupakan organisasi keagamaan dan kebudayaan yang didirikan awal tahun 1960-an sebagi sebuah institusi Islam yang terdiri dari masjid, sekolah, perpustakaan, ruang kuliah, musium dan tempat tinggal imam masjid. tujuan pembangunan ICC ini termasuk untuk (1) memberikan pelayanan kepada komunitas Muslim disekitar Manhattan secara khusus dan warga muslim Amerika umumnya, dengan memenuhi kebutuhan mereka akan tempat ibadah termasuk ruang kelas untuk membantu mereka bersama anak anak mereka mendapatkan pengetahuan yang cukup tentang Islam yang mereka anut. (2). Memberikan pencerahan opini publik Amerika tentang kebenaran Islam, baik itu ajaran, ideologi, filosofi, budaya dan tentang negara negara Islam. (3) Memberikan panduan keislaman kepada komunitas Muslim Amerika, meluruskan opini keagamaan yang benar dan hukum Islam terhadap kehidupan beragama, budaya serta pertanyaan pertanyaan kritis terkait khidupan sosial dan budaya. (4) mempromosikan pemahaman yangbaik serta hubungan yang bersahabat antara muslim dan non muslim.

Bendera Amerika di Masjid ICC New York 
Sejak awal pendiriannya ICC New York ini memiliki keistimewaan tersendiri. Di urus dan di awasi oleh para duta besar negara Islam yang memiliki perwakilan resmi mereka di PBB yang membentuk dewan pembina masjid ini. Hal ini pula yang memberikan Masjid ICC posisi yang sangat prestisius diantara organisasi orgaisasi Islam, mengingat ICC merepresentasikan sikap religius demi sebuah konsensus bersama bagi kepentingan Islam yang lebih besar dalam komunitas muslim global, sehingga mendapatkan dukungan penuh dari masing masing negara Islam tempat anggota dewan pembina berasal.

Sejarah Masjid ICC New York City

Di awal tahun 1960-an ICC memulai fungsi dan aktivitasnya dalam skala kecil di sudut pertemuan jalan antara 72nd street dan Riverside Drive di kota yang paling modis di bumi ini.  Namun kemudian dewan pembina berkeinginan untuk membangun sebuah pusat Islam yang impresiv dalam upaya untuk lebih menyesuaikan kedudukan lembaga prestisius ini dan menyadari betapa pentingnya peran Islam dalam kehidupan masyarakat. Dan juga untuk menjadikannya sebagi salah satu landmark baru bagi kota New York. Dan tentu saja sebagai langkah awal dari keseluruhan proyek pembangunan komplek Islamic Center tersebut, bangunan masjid lah yang terlebih dahulu dibangun, baru kemudian menyusul pembangunan sekolah, perpustakaan, musium dan ruang kuliah.

Menara masjid ICC New York menjulang meski
kalah tinggi dengan gedung gedung pencakar
langit disekitarnya 
Masjid ICC New York dirancang oleh sebuah firma yang cukup prestisius di Amerika, Skidmore, Owing & Merrill (SOM), selesai dibangun tahun 1991. proyek pembangunan masjid ini mencerminkan upaya untuk menemukan bentuk yang mampu memberikan keramahan kepada khususnya kepada ummat Islam dan umumnya kepada masyarakat sekitar. Sejarah pembangunan masjid ini tak terlepas dari keterkaitan antara hasil arsitektural dan budaya politik dari sebuah identitas. Masjid ini dirancang untuk digunaan oleh warga muslim New York city di area metropolitan yang terdiri dari tokoh tokoh muslim kalangan atas yang terdiri dari para diplomat serta lain nya yang terkait dengan kantor PBB, Kantor konsulat dan kantor dagang disana.

Pemerintah Kuwait, Arab Saudi dan Libya membeli lahan untuk masjid ini di tahun 1966 dan pemerintah Kuwait yang menjadi penyumbang terbanyak bagi dana pembelian lahan tersebut sejak tahun 1981. pada mulanya proyek masjid ini diserahkan kepada arsitek Ali Dadras warga Amerika keturunan Iran yang kemudian membuat sebuah rancangan masjid tradisional lengkap dengan halaman tengah serta taman masjid. namun kemudian di pertengahan 1980-an dewan pembina ICC berkeinginan lain, mereka lebih memilih masjid dengan gaya kontemporer. Sejak itu pembangunan diserahkan kepada SOM, yang memiliki catatan panjang keterlibatan dengan arsitektural di dunia Islam termasuk merancang terminal haji, National Commercial Bank dan King Al-Aziz University yang kesemuanya di kota Jedah Arab Saudi. Termasuk juga menangani proyek proyek besar di Arab Saudi, Kuwait dan Bahrain.

Puncak menara Masjid ICC New York berlatar
gedung tinggi Manhattan
Selama dalam tahap rancangan, dewan Pembina ICC menunjuk dua komisi penasehat, yang pertama terdiri dari para tokoh tokoh dari komunitas muslim di New York dan yang kedua adalah para arsitek yang kebanyakan dari mereka adalah non muslim. Perdebatan terjadi ketika akan merumuskan rupa masjid ini. Kalangan arsitek menginginkan masjid berarsitektur abad ke 21. namun tokoh muslim mengingikan bangunan masjid yang mereka ulang gaya masjid tradisional Islam dengan sentuhan motif motif kesejarahan.

Kalangan arsitek pada ahirnya meminta SOM untuk bebas berkarya dalam mereka bentuk masjid tersebut termasuk motif yang akan digunakan namun tetap menghormati syariah. Dan Arsitek SOM, Michael McCarthy memilih untuk mengikuti saran para arsitek. Dalam wawancara dengan Architectural Record bulan Agustus 1992, beliau mengatakan bahwa keputusannya tersebut didasari kenyataan sejarah bahwa Islam selalu menyerap kearifan lokal dalam hal teknik bangunan dan material terbaik dengan segala kehati hatian dengan bentuk bentuk geometric, tata ruang dan penyempurnaannya. Itu sebabnya McCarthy mensenyawakan rancangan tradisonal dengan hal hal terbaik yang ditawarkan oleh abad ke 21.

Masjid ICC New York terlihat mungit dibandingkan gedung gedung jangkung dilatar belakangnya.

Di ujung perdebatan ahirnya lahirlah sebuah rancangan masjid yang menyerap unsur masjid tradional yang biasa kita kenal lengkap dengan Kubah besar dan menara namun dengan sentuhan abad 21 dalam rancang gaya rancang bangun, dalam penggunaan teknologi, material, dan sebagainya. SOM tidak merancang masjid ini dengan menara, namun komunitas muslim menginginkan sebuah menara sebagai pelengkap bangunan masjid ini. Ditunjuklah Kantor arsitek Seanke Hayden Connel untuk merancang bangunan menara dimaksud. Dan kepala designer nya adalah Alton Gürsel, arsitek Amerika keturunan Turki. Alton Gürsel merancang 9 bentuk menara sebelum ahirnya dipilih salah satunya. Sebuah menara dengan bentuk abstak dan kontras dengan dinding masjid yang masif, bebas dari pengaruh bentuk menara masjid era manapun, tinggi nya hampir tiga kali lipat dari bangunan masjid, ramping dan sederhana memberikan tambahan kesan elegan kepada keseluruhan proyek masjid tersebut.

Pembangunan menara ini turut didanai oleh David Rockefellar, yang menyumbangkan sejumlah besar dana bagi terwujudnya pembangunan menara masjid tersebut. Menara masjid ini lebih mencerminkan sebuah identitas daripada fungsinya sebagai sebuah menara, karena memang azan tak diperkenankan untuk diperdengarkan dari menara. Sebagaimana disebutkan dalam plakat pembangunan masjid yang diletakkan di dinding bawah menara, peletakan batu pertama pembangunan masjid ICC New York dilakukan pada tanggal pada tanggal 15 Safar 1409 H atau bertepatan dengan tanggal 26 September 1988 oleh Sheikh Jaber Al-Ahmad Al-Sabah, Kepala Negara Kuwait. Dan keseluruhan proyek masjid ICC new York mulai difungsikan tahun 1991

Aktivitas Masjid ICC New York

Sejak masjid resmi digunakan tahun 1991, masjid ini sudah menjalankan fungsinya melayani jemaah melaksanakan sholat wajib lima waktu sehari semalam serta ibadah sholat Jum’at. Sholat jum’at di New York dilaksanakan antara pukul 12:30 hingga 13:30 di musim dingin. Sedangkan di musim panas waktu sholat jum’at bergeser ke pukul 13:00 hingga 14:00. sholat jum’at juga dilaksanakan dalam waktu yang sama di masjid lama yang berlokasi di One Riverside Drive, di west 72nd Street. Dan tentu saja Masjid ICC ini juga menyelenggarakan sholat taraweh di bulan Ramadhan dan dua sholat hari raya.

Masjid ICC New York City.

Aktivitas dan layanan lain dari masjid ICC dilaksanakan oleh Imam Masjid beserta jajarannya, selain memimpin sholat berjamaah tapi juga memberikan jawaban terhadap pertanyaan pertanyaan yang ditujukan ke Masjid ICC baik dari invidu maupun dari kelompok kelompok masyarakat melalui surat, telepon, tatap muka langsung dengan para imam baik dari kalangan muslim maupun non muslim. Termasuk juga menerima kunjungan kunjungan dari departemen dan lembaga pemerintah, otoritas militer, penjara, anggota kongres, wartawan sampai ke para pengacara.

Pelayanan masjid juga termasuk melayani kunjungan dari berbagai institusi agama dan pendidikan, merespon undangan dari sekolah sekolah, gereja dan sinagog untuk memberikan kuliah dan ceramah umum tentang Islam, juga berpartisipasi dalam dialog lintas gama, memberikan informasi dan instruksi tentang Islam kepada pihak pihak terkait baik individu maupun kelompok kelompok masyarakat di setiap ahir pekan, penyelenggaraan pernikahan, konseling keluarga, membantu pasangan pasangan suami istri dalam menyelesaikan masalah rumah tangga, penyelenggaraan dan supervisi proses pemakaman, mempromosikan hubungan sosial kemasyarakatan dan penyelenggaraan aktivitas kebudayaan Islam.

Interior Masjid ICC New York City.

Kelas hari ahad

Kelas hari ahad untuk anak anak dan dewasa juga terbuka bagi non muslim yang berminat, serta diselenggarakan di lantai dasar gedung masjid. kelas Ahad diselenggarakan antara pukul 10:00 hingga pukul 12:30 selama musim dingin sedangkan selama musim panas diselenggarakan antara pukul 11:00 hingga pukul 13:00. Kelas tersebut berjalan dengan sangat baik. Semua peserta diberikan pencerahan yang beragam, termasuk baca tulis Al-Qur’an dan bahasa Arab, dan pengetahuan Islam secara umum yang menyentuh langsung aspek aspek kehidupan baik keagamaanm, sosial dan budaya.

Ramainya peserta yang begitu antusias di setiap penyelenggaraan kelas ahad ini sekaligus mencerminkan keinginan yang besar dari komunitas muslim setempat untuk lebih mengenal ajaran Islam. Hal itu yang menggugah pengurus Masjid ICC New York untuk membangun sebuah gedung permanen untuk keperluan tersebut. Dan  sebagaimana disampaikan oleh chairman dari Board of Trustees Masjid ICC New York H.E. Mansour Al-Otaibi, tahapan perencanaan pembangunan sudah mencapai tahapan final dan Isnya Allah permulaan pembangunan akan dilaksanakan pada bulan September 2011.  

Interior Masjid ICC New York City.

Kelas Sabtu

pertama, kelas khusus untuk ahwat yang ingin belajar hal hal yang mereka tentukan sendiri di jam jam penyelenggaraan yang berbeda dimulai setiap pukul 11:00 lalu dilanjutkan (kadang kadang) hingga tiba waktu magrib. Apresiasi dan penghargaan yang tinggi bagi para ahwat yang dengan sukarela menjadi pengajar dan berbagi ilmu di kelas kelas tersebut.

Kedua, disiapkan kelas khusus yang disebut dengan Islamic Forum untuk non Muslim dan Mualaf yang diselenggarakan setiap hari sabtu mulai jam 13:00 hingga sekitar pukul 16:00. kelas yang terbuka bagi non muslim dan mualaf mana saja yang berminat, dan tentu saja kelas ini menjadi kelas inklusif. Diskusi di kelas khusus ini mulai dari masalah teologi hingga isu isu sosial dalam Islam.***

Rabu, 23 Maret 2011

Masjid Islamic Center Washington DC, Amerika Serikat

Islamic Centre Washington DC.

Islam menjadi issue utama di Amerika Serikat paska serangan 11 September 2001. tragedi yang tak bisa dipungkiri meninggalkan luka mendalam bagi keluarga korban khsusunya, dan warga Amerika umumnya. Dunia tak pernah sama lagi setelah peristiwa itu. Islam dan ummatnya menjadi sorotan di berbagai belahan bumi. Berbagai perlakuan dan tindakan tak nyaman menerpa muslim yang tinggal di Amerika dan negara negara barat lainnya. Namun peristiwa itu juga yang kemudian membuat begitu banyak orang yang masih mau berfikir jernih untuk mulai bertanya tanya tentang Islam dan pada ahirnya beberapa dari mereka tidak saja sekedar bertanya tapi justru kemudian menjadikan Islam sebagai pegangan hidupnya, setelah menemukan kebenaran Islam.

Sejarah mencatat, hanya beberapa hari setelah peristiwa itu, di tanggal 17 September 2001, presiden Amerika Serikat kala itu George Walker Bush memilih Masjid Islamic Center Washington DC untuk menyampaikan pidatonya. Dalam pidato tersebut Presiden George Walker Bush menyampaikan bahwa Muslim Amerika adalah bagian dari Amerika dan mereka berhak untuk mendapatkan perlakuan yang sama dan setara dengan warga Amerika yang lain.

President George Bush Di Masjid Islamic Center Washington DC tanggal 17 September 2001.

"Americans who mistreat Muslims should be ashamed,". "In our anger and emotion, our fellow Americans must treat each other with respect."

Namun serangan 11 September 2001 tersebut malah kemudian berujung kepada penyerbuan tentara Amerika ke Afganistan dengan dalih perang terhadap teroris. Tek pelak tindakan tersebut membuat beberapa kalangan menyebutnya sebagai bentuk lain dari tindakan terorisme oleh sebuah negara berdaulat terhadap negara berdaulat lain nya.

Masjid Islamic Center Washington DC juga pernah mengalami sejarah kelam dalam peristiwa yang terkenal dengan 1977 Hanafi Siege. Ketika tanggal 9~11 Maret 1977, tiga orang bersenjata menyerbu ke dalam Masjid dan menyandera 11 orang. Tiga orang tersebut merupakan bagian dari kelompok  Hamaas Abdul Khaalis yang disaat hampir bersamaan menyerbu 3 tempat berbeda di Washington DC. Kelompok ini mengajukan beberapa tuntutan kepada pemerintah Amerika Serikat. Penyanderaan tersebut berahir setelah tiga orang duta besar negara Islam melakukan perundingan dengan kelompok tersebut.

Presiden Sukarno berjalan meininggalkan Islamic Centre Washington DC setelah menunaikan sholat disana tahun 1956, setahun sebelum masjid tersebut diresmikan pemakaiannya dibawah pengawalan ketat aparat keamanan ditambah dengan penyambutan yang luar biasa saat itu.

Sejarah juga mencatat bahwa presiden pertama dan proklamator kemerdekaan Republik Indonesia, Ir. Soekarno pernah singgah dan sholat di Masjid Islamic Center Washington DC ini selama kunjungan kenegaraannya selama 19 hari ke Amerika Serikat atas undangan dari Presiden Amerika ketika itu, David Dwight  Eisenhower di bulan Mei 1956. Cukup menarik karena ketika itu masjid Islamic Center Washington DC bahkan belum sepenuhnya selesai dibangun, dan baru secara resmi diresmikan setahun kemudian.

Dalam kunjungan itu Presiden Soekarno mendapatkan sambutan yang luar biasa dari pemerintah dan rakyat Amerika, Presiden Eisenhover bahkan menunjuk Wakil Presiden Richard Nixon untuk menjemput langsung Presiden Soekarno ke Bandara. Konon penyambutan terhadap presiden Soekarno ketika itu merupakan sambutan terbesar oleh Amerika terhadap pemimpin dari dunia ketika yang berkunjung ke Amerika.

Alamat dan Lokasi Masjid Islamic Center Washington DC

2551 Massachusetts Avenue Northwest,
Washington D.C., DC,  USA


Sejarah Pembagunan Masjid Islamic Center Washington DC

Gagasan untuk membangun masjid ini pertama kali lahir pada tahun 1944 saat perang dunia kedua sedang bergolak. Ditahun yang sama ditanggal 11 November 1944 Mehmet Münir Ertegün, Duta besar Republik Turki pertama untuk Amerika Serikat wafat, dan tidak ada satu masjid pun di washington DC untuk keperluan pelaksanaan sholat jenazah. 

Ketika itu sempat terjadi perbincangan antara A.J Howar, pengusaha muslim Amerika yang berasal dari Palestina dan bernama Asli Yusuf Al-Hawa dengan duta besar Mesir Mahmud Hasan Pasha yang mengatakan “sangat memalukan bahwa sholat jenazah untuk seorang yang sangat terhormat seperti almahum Munir Estegun, tidak diselenggarakan di masjid. Dan Dubes Mesir ketika itu meminta Howar untuk mendirikan masjid yang dimaksud, mengingat beliau adalah seorang kontraktor sukses di Amerika. Hal itulah yang menjadi awal keseluruhan porses pembangunan masjid Islamic Center Washington DC.

Menurut Imam Abdullah Muhammad Khouj (imam masjid saat ini) jemaah sholat lima waktu di masjid ini meningkat dari ratusan menjadi ribuan jemaah sejak tahun 1984.


Dengan prakarsa negara-negara Islam, proses pembangunan masjid Islamic center Washington DC dimulai dengan peletakan batu pertama pada tanggal 11 Januari 1949, di atas lahan yang dibeli tahun 1946. peletakan batu pertama itu bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW ke 1420. Mengutip situs pemerintah Amerika Serikat, disebutkan bahwa dana pembangunan masjid dihimpun dari berbagai kalangan, seperti Komunitas Muslim Amerika, negara-negara Islam di seluruh dunia, termasuk Afghanistan, Mesir, Indonesia, Iraq, Iran, Syria, Turki, Pakistan dan Saudi Arabia.

Selain sumbangan dana, di masjid ini juga berhimpung material terpilih sumbangan dari berbagai Negara Islam. Mesir menyumbang lampu gantung besar yang sangat indah, termasuk para seniman yang mengukir kaligrafi Al-Qur’an di keseluruhan dinding dan kubah masjid. Iran menyumbang karpet rajutan yang luar biasa, Malaysia menyumbang kubah, Maroko kaca jendela, Turkey menyumbang keramik lantai dan dinding, dan Iraq menyumbang kaca kuning.

Masjid Islamic Centre Washington DC.

Pembangunannya sendiri berlangsung awal Desember 1949 dengan kontraktor lokal. Keterlambatan proses pembangunan ini disebabkan adanya kendala komunikasi antara arsitek dengan kontraktor. Di saat pembangunan tengah berjalan, penentuan arah kiblat sempat menjadi pro dan kontra, hingga pertengahan 1957. Sampai akhirnya diputuskan seorang ahli, kiblat menghadap timur laut.

Sejumlah penjelasan detail tentang arsitektur masjid terpaksa berulang kali harus diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Inggris. Gambar bangunan berikut interiornya, dibuat oleh tenaga-tenaga arsitek dari Kementerian Agama, Kairo, Mesir. Menariknya, selama proses pembuatan gambar, ada keterlibatan seorang arsitek dari Italia, Professor Mario Rossi.

Keramik/porselen sumbangan Turki di Islamic Center Washington DC 
6 tahun lebih sejak dibangun, atau tepatnya 28 Juni 1957, Islamic Center akhirnya diresmikan. Presiden Amerika Serikat Eisenhower turut hadir dan memberikan sambutan dalam acara peresmian tersebut. Pemerintah Amerika kini melindungi bangunan ini dengan memasukkannya ke dalam daftar bangunan-bangunan historis di Amerika.

Masjid Islamic Center ini menjadi masjid pertama dan tertua di ibukota negara Amerika Serikat, dan pada saat selesai dibangun menjadi masjid terbesar di kawasan Amerika bagian Barat. Keindahan ornamen di Islamic Center ini, sebagian buah karya sang profesor, terinpsirasi kemegahan masjid-masjid kuno Kairo. Professor Rossi akhirnya menjadi seorang muslim, dan berganti nama menjadi Muhammad Mahdi.

Arsitektur Masjid Islamic Center Washington DC

Di masjid itu, ruangan laki-laki dan perempuan terdapat pada lantai yang terpisah. Lantai atas masjid diperuntukkan bagi jemaah laki, sedangkan jemaah wanita di ruangan bawah. Pemisahan letak lantai antara laki-laki dan perempuan yang baru diterapkan bulan Juli 2010 menjelang Ramadhan di tahun tersebut. Keputusan sempat sempat menimbulkan kontroversi karena sebagaian kaum perempuan menganggap hal itu sebagai diskriminasi.

Namun, pihak masjid mengatakan penetapan baru itu dibuat karena kapasitas ruangan di lantai atas yang sudah tidak memadai. Hampir 50-an warga Indonesia secara aktif beribadah di masjid Islamic Center ini, yang datang dari berbagai kota di sekitar Washington DC terutama selama bulan Ramadhan.

Aktivitas Masjid Islamic Center Washington DC

Fasad depan masjid Islamic Center Washington DC, tempat dimana -
Foto Bung Karno di ambil di foto sebelumbya.
Selain sholat jum`at berjama`ah, aktivitas seperti pengajian, Sunday School bagi anak-anak atau kajian-kajian tentang Islam, rutin digelar. Keberadaan Islamic Center di ibukota negara adidaya ini, sungguh berarti bagi kaum muslim. Masjid bersejarah ini senantiasa membuka diri untuk dikunjungi oleh siapapun, setiap hari masjiid ini menerima tamu antara 100 hingga 600 orang. Non-Muslim dari Amerika dan luar Amerika datang bergabung dalam sebuah tur. Beberapa tur dilakukan bagi para pejabat Departemen Luar Negeri Amerika yang akan berdinas di dunia Islam atau para pelajar yang akan belajar di negara-negara Muslim.

Mereka datang untuk mengikuti ceramah serta seminar mengenai situasi di Timur Tengah dan apa yang diharapkan dan bagaimana berperilaku di sebuah negara Islam. Selama tur, para pejabat masjid juga memberikan informasi tentang Islam, ajaran-ajarannya dan Nabi Muhammad SAW dan menjawab pertanyaan dari pengunjung yang masih penasaran soal Islam.

Ornamen Interior di bawah kubah, lukisan dan ukiran Kaligrafi Al-Qur'an
tersebut merupakan karya para seniman Mesir
Perpustakaan dengan koleksi lengkap

Masjid Islamic Center Washington DC juga dilengkapi dengan perpustakaan besar dengan segala macam buku tentang Islam, dan memiliki kelas-kelas untuk pelajaran Bahasa Arab, Al-Qur'an, hukum Islam dan mata pelajaran lain yang terkait agama Islam. Meski tak tidak memungkinkan untuk membangun sekolah, tapi Masjid ini berhasil mengatur kelas Sabtu dan Minggu untuk enam kelas.

Layanan Pemakaman Gratis

Masjid ini juga terlibat dalam kehidupan sosial masyarakat dengan memberikan konseling perkawinan, membantu memahami prosedur pemakaman dan penguburan. Pengurus masjid juga sudah membeli sebuah kuburan pemakaman dan tersedia bagi umat Islam untuk menguburkan orang yang meninggal secara gratis, karena biaya pemakaman di sini di Amerika Serikat adalah sangat mahal.

Masjid Islamic Centre Washington DC.

Dakwah kepada Narapidana di Penjara

Layanan Islamic Center yang paling membanggakan adalah program da`wah. Ada sejumlah besar orang yang masuk Islam di sini setiap bulan, seminar bagi para mualaf, dilaksanakan secara rutin untuk membantu mereka terlibat dalam agama baru mereka, sehingga mereka memahami dan memiliki visi yang jelas, bukan hanya mengikuti metode-metode tertentu.

Islamic Center juga menegaskan bahwa penjangkauan mereka melampaui bangunan masjid. masjid memiliki peserta untuk membantu kami mengirimkan paket buku ke lembaga-lembaga di seluruh AS, khususnya di penjara-penjara di mana orang ingin tahu tentang Islam. Dan hasilnya sungguh luar biasa, beberapa kepala penjara berkirim surat ke masjid Islamic Center dan berterima kasih karena setelah menerima Islam para tahanan terdapat perubahan perilaku mereka dan mereka menjadi manusia yang lebih baik.

Mihrab dan mimbar di ruang sholat utama Masjid Islamic Centre Washington DC.

Kontroversi yang tak berkesudahan

Di bulan November 1981, untuk pertama kali Masjid Islamic Center Washington DC melakukan pemilihan Imam secara langsung, ketika itu terpilihlah Muhammad Al-Asi sebagai imam Masjid Islamic Center Washington DC. Namun kemudian Imam Muhammad Al-Asi berselisih faham dengan pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, Pada tanggal 5 Maret 1983 Imam Muhammad Al-Asi beserta keluarganya diminta keluar dan meninggalkan Masjid Islamic Center Washington DC.

Namun Imam Muhammad Al-Asi enggan menanggalkan jabatan imam nya dan meneruskan menjalankan tugasnya sebagai imam dengan memimpin jemaah diluar gedung Masjid, di halaman rumput bahkan di trotoar seberang jalan Masjid Islamic Center Washington DC.

Bendera merah putih berjejer bersama dengan bendera negara negara berpenduduk muslim lainnya di depan Islamic Center Washington DC.

Idul Fitri bulan Juli tahun 1983, Muhammad Al-Asi beserta 50 jemaah pengikutnya memaksa masuk ke dalam Masjid untuk menjalankan ibadah sholat idul fitri, tindakan ini kemudian memicu pengelola Islamic Center memanggil aparat keamanan, akibatnya Imam Muhammad Al-Asi beserta 50 jemaahnya di ciduk aparat berwajib meski kemudian dibebaskan kembali. Namun juri di pengadilan Amerika Serikat memutuskan mereka bersalah karena telah mengganggu jalannya peribadatan yang dipimpin oleh imam yang lain. Dan pengadilan kemudian memutuskan Imam Muhammad Al-Asi beserta jemaahnya dilarang untuk memasuki Masjid Islamic Center.

Hingga kini Imam Muhammad Al-Asi masih mengukuhkan dirinya sebagai Imam Masjid Islamic Center Washington DC meskipun pihak Masjid Islamic Center sudah mengumumkan bahwa beliau sudah tidak ada sangkut pautnya lagi dengan Masjid Islamic Center Washington DC. Upaya upaya rekonsiliasi sudah dilakukan oleh berbagai pihak namun tak membuahkan hasil, hingga kini pun Imam Al-‘Asi masih senantiasa memimpin jemaahnya menjalankan sholat Jum’at di trotoar diseberang Masjid Islamic Center Washington DC, beliau dan jemaahnya juga mengelola situs sendiri untuk Islamic Center Washington DC.***