Halaman

Senin, 07 Februari 2011

Masjid Essalam, Rotterdam, terbesar di Belanda

Masjid Essalam Rotterdam

Masjid Essalam atau Assalam di kota Rotterdam, Belanda ahirnya selesai dibangun dan diresmikan penggunaannya pada hari Jum’at 17 Desember 2010 lalu setelah melalui sebuah perjalanan teramat panjang dalam pembangunannya. Proses pembangunan masjid ini sempat terbengkalai akibat pertikaian internal panitia pembangunan, pertentangan dari kelompok yang anti pembangunan masjid disana, hingga ke masalah finansial. Kini setelah masjid tersebut selesai dibangun dan diresmikan, menjadi masjid terbesar di kawasan benua Eropa bagian barat.

Rotterdam, merupakan salah satu kota di Eropa yang paling ramah bagi muslim. Dengan jumlah presentase 40% dari 585,000 penduduk Rotterdam (data tahun 2009), Rotterdam bukan hanya dipimpin oleh Ahmed Aboutaleb, walikota muslim pertama di Rottherdam, beliau merupakan warga Belanda keturunan Maroko, tetapi telah menjadi kota imigran muslim terbesar di Belanda. Inilah salah satu keuntungan seorang muslim di Rotterdam, di kota ini, terdapat cukup banyak kios daging halal, masjid, dan organisasi keIslaman setempat.

Alamat dan Lokasi Masjid Essalam Rotterdam

Vredesplein, 3074 Rotterdam, Belanda

 

Sejarah Pembangunan Masjid Essalam Rotterdam

Pembangunan dimulai tahun 2003 dan direncanakan berlangsung selama dua tahun untuk diresmikan dan digunakan tahun 2005, tapi panitia pembangunan mengatakan bahwa pihak oposisi sayap kanan-jauh telah menunda proyek tersebut. Setelah lima tahun ditunda karena menemui hambatan dari politisi sayap kanan, permasalahan internal pengurus hingga masalah pendanaan, ahirnya diresmikan tanggal pada hari Jum’at 17 Desember 2010

 

Masjid yang dibangun dengan dua buah menara yang menjulang setinggi 50 meter (164-kaki) ini dapat menampung 3.000 jama'ah dan akan menjadi masjid dan Islamic centre terbesar di negeri Belanda, kata kepala administrator masjid, Abdelrazak Boutaher. Pembangunan masjid Essalam secara keseluruhan menghabiskan dana sebesar 4 juta Euro.


Masjid Essalam Rotterdam

Penyelesaian pembangunan Masjid As-Salam Rotterdam ini tak terlepas dari bantuan Yayasan Amal Al-Maktoum, sebuah yayasan amal milik Sheik Dubai, Sheikh Hamad bin Rashid Al-Maktoum, yang kemudian menempatkan satu orang dari yayasannya masuk dalam jajaran kepengurusan masjid tersebut. Al-Maktoum mengambil alih pembiayaan penyelesaian pembangunan masjid ini setelah sekian lama terbengkalai karena beberapa permasalahan yang disebut di awal, termasuk ancaman dari dewan kota yang meminta masjid tersebut agar segera diseleaikan atau dihancurkan.

Sengketa, kurang dana, dan mundur 6  tahun dari rencana

Pembangunan masjid besar ini sempat memicu ketegangan antara komunitas muslim yang hampir mencapai satu juta orang di Belanda dengan penduduk pribumi Belanda. Pembangunan masjid ini memang bersamaan dengan rencana pembangunan masjid di Amsterdam, yang kemudian memicu penolakan.

Masjid Essalam Rotterdam

Beragam alasan penolakan mulai dari arsitektur masjid yang dinilai tidak homogen dengan arsitektur lokal dan tidak tidak sejalan dengan semangat integrasi, menara masjid yang dianggap terlalu tinggi, ketakutan dengan isu Islamisasi Belanda, hinga ketakutan akan meningkatnya tindakan radikal sebagai akibat dari pendirian masjid tersebut. Pertentangan sangat keras memang datang dari kubu pihak oposisi sayap kanan-jauh, yang mengklaim diri sebagai mewakili mayoritas masyarakat Rotterdam.

Meski demikian dengan segala pertimbangan dewan kota Rotterdam mengijinkan pembangunan masjid tersebut meski gelombang protes dari kelompok penentang tak pernah berhenti. Angka penduduk imigran di Belanda ditengarai sudah mencapai angka 25% dari keseluruhan populasi Belanda. Dan kenyataan bahwa sebagian besar imigran terebut adalah muslim menjadi salah satu pemicu ketakutan akan berubahnya negeri kincir angin itu menjadi sebuah negeri menara.

Masjid Essalam Rotterdam

Pihak lain menyebut bahwa penolakan yang datang dari penentang pembangunan masjid tersebut terlebih pada kesalahpengertian pada bangunan masjid. menurut mereka semestinya bangunan masjid tidaklah harus selalu dengan design masjid pada umumnya yang mengedepankan simbol simbol Islam, dengan kubah dan menara yang sangat mencolok seakan ingin mengubah pemandangan seluruh kota, dan dianggap tidak cocok dengan kota Rotterdam.

Sementara pihak lain nya menyebut bahwa, muslim Belanda juga memiliki hak untuk menunjukkan jati diri mereka, menunjukkan identitas dari negeri mana mereka berasal meski kini mereka sudah menjadi bagian dari Belanda. Pemberi dana masjid Es-salam sendiri, pernah mengatakan bahwa masjid yang mereka danai sangat cocok dengan pemandangan di Rotterdam, karena kalau Anda tidak melihat kubah dan menara-menaranya, maka akan sangat mirip dengan gedung Kotapraja Rotterdam. 

Masjid Essalam Rotterdam

Permasalahan pembangunan masjid ini memuncak di awal tahun 2010 lalu ketika dewan kota Rotterdam mengingatkan kepada panitia pembangunan masjid bahwa batas ijin akan segera berahir,  dan bila tidak segera diselesaikan dengan sendirinya ijin untuk masjid tersebut pun akan di cabut, artinya bangunan yang belum selesai tersebut harus dihancurkan. Tekanan hebat datang terutama dari Liveable Rotterdam, partai terbesar di kalangan kulit putih Rotterdam.

Permasalahan menjadi lebih pelik ketika jemaah pun mulai mempertanyakan perihal begitu lambannya penyelesaian pembangunan masjid terebut dan kecewa dengan ketidak terbukaan para pengurus kepada jemaah. Abdelrazak Boutaher selaku ketua eksekutif pelaksana pembangunan ketika itu mengatakan bahwa pembangunan masjid tersebut masih membutuhkan dana sebesar 2.6 juta euro lagi.

Masjid Essalam ketika dalam tahap ahir penyelesaian

Dan dana tersebut akan ditanggung oleh yayasan Al-Maktoum, namun beliau menolak berkomentar lebih jauh ketika ditanya apakah dana tersebut sudah mengalir ke kas masjid atau belum mengingat kontraktor pembangunan masjid pun sudah melayangkan protes keras atas ketidaktersediaan dana untuk melanjutkan pembangunan masjid tersebut.

Perselisihan antara panitia pembangunan masjid dengan jemaah nya ini berujung ke pengadilan. J.C. Debije mewakili pengurus masjid melaporkan lima jemaah masjid tersebut yang melakukan kritik pedas dan meminta penjelasan tentang pembangunan masjid dan menolak bantuan dana dari Almaktoum Dubai.

Masjid Essalam Rotterdam

Pengadilan Rotterdam mengabulkan permohonan pihak panitia untuk melarang lima jemaah masjid tersebut mendekati areal pembangunan setidaknya selama 6 bulan sejak keputusan itu dibuat di bulan April 2010 lalu.  Mohamed Ebrayimi, salah satu dari lima jemaah yang terkena larangan tersebut mengaku sangat kecewa dengan keputusan tersebut.

Pembangunan masjid Essalam ini diprakarsai dan di laksanakan oleh komunitas Islam keturuanan Maroko di Rotterdam. Sangat dimengerti bila kemudian diantara jemaah ada yang menolak intervensi dari Dubai. Lima jemaah yang menolak dana dari Almaktoum tersebut mengatakan bahwa mereka dan muslim maroko mampu menanggung keseluruhan dana pembangunan tersebut dengan keterbukaan dari panita tanpa harus meminta bantuan dari Al-Maktoum dari Dubai. Namun untuk kali pertama pengadilan Rotterdam melarang jemaah mendekati tempat ibadah mereka dalam kurun waktu tertentu.

Peresmian Masjid  Assalam

Permasalahan berahir ketika dana bantuan dari Dubai benar benar mengalir, pembangunan masjid berlanjut hingga selesai dan ahirnya diresmikan tanggal 17 Desember 2010 oleh Walikota Walikota Rotterdam Ahmed Aboutaleb dan Alderman Hamit Karakus, perencana kota dan perumahan kotapraja Rotterrdam. Ahmed Aboutaleb adalah muslim keturuan Maroko dan menjadi muslim pertama yang menjadi walikota Rotterdam, sementara Alderman Hamit Karakus adalah muslim Rotterdam keturunan Turki.

Masjid Essalam Rotterdam

Peresmian tersebut juga dihadiri oleh Ali Thani Al Suwaidi - duta besar UEA untuk Belanda, Duta Besar Maroko untuk Belanda, Mirza Al Sayegh - direktur kantor Sheikh Hamdan dan anggota pengurus yayasan Al Maktoum, pemimpin komunitas Muslim, serta kaum muslimin Rotterdam.

Dr Hussein Halawa, penceramah Islamic Centre di Dublin, memberikan khotbah Jumat pertama di Masjid baru itu, mendesak kaum Muslim untuk mengikuti aliran Islam moderat dan menjauhkan diri dari perbedaan. Masjid itu sekarang menjadi monumen budaya paling terkenal kedua di Rotterdam setelah Balai Kota Dewan. Masjid seluas 3.200 meter persegi itu mampu menampung 3000 jamaah dan mendedikasikan satu lantai penuh dari tiga lantai yang ada untuk jamaah wanita.

Masjid Essalam Rotterdam

Arsitektur Masjid Masjid Essalam

Masjid Essalam dibangun dengan luas 2500 meter persegi diperkirakan mampu menampung jemaah hingga 3000 orang. Dibangun empat lantai di atas tanah seluas 800 kaki persegi. Lantai dasar dipakai untuk keperluan aktivitas non relijius termasuk toko, dapur dan ruang umum untuk segala aktiivitas pengurus termasuk tempat wudhlu untuk laki laki. Termasuk ruang untuk kantor ruang kelas, ruang imam, serta ruang makan.
Dibagian tengah ruang balkon lantai satu dan lantai dua digunakan sebagai ruang sholat jemaah laki laki sedangkan lantai paling atas dipakai untuk ruang sholat bagi jemaah wanita. Masing masing ruang sholat di interkoneksi dengan void untuk memberikan penerangan alami dari kubah yang berukuran 25 meter di atas masjid, di topang dengan 4 tiang utama.

ekterior masjid dirancang dengan gaya masjid Nabi di Madinah dipadu dengan gaya mamluk mesir abad ke 15. keseluruhan gedung di ditutup dengan batu alam dengan aksen warna warni batu abu abu kebiruan. Sedangkan lengkungan jendela dibuat dari batu buatan. Pintu utama masjid diletkkan di sebelah barat, ruang mihrab di sisi tenggara masjid. 
Rancangan masjid ini dibuat oleh arsitek Wilfried van Winden, dibawah nama Molenaar & Van Winden architects.  Van Winden sendiri berprakterk kearsitekturan dengan nama WAM architects.

Foto Foto Masjid Essalam Rotterdam

Masjid Essalam Rotterdam
Masjid Essalam Rotterdam 
Masjid Essalam Rotterdam
Masjid Essalam Rotterdam

------------------------oooOOOooo--------------------------


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA