Halaman

Jumat, 04 Februari 2011

Masjid Auwal - Cape Town, Masjid Pertama di Afrika Selatan

Masjid Auwal - Cape Town.

Dibangun oleh Ulama Indonesia

Afrika Selatan, negara yang begitu sarat keterikatan sejarah yang unik dengan Indonesia. Agama Islam masuk ke Afrika Selatan justru dibawa oleh ulama ulama pejuang kemerdekaan Indonesia yang ditangkap dan diasingkan oleh penjajah Belanda ke negeri itu,  untuk memutus perlawanan dan pergerakan mereka di tengah ummat. Tapi justru memberi khikmah tersendiri bagi syiar Islam yang kemudian tersebar luas di Afrika Selatan.

Seperti tertulis dalam prasasti di tugu peringatan tak jauh dari Makam Sheikh Yusuf di kampung Macassar – Cape Town, bahwa Islam pertama kali masuk ke Afrika Selatan dibawa oleh Sheik Yusuf beserta Keluarga dan para pengikutnya.

“In the ship Voetboeg Saint Yusuf came from Ceylon to the Cape in 1694. He, his family & 49 Followers were the first to read the Holy Koran in South Africa”

Sheikh Yusuf datang dari Sri Lanka ke Cape Town dengan kapal Voetboeg pada tahun 1694. beliau bersama keluarga dan 49 orang pengikutnya yang pertama kali membaca kitab Suci Al-Qur’an di Afrika Selatan”.

Seratus tahun setelah itu, masjid pertama di Afrika Selatan didirikan oleh Abdullah Kadi Abdus Salam seorang pangeran dari kesultanan Tidore (Maluku Utara) yang di asingkan oleh Belanda di pulau kecil di lepas pantai Cape Town. Masjid pertama yang diberi nama Masjid Auwal itu hingga kini masih berdiri megah dan difungsikan sebagaimana mestinya di kawasan Boo Kap, Cape Town, Afrika Selatan.

Alamat dan lokasi masjid

34 Dorp Street
Boo Kap, Cape Town
Afrika Selatan

 

Bo Kaap, Kampung Muslim di Cape Town

Bo Kaap merupakan wilayah yang sejak awal berdirinya kota tersebut sudah menjadi perkampungan bagi kaum muslimin Indonesia. Tidak mengherankan bila seisi kita ini mengaku sebagai keturuanan Indonesia. Bo Kaap juga terkenal dengan sebutan kota bertabur masjid karena begitu banyak masjid di wilayah ini. 90% lebih dari penduduk Bo Kaap beragama Islam, jadi tak mengherankan bila hampir tiap pojok pemandangan kota dengan bangunan yang di cat cerah warna warni ini akan ada satu bangunan masjid.

Sejarah Masjid Auwal Bo Kaap, Cape Town

Masjid Auwal merupakan masjid pertama dan tertua yang dibangun di Afrika Selatan. Sejarah verbal yang disampaikan masyarakat setempat menyebutkan bahwa Imam Abdullah Kadi Abdus Salam yang juga dikenal sebagai Tuan Guru merupakan imam pertama sekaligus pendiri masjid ini.

Masjid auwal mulai dibangun tahun 1794 hingga 1798 semasa pendudukan inggris pertama kali di Tanjung Harapan (Cape of Good Hope) dan telah menjadi agam utama yang mengakar disana dalam kurun 1804 hingga 1850. masjid ini juga menjadi masjid pertama yang menjalankan tadisi muslim di Cape Town.

Interor Masjid Auwal Cape Town.

Masjid Auwal menganut mazhab Syafe’i sama dengan mazhab yang di anut di Indonesia. Dan hingga kini Islam di Bo Kaap 90% menganut mazhab Syafe’i. Masjid yang terletak di Dorp Street ini sejak awal berdiri telah menjadi simbol perjuangan muslim di sana bagi sebuah pengakuan terhadap eksistensi dan kebebasan menjalan ibadah.

Dibangun dan di imami Pangeran Ternate

Abdullah Kadi Abdus Salam yang kemudian dikenal oleh masyarakat muslim setempat dengan nama Tuan Guru adalah seorang pangeran dari kesultanan Tidore (Maluku Utara) yang di asingkan oleh Belanda ke Afrika Selatan. Dipanggil Tuan Guru oleh masyarakat muslim setempat karena dedikasi beliau yang luar biasa memberikan pendidikan agama Islam. Ditambah lagi dengan posisinya sebagai imam masjid disana, mengokohkan gelar nya sebagai Tuan Guru.

Kata “Tuan Guru” melengkapi khazanah bahasa Indonesia yang dipakai oleh masyarakat Cape town. Makam makam para ulama penyebar Islam disana kesemuanya disebut sebagai “Kramat” oleh masyarakat setempat, sebagai bentuk penghormatan kepada mereka. Tentunya semua orang Indonesia sangat faham makna kata  tersebut. Dan hingga kini makam makam para ulama tersebut senantiasa di ziarahi.

Makam tua guru keramat di Tanah Baru.

Begitulah sunnah orang yang berjuang demi kebenaran. Kadangkala harus berenggang dengan anak dan istri, dibuang dan dinista oleh penguasa. Meski begitu, tak ada kata “mati” bagi para pejuang sejati,  ruh nya memang telah terpisah dari jazad tapi sesungguhnya mereka tetap hidup di hati para pencari dan pecinta kebenaran. Adalah benar seperti syair nasyid melayu dari Nada Murni yang menuturkan :

“Tidak kurang yang sayang padanya, Orang lain mati dilupa
Para pejuang tetap dikenang, Sejarahnya ditulis orang 
Makamnya sentiasa diziarahi, Walau perjuangan tak berjaya……”

Perjuangan Tuan Guru di Afrika Selatan

Tuan Guru adalah orang Indonesia kedua yang menyebarkan Islam di Afrika Selatan setelah Syech Yusuf. Keduanya memiliki nasib yang sama, dibuang Belanda di benua Afrika. Syech Yusuf dibuang ke Cape Town pada 1693 dan meninggal di pengasingan pada 23 Mei 1699. Sementara itu, Tuan Guru, Pangeran Tidore yang lahir pada 1712, ditangkap karena menentang Belanda dan diasingkan ke Robben Island di Cape Town pada 6 April 1780 bersama dengan tiga orang rekannya yaitu Abdul Rauf, Badroedin, dan Nur Al-Iman.

Selama dalam pengasingan selama 13 tahun, Tuan Guru menulis buku antara lain Ma’rifatul Islami wal Imani yang diselesaikannya pada 1781. Buku tersebut berbahasa Melayu tetapi berhuruf Arab. Tuan Guru juga menulis Alquran dengan tangannya sekitar 600 halaman. Setelah era Alquran cetak, baru diketahui Alquran tulisan tangan Tuan Guru memiliki sedikit kesalahan.

Pintu Masjid Auwal.

Setelah bebas dari pengasingan, Tuan Guru menikah dengan Kaija van de Kaap dan tinggal di Dorp Street, Cape Town. Dari pernikahan tersebut, lahir Abdol Rakief dan Abdol Rauf, yang juga sangat berperan dalam penyebaran Islam di Afrika Selatan.

Di sebuah gudang di tempat tinggal yang baru inilah Tuan Guru mendirikan madrasah, yang juga merupakan sekolah muslim pertama di Afrika Selatan. Sekolah ini sangat popular di kalangan budak dan komunitas warga kulit hitam nonbudak. Sekolah ini juga menjadi tempat lahirnya ulama-ulama Afrika Selatan ketika itu seperti Abdul Bazier, Abdul Barrie, Achmad van Bengalen, dan Imam Hadjie. Murid Tuan Guru ketika itu mencapai 375 orang.

Pada 1793, Tuan Guru mengajukan permintaan untuk membangun masjid pada 1794 kepada pemerintah Afrika Selatan yang saat itu dikuasai Belanda. Permintaan Tuan Guru ditolak. Belanda takut perkembangan Islam akan menganggu kekuasaannya. Bahkan, penjajah Belanda di Afrika Selatan juga melarang penyelenggaraan ibadah Islam.

Namun, Tuan Guru menentang kebijakan Belanda tersebut. Walau pembangunan masjid dilarang, Tuan Guru tetap menggelar Salat Jumat di tempat terbuka tersebut, yang juga tercatat sebagai Salat Jumat pertama yang dilakukan secara terbuka di Afrika Selatan.

Masjid Auwal Cape Town.

Ketika Afrika Selatan dikuasai Inggris pada 1795, Jenderal Craig mempersilakan warga Muslilm untuk membangun masjid. Kesempatan tersebut tidak disia-siakan Tuan Guru. Dia langsung membangun masjid di tempat yang semula menjadi madrasah tersebut. Masjid inilah yang kemudian dinamai Masjid Auwal, mesjid pertama di Afrika Selatan. Tuan Guru meninggal pada 1807 yang dikebumikan pada 1807 di “kramat” Tana Baru, yang juga merupakan tempat pemakaman Muslim pertama yang dibangunnya di Afrika Selatan.

Masjid Auwal Saat ini

Sekarang ini, Masjid Auwal berdiri di kawasan bisnis dekat Waterfront. Masjid tersebut berada di kawasan penduduk padat dan tidak memiliki halaman. satu-satunya yang membedakan adalah gerbang masjid. Masjid Auwal beberapa kali dipugar. Namun, dinding asli yang terdiri atas batu gunung, masih terdapat di dekat mimbar masjid tersebut.

Mushaf Al-Qur'an Kuno di Masjid Auwal.

Imam Mesjid Auwal sekarang ini, Moehammed Fadil Soekr mengatakan sangat bangga dengan keberadaan masjid ini. Menurut Soekr, selama zaman apartheid, setiap warga Muslim tidak leluasa menjalankan ibadahnya. Ketika apartheid runtuh pada 1994, Nelson Mandela datang ke Masjid Auwal ini dan mempersilakan warga Muslim untuk menjalankan ibadahnya. “Setelah apartheid, perkembangan Islam berjalan cepat.

Daerah sekitar Bo-Kaap, hampir 90 persen penduduknya sekarang muslim,” ujar Soekr. Soekr yang mengaku sebagai warga Cape Malays, keturunan Indonesia di Afrika Selatan, mengatakan sangat ingin mengunjungi Indonesia. “Indonesia adalah tempat asal nenek moyang saya. Jika punya uang, saya ingin ke sana. Indonesia selalu spesial di mata saya,” ujarnya.***

-------------------oooOOOooo----------------

1 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA