Halaman

Minggu, 12 Desember 2010

Masjid Besar Kauman Semarang

Masjid Besar Kauman Semarang

Resminya masjid ini bernama Masjid Agung Semarang sesuai dengan nama yang tertulis di gerbang Masjid dan tertulis di fasad depan masjid. Tulisan dengan aksara arab cukup besar, namun masyarakat lebih mengenal masjid ini dengan sebutan Masjid Besar Kauman Semarang. Nama Masjid Agung Semarang malah menjadi ambigu dengan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang juga sering disebut sebagai Masjid Agung Semarang.

Lokasi Masjid Besar Kauman Semarang

Masjid Besar Kauman Semarang tadinya berdiri megah di depan alun alun kota Semarang. Namun kemudian sejak tahun 1938 alun alun tersebut beralih fungsi menjadi kawasan komersil. Masjid Besar Kauman Semarang kini terjepit diantara bangunan bangunan tinggi yang mengepungnya. Masjid ini beralamat di Jl. Alun-alun Barat 71. Semarang.



Sejarah Masjid Besar Kauman Semarang

Menurut inskripsi berbahasa dan berhurup jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk ke Masjid Besar Kauman Semarang, masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749M. lengkapnya inskripsi tersebut berbunyi seperti berikut :

“Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170”

Dalam bahasa Indonesia nya :

“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”

Masjid Besar Kauman Semarang (wisatasemarang
Masih ada tiga inskripsi lain di masjid ini yang dibuat dalam bahasa melayu dan bahasa Belanda dalam hurup latin dan inskripsi berbahasa dan beraksara arab, yang dipatrikan di lokasi yang sama.  Yang isinya sama dengan yang sudah disebutkan di atas.

Nicoolass Hartingh adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah wilayah Kesultanan Mataram atau dikenal dengan Palihan Nagari menjadi wilayah kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas jasanya Nicoolas Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah tugu muda dengan nama De Vredestein atau Wisma Perdamaian. Tahun 1998 setelah dipugar, Wisma Perdamaian tersebut menjadi gedung pertemuan pejabat negara dengan Gubernur Jawa  Tengah.

Masjid Besar Kauman Semarang tahun 1953
Masjid Besar Kauman Semarang ini yang kini masih berdiri kokoh adalah bangunan yang didirkan oleh Adipati Suradimanggala (Kiai Terboyo) menggantikan masjid lama yang rusak parah akibat kebakaran selama geger pecinan di Semarang tahun 1741. Lokasi masjid lama ini berada di sebelah timur alun alun diseberang barat kali Semarang.

Masjid besar Kauman Semarang ini juga dikaitkan dengan ulama besar asal Arab, yang bernama Maulana Ibnu Abdulsalim atau lebih dikenal dengan sebutan Kyai Pandan Arang. Masjid tua ini pernah dipugar pada masa penjajahan, pada tahun 1889. Ditangani seorang arsitek Belanda bernama Gakampiyan.

Harian Kompas Minggu, 24 Juni 2001, menemukan tektonika di masjid Besar Kauman

Arsitektur Masjid Besar Kauman

Arsitektur Masjid Besar Kauman Semarang ini sering disebut dengan konsep tektonika. Sistem yang mirip dengan struktur tumpang pada bangunan tumpang berpenyangga berpilar lima pada bangunan bangunan pra Islam di tanah Jawa. Menurut Ir. Totok Roesmanto, diterapkannya sistem tektonik dalam pembangunan Masjid Besar Kauman Semarang ini bukan menggunakan soko guru layaknya Masjid Agung Demak, menunjukkan ketidakmampuan ahli bangunan Belanda pada masa itu mencerna aplikasi sistem konstruksi brunjung empyak pada bangunan tajuk tradisional.

Penggunaan sistem tektonik ini mengarah kepada struktur bangunan yang rigid. Empat sokoguru digantikan dengan pilar pilar bata penopang rangkaian pilar dan balok kayu di atasnya. Pada rangkaian bangunan ini juga dikenal sistem dhingklik yang menopang pilar pilar balok kayu yang lebih kecil di atasnya dan bntuk bangunan itu dan seterusnya.

Harian Kompas Minggu, 24 Juni 2001, menemukan tektonika di masjid Besar Kauman
Dari tahun pendirian Masjid Besar Kauman Semarang ini, menjadikan Masjid Kauman Semarang sebagai masjid pertama di Jawa yang bercitra tradisional, namun menggunakan konstruksi modern. Karya demikian dikenal dengan sebutan arsitektur masjid modern tradisionalistik.

Secara keseluruhan masjid kauman ini mencirikan bangunan tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga tanpa empat sokoguru, dan tanpa menara. Masjid aslinya sendiri kini cukup sulit untuk dilihat karena sudah tertutup oleh bangunan masjid baru dibagian depan masjid asli ditambah dengan himpitan gedung gedung disekitarnya.aslinya masjid ini beratap seng, kini sudah diganti dengan genteng beton. Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi pelengkap bagi Masjid Besar Kauman Semarang ini. Tampakan depan nya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya.

Masjid Besar Kauman Semarang dengan latar depan Alun Alun Kota Semarang, tahun 1935 (oblo.web.id). Alun alun kota Semarang sendiri sudah beralih fungsi sejak tahun 1938 kini sudah penuh sesak menjadi kawasan pertokoan, Pasar Yaik, Pasar Johar, gedung BPD dan Hotel Metro.

Tradisi Ramadhan di Masjid Besar Kauman Semarang

Selama bulan ramadhan di Masjid Kauman, usai shalat dzuhur hingga menjelang ashar, selalu dipenuhi banyak orang. Mereka mendengarkan pengajian Al Qur'an yang dipimpin oleh seorang ulama yang mampu menghafal Al Qur'an diluar kepala atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz.

Sepanjang sejarah, Masjid Kauman selalu ramai dikunjungi oleh umat muslim dari berbagai penjuru, terutama para musafir yang berdagang di Pasar Johar, Semarang. Selama bulan ramadhan usai sholat dzuhur, ratusan umat muslim memadati serambi masjid, guna mengikuti fadillah atau pengajian Al qur'an yang dipimpin oleh Kyai Haji Ahmad Najib, seorang ulama Semarang, yang mampu menghafal Al Qur'an diluar kepala, atau dikenal dengan sebutan Al Hafiz. Selain hafal Al Qur'an, Al Hafiz juga mampu menafsirkan inti dari setiap kata dan ayat Al Qur'an, yang disampaikan dalam bahasa Jawa.

Foto Lama Masjid Besar Kauman Semarang (wisatanesia,com

Prosesi Pawai Dugderan

Prosesi pawai dugderan adalah pawai menyambut bulan Suci Ramadhan. Pawai ini kini digabungkan kegiatannya bersama sama 3 masjid utama kota Semarang, yakni Masjid Agung Semarang atau lebih dikenal Masjid Kauman, Masjid Raya Baiturrahman Simpanglima, dan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT). 

Dalam pawai dugderan direncanakan mengambil dua garis start, di Masjid Kauman yang dipimpin Wali Kota Semarang dan Masjid Baiturrahman yang dipimpin Gubernur Jateng. Kedua rombongan pawai yang berangkat dari dua masjid berbeda kemudian dipertemukan Jl Ahmad Yani. Selanjutnya berangkat bersama-sama menuju MAJT. Pada awalnya pawai dugderan berangkat dari halaman Balai Kota menuju Masjid Kauman. Namun beberapa tahun terakhir, rute pawai diteruskan hingga ke MAJT.

Di dalam Masjid Besar Kauman Semarang
Perubahan konsep itu juga mencakup lokasi pasar malam yang selalu menyertai tradisi dugderan yang memiliki ikon unik, yakni karakter warak ngendhog. Pasar malam dugderan ini sejak tahun 2008 ditempatkan di sekitar MAJT. Sementara tahun-tahun sebelumnya selalu di sekitar Masjid Kauman. Upaya pengembangan pawai dugderan ini untuk lebih menyemarakkan kegiatan tradisi budaya yang sudah ada sejak lama. [updated 18 April 2016]

Foto Foto Masjid Besar Kauman Semarang

Menara Masjid Besar Kauman Semarang 
Tampak Depan Masjid Besar Kauman Semarang (seputarsemarang)
Gerbang Masjid (infotempat.com
Gerbang, Atap dan Menara

-----------------------oooOOOoo-----------------------

2 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA