Halaman

Selasa, 14 Desember 2010

Masjid Agung Sumedang, Jawa Barat

Masjid Agung Sumedang, Jawa Barat.

Sumedang, kota kecil yang bersemboyan Sumedang Tandang Nyandang Kahayang, kini menjadi ibukota Kabupaten Sumedang, terkenal dengan Tahu Sumedang-nya. Kota yang mejadi tempat pengasingan seorang Srikandi Bangsa, Pahlawan Nasional dari Nangroe Aceh Darussalam, Cut Nya’ Dien di masa penjajahan Belanda, dan makam beliau pun kini menjadi salah satu objek wisata religi di Sumedang.  Sumedang, sudah sejak lama memiliki masjid tua bersejarah, bernama masjid Agung Sumedang, masjid terbesar di Kabupaten Sumedang.

Berdiri megah di pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang, kian menawan setelah direstorasi. Keberadaan Masjid Agung yang pernah menjadi pusat penyebaran Islam di Sumedang dan sekitanya itu selain menjadi kebanggaan masyarakat, sekaligus menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan.

Lokasi Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang berada di Jalan Prabu Geusan Ulun, Kelurahan Regol Wetan, kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang provinsi Jawa Barat. Tepatnya di Alun-Alun Kota Sumedang. Alun-alun yang pada hari Jumat sore 4 Juni 2010 menjadi lokasi unjuk rasa warga masyarakat bersama dengan Pemkab Sumedang dibawah komando Bupati Sumedang Taufiq Gunawansyah, mengutuk sekeras-kerasnya tindakan Israel atas serangan brutal mereka ke kapal kemanusiaan yang akan menuju pelabuhan Gaza, Mavi marmawa. Bupati Sumedang bahkan berkirim surat kepada Presiden SBY untuk membantu Palestina meraih kemerdekaan.

 

 

Sejarah Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang diperkirakan dibangun pertama kali tahun 1781-1828, pada masa pemerintahan Bupati Sumedang, Pangeran Korner. Kemudian pada masa pemerintahan pangeran Soeria Koesoemah Adinata bergelar Pangeran Sugih pada tahun 1836-1882 M masjid ini dipindahkan dari lokasi lama ke kampung Sukaraja ke lokasi baru dikampung baru. Bangungan Masjid yang baru dibangun diatas lahan wakaf dari R. Dewi Siti Aisyah seluas 6755 meter persegi. Pembangunan masjid di mulai tanggal 3 Juni 1850 dan diselesaikan tahun 1854M dengan Imam pertama, Penghulu R.H. Muhammad Apandi.

Pangeran Kornet terkenal dengan keberaniannya menentang penjajahan Belanda. Keberaniannya itu dibadikan dalam patung peringatan yang di cadas pangeran. Patung tersebut mengabadikan Pangeran Korner yang sedang bersalaman dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda Jendral HW. Daendles, Saking marahnya beliau kepada Belanda, Pengeran Korner bersalaman dengan Deandles menggunakan tangan kiri. Sementara tangan kanannya dalam posisi siaga.

Pangeran Aria Soeriaatmadja (bupati Sumedang di tahun 1882-1919), dikenal dengan julukan  "Pangeran Mekkah", karena wafat di Makkah.

Pemugaran dan Restorasi

Pemugaran yang telah dilakukan antara lain di awali pada tahun 1913M oleh pangeran Aria Soeriaatmadja dengan gelar Pangeran Mekah, kedua kalinya pada tahun 1962 M. Ketiga tahun 1982. Kemudian direstorasi tahun 2002, dan diresmikan oleh gubernur Jawa Barat, Dani Setiawan tanggal 22 April 2003.

Restorasi tahun 2002 tersebut adalah upaya Pemerintah Kabupaten Sumedang Untuk melestarikan aset budaya yang tidak ternilai harganya itu, Pemkab Sumedang kemudian memprakarsai untuk melakukan restorasi pada bangunan tersebut. Tidak tanggung-tangung, demi mempertahankan keaslian arsitektur masjid ini, restorasi yang dilaksanakan tahun 2002 itu, menghabiskan anggaran senilai Rp 4,2  miliar.

Beberapa detil Masjid Agung Sumedang.

Restorasi itu meliputi perbaikan lantai, atap, dan ornamen. Penataan halaman, pemagaran, pemugaran tempat wudhlu. Untuk menambah kesan megah, masjid yang merupakan perpaduan arsitektur etnis Tionghoa dan Islam itu, kini di bagian selatan bangunan didirikan menara setinggi 35,5 meter. Sedangkan untuk memberikan rasa nyaman bagi mayarakat yang datang ke sana, halaman parkir diperluas dengan merelokasi bangunan Kantor Departemen Agama, Pengadilan Agama, dan Gedung Dakwah Islam yang mengapit masjid tersebut.

Arsitektur dan Fasilitas Masjid Agung Sumedang

Arsitektur masjid bercorak Cina, dengan jumlah tiang seluruhnya 166 buah, 20 buah jendela dengan ukuran tinggi 4 meter dan lebar 1,5 meter. Pada bagian depan terdapat ukiran kayu jati sebagai ornamen yang dibuat tahun 1850. Di masjid ini terdapat 3 buah beduk berukuran panjang 3 meter dan diameter 0,6 meter. Menara azan utama berbentuk Limas disebut mamale dengan tinggi 35,5 meter. Mimbar terbuat dari kayu jati degan 4 tiang dan sudah berusia 120 tahun.

Perpaduan Arsitektur Lokal dan Cina

Atap bersusun tiga Masjid Agung Sumedang
Setelah proses restorasi tuntas, perpaduan arsitektur etnis Tionghoa dengan Islam kian kentara pada atap masjid bersusun tiga mirip bangunan pagoda, kelenteng atau vihara. Pada bagian puncak bertengger sebuah mustaka yang menyerupai mahkota raja-raja di masa lalu. Pada bagian atas kusen pintu dan jendela, penuh dengan ukiran kayu yang konon menorehkan citra ukiran model Cina. Demikian pula pada bagian mimbar, terdapat sebuah properti yang penuh dengan ukiran bergaya Cina.

Terciptanya perpaduan arsitektur etnis Tioanghoa dengan Islam itu, bermula dari  masuknya sejumlah imigran dari daratan Cina ke Sumedang yang hampir bersamaan dengan pembangunan masjid. Pangeran Soegih selanjutnya memberi tempat pemukiman bagi mereka di sebelah utara pusat Pemerintahan Kabupaten Sumedang. Hingga kini, tempat itu dikenal dengan sebutan Gunung Cina.

Kitab Suci Alqur’an Raksasa di Masjid Agung Sumedang

Kitab suci Al-Qur'an kayu di masjid yang berdiri megah di pusat Kota Tahu ini, ditempatkan di depan masjid. Keberadaannya menarik perhatian sejumlah jamaah yang baru kali pertama bertandang. Banyak jamaah yang mengabadikan diri di samping Al-Qur'an kayu ini.

Perpustakaan masjid Agung Sumedang
  
Alqur’an raksana di Masjid Agung-
Sumedang
Masjid Agung Sumedang juga dilengkapi dengan fasilitas perpustakaan yang tebuka untuk umum. Di gedung perpustakaan ini juga menjadi sekretariat Ikatan Remaja Masjid Agung (IRMA) Sumedang dengan berbagai aktifitas mereka. Bagi anda yang bergabung di situr jejaring sosial facebook dapat menjalin pertemanan dengan IRMA Sumedang ini di Acccount Facebook IRMA Sumedang.  Salah satu kegiatan yang diselenggarakan oleh IRMA Sumedang ini adalah penyelenggaaan Gebyar Kampung Ramadhan selama bulan Suci Ramdhan tahun 2010, bekerja sama dengan salah satu produsen obat ternama.

Pengajian Rutin di Masjid Agung Sumedang

Masjid Agung Sumedang ini cukup makmur dengan kegiatan pegajian dan pengajaran Islam. salah satu pengajian di masjid ini dikelola oleh Pondok Pesantren Asy-Syifaa’wal Mahmuudiyyah, yang menyelenggarakan pengajian rutin untuk umum di Masjid Agung Sumedang setiap malam Jum’at dua minggu sekali mulai pukul 20.00 WIB hingga pukul 24:00 WIB.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA