Halaman

Jumat, 08 Oktober 2010

Masjid Niujie – Beijing , China

Masjid Niujie – Beijing, China 

Masjid Niujie merupakan masjid tertua di kota Beijing, Ibuka Republik Rakyat China. Dinamakan Niujie karena terletak di jalan (jie) sapi (niu) atau jalan sapi di Xuanwu, karena warga di wilayah ini menjual masakan halal, terutama yang menggunakan bahan baku daging sapi. Karenanya tak mengherankan jika kawasan ini dipenuhi oleh restoran-restoran Muslim. kawasan dimana sekitar 13000 orang muslim tinggal dan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan berpenduduk Muslim terbanyak di Beijing.

Pekarangan masjid Niujie
Mesjid Niujie terbuka untuk pengunjung umum dan saat ini merupakan salah satu masjid utama di antara 68 buah masjid di Beijing. Namun pengunjung non muslim dilarang memasuki ruang sholat utama dan mereka hanya bisa memasuki bagian lain di kompleks ini. Masjid Niujie terdaftar sebagai situs warisan budaya Cina dan imam masjid ini mendapat pendidikan dari sekolah Islam terbesar milik pemerintah Cina.

Sejarah Pembangunan Masjid Niu Jie - Beijing

Masjid Niujie mulai dibangun pada tahun 996, pada masa pemerintahan Kaisar Tonghe dari Dinasti Liao oleh dua orang berkebangsaan Arab. dilanjutkan pembangunannya pada tahun 1442 pada saat Dinasty Ming dan diperluas pada masa Dinasty Qing pada tahun 1696.

Mantan Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wachid / Gusdur
Ketika berkunjung ke Masjid Niujie, Beijing di tanggal
3 Desember 1999 (foto dari harian kompas 4 Des 1999)
Sejak negara Republik Rakyat Cina berdiri pada tahun 1949 masjid Niujie sudah 3 kali direnovasi. Renovasi itu terjadi tahun 1955, 1979 dan 1996. Renovasi terakhir dilakukan sejalan dengan penyelenggaraan Olimpiade 2000 ketika Beijing menjadi tuan rumah. Renovasi ini mencakup membangun tempat wudhu untuk wanita, ruang pameran dan ruang depan untuk pengunjung umum. dengan demikian masjid ini sudah melintasi enam zaman dari masa kekuasaan Dinasti Liao, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming, Dinasti Qing hingga era Cina modern saat ini.

Menara masjid ini pada awalnya, antara tahun 1068 dan 1077, para ulama Arab mempergunakan menara tersebut untuk menyimpan berbagai dokumen. Pada tahun 1496 menara yang disebut “xuanlilou” atau “huanlilou” direnovasi dan sejak saat itu digunakan para imam untuk mengumandangkan azan memanggil warga untuk sholat.

Mantan Presiden Republik Indonesia ke-4, (Alm) Kyai Haji Abdurrahman Wachid atau Gusdur, dalam lawatan nya ke China di penghujung tahun 1999, pernah mengunjungi masjid ini pada tanggal 3 Desember 1999.

Jemaah Sholat Jum'at Masjid Niujie
Orang Cina mengenal Islam dengan sebutan Yisilan Jiao yang berarti agama yang murni. Islam dibawa ke wilayah Cina oleh para pedagang asal Arab yang memanfaatkan jalur sutra untuk keperluan bisnis mereka. Catatan sejarah menunjukkan bahwa misi Islam resmi pertama ke Cina dilakukan oleh paman Nabi Muhammad SAW pada tahun 650. Bahkan kemudian Sa'ad menetap di Cina hingga beliau meninggal dan dimakamkan di sana.
Dalam kunjungan itu kaisar Cina diminta untuk menerima Islam dan sebagai balasan kekaguman akan Islam kaisar Yung Wei memerintahkan pembangunan masjid pertama di Cina. Masjid di kota Canton ini dianggap sebagai masjid tertua di Cina dan hingga kini masih berdiri megah di kota itu.

Arsitektur Masjid NiuJie

Kompleks masjid mencakup 6.000 meter persegi dan dibangun berdasarkan struktur kekaisaran Cina dengan dekorasi perpaduan Cina, Arab. Terdiri dari ruang sholat utama, tempat wudhu, menara dengan paviliun di masing-masing sisi yang digunakan untuk kantor, perhiasan dan tempat pengajian, ruang sholat perempuan dan juga ruang pameran.

Interior Ruang sholat utama Masjid Niujie
Gedung di dalam kompleks ini dibangun dengan gaya arsitektur Cina karena saat akan membangun di tahun 996 penguasa melarang umat muslim membangun gedung yang tidak mempergunakan arsitektur bangunan tradisional Cina. dengan pengecualian bahwa penggunaan kaligrafi Arab tetap diizinkan pada masa itu. 

Namun di bagian dalam gedung di dalam kompleks masjid ini budaya Arab sangat kental terasa. Tulisan kaligrafi yang terukir di kayu-kayu penonggak gedung sangat mendominasi dekorasi bagian dalam masjid. Namun struktur bangunan tradisional Cina masih dipertahankan hingga ke dalam masjid, seperti pintu khas arsitektur Cina.

Gerbang masuk menuju ke dalam kompleks Masjid Niujie berhadapan dengan tembok besar sepanjang kurang lebih 40 meter yang dihiasi marmer berwarna putih. Interior bangunan didekorasi dengan arsitektur khas Cina dan sentuhan desain Arab yang tidak menampilkan figur manusia dan hewan.

Perangkat meja dan kursi untuk Lansia
Arsitektur khas Dinasti Qing jelas terlihat pada desain ruangan ibadah, yang berupa aula utama yang hanya terbuka bagi pengunjung Muslim. Langit-langit di depan aula utama didekorasi dengan panel persegi, yang pada tiap sudutnya dilukis dengan desain lingkaran berwarna merah, kuning, hijau dan biru. Pola dekorasi ini serupa dengan pola yang digambar di aula utama di Istana Terlarang. Kaligrafi ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab dan Cina, lukisan bunga, serta hiasan kaca berwarna menghiasi ruangan ibadah.

Ruangan ini hanya dapat menampung seribu orang jamaah dan terdiri dari tiga buah koridor yang lapang. Di bagian dalam ruangan ibadah ini terdapat 21 buah tiang yang menyangga bagian dalam bangunan. Ruangan ibadah ini dinamakan juga dengan nama Aula Tungku. Di bagian belakang ruangan terdapat paviliun berbentuk heksagonal (segi enam) yang membuat aula ini tampak seperti tungku. 

Ruang sholat khusus wanita
Masjid Niujie juga memiliki ruang pameran yang menyimpan barang-barang peninggalan para imam, termasuk al Quran, maket masjid, foto-foto kegiatan, para imam serta sejumlah cendera mata dari para tamu asing yang mengunjungi masjid, termasuk di antaranya dari delegasi anggota MPR Indonesia. Penjelasan secara tertulis dalam ruang pameran ini dalam tiga bahasa, Inggris, Cina dan juga bahasa Arab. Di dalam masjid ini terdapat dua makan Imam asal Persia, Imam Ahmad Burdani dan Imam Ali, yang masing-masing meninggal tahun 1320 dan 1283.

Aktivitas Masjid Niujie

Setiap hari masjid ini dikunjungi sekitar 200 jamaah dan untuk sholat Jumat biasanya jumlah warga membengkak menjadi 700 orang. Sementara untuk Idul Fitri masjid ini dihiasi dengan ucapan Selamat Hari Raya dalam bahasa Cina dan Arab, lebih dari 2.500 jamaah yang datang dan antri lama untuk membeli berbagai makanan yang dijual di pekarangan masjid. Selain masyarakat di seputar kawasan Xuanwu, masjid ini juga banyak dikunjungi warga Muslim dari kawasan lain di Cina

Menara Masjid Niujie, yang khas
Sedangkan di bulan suci Ramadhan Menjelang magrib, puluhan warga muslim Beijing berkumpul di tempat ini untuk berbuka puasa bersama. Ketika waktu berbuka tiba, para jamaah akan berkumpul untuk mendapatkan ta'jil berupa teh tawar hangat, air putih, kurma, roti, kue kering dan buah pear. Persaudaraan sesama muslim sangat kental, meski ada beberapa jamaah yang datang ke masjid dari negara asing dan tidak bisa berbahasa Cina. Setelah jamaah berbuka dan bercengkerama, lantas segera masuk ke dalam  masjid untuk melaksanakan sholat magrib berjamaah.

Usai shalat magrib, jemaah akan diajak untuk berkumpul dan makan malam oleh pengurus masjid. Menu malam itu cukup banyak yaitu teh tawar, air putih, susu, telor rebus, burger berisi telor dadar, bakpau, dan roti berisi daging berbumbu khas China, serta masih banyak lagi yang lainnya.

Tidak seperti  di Indonesia,  jamaah laki-laki dan perempuan di masjid berusia lebih dari seribu tahun ini, ditempatkan di lokasi berbeda. Di dalam masjid disiapkan kursi dan meja untuk membantu para jamaah yang sudah lanjut usia ketika mereka sholat. Tidak ada sholat berjamaah di ruang Sholat jamaah perempuan.***

1 komentar:

Dilarang berkomentar berbau SARA