Halaman

Sabtu, 02 Oktober 2010

Masjid Muhammad Cheng Hoo - Surabaya

Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya.

Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia atau lebih dikenal dengan nama Masjid Cheng Hoo Surabaya adalah masjid pertama di Indonesia yang dibangun dengan gaya arsitektur Tiongkok, mirip sekali dengan kelenteng dan bangunan bangunan penting lain nya di Tiongkok. Sekaligus juga masjid pertama di Indonesia dengan nama Cheng Hoo.

Masjid Cheng Hoo Surabaya ini digagas dan didirikan atas prakarsa  HMY Bambang Sujianto ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia dan para sesepuh, penasehat, pengurus PITI (Pembina Iman Tauhid Islam atau sebelumnya dikenal dengan Persatuan Islam Thionghoa Indonesia) Jawa Timur serta tokoh masyarakat Tionghoa di Surabaya. Masjid Cheng Hoo Surabaya ini mendapatkan Rekor MURI sebagai “Pemrakarsa dan Pembuat Masjid Berasitektur Tiongkok Pertama di Indonesia”

Lokasi Masjid Muhammad Cheng Hoo Indonesia

Lokasi masjid berada di bagian belakang gedung serbaguna PITI Jawa Timur di Jalan Gading Nomor 2,
Ketabang, Genteng, Surabaya. Atau berada
di belakang Komplek Taman Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, Surabaya.

Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya 
Jl. Gading No.02, Ketabang, Kec. Genteng, Surabaya, Jawa Timur 60272 

 

Sejarah Pendirian Masjid Cheng Hoo Surabaya

Peletakan batu pertama pembangunan Masjid Cheng Hoo Surabaya dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 2001 bertepatan dengan peringatan Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Proses pembangunannya dimulai pada tanggal 10 Maret 2002 dan rampung  keseluruhan dan sudah dapat dipakai sejak tanggal 13 Oktober 2002. 

Sebagaimana tertulis di prasasti pembangunan di depan masjid, Masjid Cheng Hoo Surabaya diresmikan oleh Menteri Agama Republik Indonesia Prof. Dr. Said Agil Husain Al-Munawar, MA. pada tanggal 28 Mei 2003. Proses pembangunannya menghabiskan dana Rp 700 juta Rupiah.

Prasati pembangunan Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

Sejarah Penamaan Masjid

Nama masjid ini merupakan bentuk penghormatan pada Cheng Hoo, Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya di kawasan Asia Tenggara, Cheng Hoo bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, juga menyebarkan agama Islam. Pada abad ke 15 pada masa Dinasti Ming (1368-1643) orang-orang Tionghoa dari Yunnan mulai berdatangan untuk menyebarkan agama Islam, terutama di pulau Jawa

Kemudian Laksamana Cheng Hoo atau Admiral Zhang Hee atau Sam Poo Kong atau Pompu Awang pada tahun 1410 dan tahun 1416 dengan armada yang dipimpinnya mendarat di pantai SimonganSemarang. Selain itu dia juga sebagai utusan Kaisar Yung Lo untuk mengunjungi Raja Majapahit yang juga bertujuan untuk menyebarkan agama Islam.

Arsitektur Masjid Cheng Hoo Surabaya

Sepintas lalu Masjid Cheng Hoo Surabaya memang mirip kelenteng, rumah ibadah umat Tri Dharma. Dengan dominasi warna merah, hijau, dan kuning. Ornamennya kental nuansa Tiongkok lama. Pintu masuknya menyerupai bentuk pagoda. Ditambah relief naga dan patung singa dari lilin. 

Papan Nama Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

Bila dilihat lebih dekat, ada lafaz ''Allah'' dalam huruf Arab di puncak pagoda menunjukkan bangunan ini adalah masjid, lengkap dengan beduk di sisi kiri bangunan. Masjid ini
dibangun di atas tanah 3.070 meter persegi dan ukuran keseluruhan masjid tidak terlalu besar hanya sekitar 200 meter persegi.

Perpaduan gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid Muhammad Cheng Ho Indonesia. Arsitektur Masjid Cheng Hoo diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal Jawa. Arsiteknya Ir. Aziz Johan (anggota PITI asal Bojonegoro) serta didukung tim teknis, HS willy Pangestu, Donny Asalim SH, Ir Tony Bagyo, dan Ir Rahmat Kurnia.

Mahkota pada ujung atap lebih condong pada gaya arsitektur Hindu-Jawa. Tatanan atap Masjid Cheng Ho berbentuk segi delapan (pat kwa) yang memiliki Makna "keberuntungan" atau "kejayaan" menurut numorologi Tiongkok kuno. Hitungan atau angka pada bangunan masjid semuanya punya makna. Bangunan utama seluas 11 x 9 meter. Angka 11 sebagai ukuran Ka'bah pada awal pembangunannya dan angka 9 merupakan simbol Wali Songo penyebar agama Islam di tanah Jawa.

Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

Masjid Cheng Hoo memiliki kolom sederhana dan dinding dilapisi keramik bermotif batu bata. Di beberapa bagian dihadirkan ornamen horizontal berwarna hijau tua dan biru muda. Pewarnaan itu diulang juga pada bentukan kuda-kuda yang dibiarkan telanjang pada bagian interior.

Ada juga bukaan lengkung pada dinding, ciri khas arsitektur India dan Arab. Pada bagian dalam masjid, terdapat podium. Di Tiongkok, podium ini dimaksudkan guna menghindari kelembapan. Podium Masjid Cheng Hoo dibagi dua, tinggi dan rendah. Podium yang lebih tinggi terletak pada bangunan utama. Sedangkan yang rendah berada di sayap kanan dan kiri bagian utama masjid. Papan nama masjid ini cukup istimewa, karena hadiah langsung dari Duta Besar China untuk Indonesia, Lu Shu Ming.

Pada sisi utara masjid terdapat relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapal yang digunakannya dalam mengarungi Samudera Hindia. Relief ini memiliki pesan kepada muslim Tionghoa di Indonesia pada khususnya agar tidak risih dan sombong sebagai orang Islam. Orang Tionghoa menjalankan ajaran Islam bukanlah merupakan hal yang aneh atau luar biasa. Hal itu adalah wajar, karena 600 tahun yang lalu pun sudah ada laksamana Tionghoa yang taat menjalankan ajaran Islam bernama Muhammad Cheng Hoo. Beliau juga turut mensyi'arkan agama Islam di Indonesia.

Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya.

Kegiatan Masjid Muhammad Cheng Hoo 

Fasilitas yang ada di dalam kompleks Masjid Muhammad Cheng Hoo antara lain: kantor, sekolah TK, lapangan olah raga, kelas kursus bahasa mandarin dan kantin. Fasilitas tersebut disediakan demi kenyamanan beribadah dan untuk mempererat tali silaturahmi sesama umat. Selain itu banyak juga kegiatan sosial yang diselenggarakan PITI mengambil tempat di kompleks masjid ini, beberapa diantaranya: distribusi sembako murah, donor darah, serta pengobatan akupunktur.

Masjid ini dikelola PITI Korwil Jawa Timur dan Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia. Berbagai kegiatan keagamaan dilaksanakan di masjid ini, seperti pengajian, tablig akbar, atau majelis taklim. Kegiatan perayaan hari-hari keagamaan Islam seperti Idul Fitri atau Idul Qurban pun dipusatkan di masjid ini. Kadang halaman digunakan untuk acara resepsi pernikahan dengan latar belakang bangunan masjid.

Hampir setiap pekan di masjid ini, biasanya setelah salat Jumat, dua-tiga warga keturunan Tionghoa mengucapkan syahadatain (dua kalimat syahadat) sebagai tanda masuk agama Islam.


--------------------ooOOOoo-------------------------

2 komentar:

  1. Subhanallah, ternyata masjid Cheng Ho ada banyak di Indonesia, di Jawa Timur saja berarti ada 2 ya, di Surabaya dan Pasuruan, ada lagi di Palembang, kalau tidak salah di Purbalingga dan Semarang juga ada ya?

    BalasHapus
  2. Saya dulu pernah mampir ke masjid ini tapi ga didokumentasikan. Sekarang jadi pengen ke sana lagi.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA