Halaman

Sabtu, 02 Oktober 2010

Masjid Cheng Hoo Palembang

Masjid Cheng Hoo Jakabaring Palembang.

Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang atau biasa disebut sebagai Masjid Cheng Hoo Palembang  berlokasi di Perumahan Amen Mulia, Jakabaring, Palembang. Masjid ini didirikan atas prakarsa para sesepuh, penasehat, pengurus Pembina Iman Tauhid Islam d/h Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumatera Selatan yang diketuai oleh H. A. Afandi serta tokoh masyarakat Tionghoa di sekitar Palembang.
 
Masjid Cheng Hoo Palembang merupakan Masjid Cheng Hoo ketiga yang berdiri di Indonesia, setelah Masjid Cheng Hoo Surabaya dan Pasuruan. Dibandingkan dua Masjid Cheng Hoo Lain nya Masjid Cheng Hoo Palembang merupakan Masjid Cheng Hoo terbesar.
 
Fungsi masjid Cheng Hoo lebih dari sekadar tempat ibadah. Masjid ini menghelat kegiatan-kegiatan agama dan kemasyarakatan, dan telah menjadi sebuah tujuan wisata yang menarik para pengunjung dari Malaysia, Singapura, Taiwan dan bahkan Rusia. 

 

Arsitektur Masjid Cheng Hoo Palembang
 
Bangunan masjid dibangun dengan perpaduan unsur Cina, Melayu, Nusantara dan arab ini dilengkapi dengan rumah imam, Tempat Pendidikan Al-Quran untuk anak-anak secara gratis, Kantor DKM, perpustakaan masjid, serta ruang serbaguna. Bangunan masjid berukuran 25 x 25 meter berdiri di atas tanah 5000 meter persegi. Pembangunan masjid menelan biaya sekitar Rp 4 miliar.
 
Masjid Cheng Hoo Palembang, mampu menampung sekitar 600 jemaah dan berlantai 2. Lantai pertama digunakan untuk jemaah laki laki, sedangkan lantai dua digunakan khusus untuk jemaah wanita. Menara di kedua sisi masjid meniru klenteng-klenteng di Cina, dicat warna merah dan hijau giok.
 
Sejarah Masjid Cheng Hoo Palembang
 
Pembangunan masjid ini diawali dengan peletakkan batu pertama bulan September 2005. Modal awal pembangunan sekitar Rp 150 juta diperoleh dari hasil urunan anggota PITI Sumatera Selatan. Sedangkan tanah tempat masjid berdiri merupakan hibah dari pemerintah daerah.
 
Mimbar Masjid Cheng Hoo Palembang.

Bangunan masjidnya mulai digunakan sejak hari Jum’at 22 Agustus 2008 dengan digelarnya sholat jum’at berjamaah dan di hadiri tak kurang dari 1500 jemaah dari berbagai etnis dan daerah di Palembang. Acara tersebut juga dihadiri oleh walikota Palembang yang turut sholat jum’at berjamaah. Sedikit acara selamatan di selenggarakan oleh pengurus PITI Sumatera Selatan sebelum sholat jum’at dilaksanakan.
 
Keterkaitan Laksamana Cheng Hoo dengan Palembang
 
Sejarah kota Palembang memang tak terpisahkan dengan Laksamana Cheng Hoo. Sejak melakukan pelayaran mengelilingi dunia, Cheng Hoo sempat 4 kali datang ke Palembang. Cheng Hoo adalah seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424), kaisar ketiga dari Dinasti Ming. Nama aslinya adalah Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao ( 三保), berasal dari provinsi Yunnan.
 
Ketika pasukan Ming menaklukkan Yunnan, Cheng Hoo ditangkap lalu diwajibkan untuk menjalani pendidikan militer sampai kemudian menjadi Laksamana. Cheng Hoo berasal dari suku Hui, suku bangsa yang secara fisik mirip dengan suku Han, namun beragama Islam.
 
Interior Masjid Cheng Hoo Palembang.

Penyebaran Islam di Indonesia, selain dilakukan para pedagang dari Arab dan sekitarnya, ternyata para pedagang asal Tionghoa ikut berperan menyebarkan Islam di daerah pesisir Palembang. Di sini pula peran Laksamana Cheng Hoo dalam menyebarkan Islam di Palembang. Armada Cheng Hoo sebanyak 62 buah kapal dan tentara yang berjumlah 27.800 yang dipimpinnya itu pernah empat kali berlabuh di pelabuhan tua di Palembang.
 
Pada tahun 1407 Kota Palembang yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya pernah meminta bantuan armada Tiongkok yang ada di Asia Tenggara untuk menumpas perampok-perampok Tionghoa Hokkian yang mengganggu ketenteraman. Kepala perampok tersebut yang bernama Chen Tsu Ji berhasil diringkus dan dibawa ke Peking (kini Beijing). Semenjak itu, Laksamana Cheng Hoo membentuk masyarakat Islam Tionghoa di Kota Palembang yang memang sudah ada sejak zaman Sriwijaya.
 
Gerombolan perompak yang dipimpin Chen Tsu Ji, sebenarnya bekas seorang perwira angkatan laut China asal Kanton. Dia melarikan diri ketika Dinasti Ming berkuasa. Pelariannya berlabuh di Palembang. Kedatangannya ke Palembang telah membuat resah para pedagang yang singgah. Sebab, Chen Tsu Ji membawa ribuan pengikutnya dan membangun basis kekuasaan di Palembang, atau po-lin-fong dalam bahasa China, yang berarti ”pelabuhan tua.” Selama berkuasa di Palembang, Chen Tsu Ji menguasai daerah sekitar muara Sungai Musi, perairan Sungsang, dan Selat Bangka.
 
Sisi depan Masjid Cheng Hoo Palembang.

Anak buah Chen Tsu Ji merompak semua kapal yang melintasi perairan itu. Kebetulan atau tidak, daerah-daerah itu sampai kini jadi kantung-kantung bandit Palembang. Selama perjalanan Cheng Hoo antara 1405–1433 M, dia pernah empat kali ke Palembang. Tahun 1407 masehi, armada Cheng Hoo mampir ke Palembang dalam rangka menumpas perompak yang dipimpin Chen Tsui Ji tersebut.
 
Kemudian, pada tahun 1413–1415M, 1421–1422M, dan tahun 1431–1433 M, armada Cheng Hoo berlabuh ke Palembang. Setelah memberantas para perampok, Laksamana Cheng Hoo berlabuh hingga tiga kali ke Palembang. Namun, tidak ada yang tahu maksud dan tujuannya.
 
Hingga kini etnis thionghoa menjadi salah satu etnis yang mendiami wilayah Palembang dan Sumsel, dan menurut catatan saat ini Tionghoa muslim di Sumsel berjumlah sekitar 4.000 orang. Sekitar 2.000 orang lebih muslim Tionghoa telah lama menetap di Palembang.***

-----------------------ooOOOoo------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA