Halaman

Jumat, 24 September 2010

Masjid Pathok Negoro Nurul Huda Dongkelan


Masjid Nurul Huda Dongkelan,  batas negara di bagian selatan terletak di Dukuh Kauman, Dusun Dongkelan, Desa Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Masjid Pathok Negoro Dongkelan Kauman atau sering juga disebur Nurul Huda merupakan salah satu masjid Pathoknegara Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Sekaligus berfungsi sebagai benteng pertahanan untuk menangkal serangan musuh. Dalam sejarahnya sempat ludes dibakar oleh Belanda dalam perang melawan Pangeran Diponegoro tahun 1825-1830, kemudian dibangun kembali dan fungsinya sebagai basis pertahanan negara pun terhapus dengan sendirinya ketika Republik Indonesia terbebas dari belenggu penjajahan asing. Di sebelah barat masjid terdapat komplek makam tua. Di sini dimakamkan Kiai Syihabudin yang menjadi cikal bakal desa Dongkelan sebagai tanah perdikan.

LOKASI

Masjid Nurul Huda Dongkelan yang terletak di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Seperti halnya Masjid Pathok Negoro lain di Yogyakarta, Masjid Nurul Huda Dongkelan, memang sederhana dan berfungsi sebagai tempat beribadah meskipun keberadaannya hingga kini telah berumur lebih kurang 230 tahun, masjid ini tetap menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat sekitar.

 

 SEJARAH

Masjid Pathoknegara Nurul Huda didirikan pertama kali tahun 1775. Sejarah masjid ini berawal saat Pangeran Mangkubumi mengadakan sayembara untuk mencari pengawal yang memiliki kesaktian tinggi. Dari sejumlah kontestan yang ikut, sayembara tersebut akhirnya dimenangkan oleh Kiai Syihabudin. Setelah Pangeran Mangkubumi menjadi raja pertama di Keraton Yogyakarta pada 7 Oktober 1756, Kiai Syihabudin diangkat sebagai penghulu, mengelola masjid di atas tanah perdikan (Tanah Bebas Pajak) Desa Dongkelan.

Di masa perang Jawa yang dipimping Oleh Pangeran Diponegoro (putra dari Sultan Hamengkubuwono III) melawan tentara penjajah Belanda dalam kurun tahun 1825-1830M masjid ini pernah di bakar habis oleh Belanda. Mereka menganggap Masjid Nurul Huda Dongkelan sebagai tempat berkumpulnya pemberontak. Seusai perang itu, pihak keraton bersama-sama masyarakat Kauman Dongkelan membangun kembali Masjid Nurul Huda Dongkelan

ARSITEKTUR MASJID

Suasana tenang penuh kesederhanaan, masih tercermin hingga sekarang. Arsitektur masjid yang dibangun Keraton Yogyakarta sebagian masih menyisakan kekhasan masjid keraton pada masa itu. Pilar-pilar penyangga masjid tampak minimalis, hanya ada sedikit goresan motif ukiran. Lantai masjid yang dulunya berwarna hitam, kini hanya digantikan keramik putih polos.

Masjid Pathok Negoro Nurul Huda Dongkelan.

Beduk warna coklat kusam berusia 106 tahun di sayap utama serambi masjid juga masih terdapat di masjid ini. Bangunan masjid ini terhitung kecil dibandingkan Masjid Pathok Negoro lainnya, yaitu seluas lebih kurang 200 meter persegi.

RENOVASI DAN PERLUASAN

awalnya bangunan masjid tidak begitu luas dan hanya beratapkan ijuk. Namun, kesederhanaan tersebut tidak menyurutkan niat masyarakat Dongkelan untuk beribadah dan memperdalam ilmu keagamaan dan “kanuragan”. Awalnya (1830-an), bagian inti masjid dibangun lagi dari puing puing kehancuran akibat dibakar oleh Belanda di masa Perang Jawa yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. Kemudian, mengacu pada tulisan di saka guru serambi masjid berbahan kayu jati yang menunjukkan angka 1948, dimulailah renovasi Masjid Nurul Huda Dongkelan tahap berikutnya.

Namun, luas bangunan masjid praktis tak banyak berubah setelah renovasi itu. Pada tahun 1950-an, Masjid Nurul Huda Dongkelan akhirnya tak lagi digunakan untuk basis pertahanan Keraton Yogyakarta. Masjid ini kemudian lebih banyak digunakan masyarakat sekitar untuk beribadah, mengaji, memperdalam ilmu keagamaan, dan tempat peringatan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri.

Masjid Pathok Negoro Nurul Huda Dongkelan.

TRADISI MASJID PATHOK NEGARA NURULHUDA DONGKELAN

Pada bulan Ramadhan tahun ini, warga Kampung Kauman Dongkelan tetap melakukan tradisi dengan menjalankan berbagai kegiatan agama, mulai dari kegiatan takjilan bagi remaja dan anak-anak menjelang buka puasa, shalat tarawih, kuliah subuh, hingga pengkajian ilmu agama dan Al Quran.

Pusat Informasi Ramadhan (PIR) masjid Nurul Huda Dongkelan didirikan tahun 2004 telah sehingga membantu pelaksanaan kegiatan keagamaan di masjid. PIR juga mendirikan radio komunitas Pathok Negoro FM yang berfungsi menyiarkan dakwah dan siaran langsung segala kegiatan yang diadakan di masjid ini, termasuk dari tarawih, subuhan hingga takjilan. uniknya takjilan disini untuk bapal-bapak warga desa ini, selebihnya untuk anak-anak kecil hanya dilakukan seminggu tiga kali yaitu, Senin, Kamis dan Sabtu. (updated : 28/08/2012).

-------------------------------

Lanjutkan Membaca Artikel Masjid Pathok Negara Lainnya



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Dilarang berkomentar berbau SARA