Masjid Pathok Negara Wonokromo. |
Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo merupakan salah satu dari Lima Masjid Pathoknegara Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Tulisan ini merupakan bagian ahir dari 6 tulisan serial 5 masjid pathok negara kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Lokasi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Wonokromo,
Pleret, Bantul, Yogyakarta, Indonesia. Masjid Taqwa berdiri di atas tanah kesultanan
(Sultan Ground) seluas 5000 meter persegi. Luas bangunan masjid saat didirikan
adalah 420 meter persegi dan hingga kini telah dilakukan pengembangan sehingga
luasnya menjadi 750 meter persegi. Bagian serambi luasnya 250 meter persegi,
dan ruang perpustakaan seluas 90 meter persegi, dan halaman seluas 4000 meter
persegi.
Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Timur, Wonokromo I, Wonokromo, Kec. Pleret, Kabupaten Bantul, Daerah Is-timewa Yogyakarta 55791
Sejarah Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Masjid Pathok Negara Taqwa, Wonokromo didirkan pertama kali oleh Kyai Mohammad Fakih. Beliau adalah seorang guru agama Islam Bertempat tinggal di desa Ketonggo. Dan terkenal juga dengan panggilan "Kyai Welit". Karena kesenangannya menganyam daun alang alang menjadi atap atau disebut welit. Welit yang dibuatnya tidaklah untuk dijual tapi hanya dibagi bagikan ke mereka yang membutuhkan.
Kyai
Muhammad Fakih merupakan guru sekaligus kakak ipar dari Sultan
Hamengkubuwono I (Raja Yokyakarta) Karena Sultan Sultan Hamengkubuwono
menikah dengan putri kedua Ki Derpoyudo sedangkan Kyai Muhammad Fakih
menikah dengan putri pertama Ki Derpoyodo yang merupakan seorang
tokoh masyarakat Laweyan Surakarta.
Ketika
menjadi murid dari Kyai Muhammad Fakih Sultan pernah meminta nasihat kepada Kyai
Muhammad Faqih bagaimana agar negara senantiasa aman. Kyai Muhammad Faqih
memberikan nasihat agar sultan agar Sultan melantik orang-orang yang dapat
mengajar dan menuntun akhlak dan budi pekerti yang disebut "Pathok". Dan memilih
"Kenthol" (kepala pedesaan/desa). Sultan setuju dengan nasihat Kyai
Muhammad Faqih dan mengangkat Pathok yang ditempatkan di desa Mlangi, Plosokuning, Babadan
Gedong Kuning,Ringinsari Genthan, Demak Ijo, Klegum, Godean dan Jumeneng.
Tahun
1774 M Kyai Moh. Fakih dilantik menjadi kepala Pathok, dan
dianugerahi tanah perdikan di sebelah selatan Ketonggo, yang masih berupa hutan
yang banyak ditumbuhi pohon awar-awar, karenanya disebut alas awar-awar.
Tanah anugrah Sultan yang masih berupa hutan awar-awar itu dibuka dan kemudian
didirikan sebuah masjid kecil. Setelah selesai, Kyai Moh. Fakih menghadap
Sultan menyampaikan laporan bahwa di atas tanah perdikan itu sudah didirikan
sebuah masjid. Atas amanat Sultan Hamengkubuwono maka hutan awar-awar
yang sudah di buka dan sudah didirikan masjid itu diberi nama "WA ANA
KAROMA" yang maksudnya "Supaya benar-benar Mulya" atau
"Agar Mulya Sungguh-sungguh"
Kyai
Muhammad Fakih ini juga disebut juga Kyai Sedo Laut (meninggal
di laut) karena sepulang dari tanah suci pada tahun 1757, kapal yang
ditumpanginya karam di selat Malaka. Kyai Muhammad Fakih karam di laut, sedang
putranyaKH Abdullah terdampar di selat Malaka.
Arsitektural Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Arsitektur asli bangunan induk masjid Taqwa berbentuk kerucut (lancip) dengan mustaka dari kuwali yang terbuat dari tanah liat. Sedang bangunan serambi berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, dan dindingnya dari gedhek. Sebelum kemudian mengalamai beberapa kali renovasi dan perluasan hingga ke bentuknya saat ini.
Renovasi Dan Perluasan Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Tahun 1867M Bentuk asli Masjid Pathok Negara Taqwa direnovasi oleh Kyai Muhammad Fakih II bentuk bangunan masjid dibongkar diganti dengan bentuk atap tumpang. Serambi tetap berbentuk limasan. mustoko yang dulu hanya dari kuwali yang dibuat dari tanah liat kemudian diganti dengan bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka.
Kerangka yang semula bambu sebagian besar diganti dengan kayu nangka dan
sebagian dengan gelugu. Tembok anyaman bambu diganti dengan batu bata yang
direkatkan dengan tanah liat diplester dengan adukan aci gamping dengan
tumbukan bata dan pasir. lantainya dibuat dari bata yang ditata lalu diplester
dengan adonan yang sama seperti membuat tembok.
Ruangan di dalam masjid ditambah. Di sisi kiri dan kanan bangunan masjid dibuat ruangan untuk jamaah sholat bagi muslimah yang disebut pawestren. Tempat wudhu yang semula dari padasan, dibuatkan kolam di depan serambi masjid. Air dialirkan dari sungai Belik.
Tahun 1958, masjid kembali di renovasi atas biaya dari H. Prawiro Suwarno.Atap tumpang tetap dipertahankan, malah ditambah dengan gulu melet sebagai penyela antara atap tumpang sebelah atas dan atap tumpang sebelah bawah. Serambi masjid diperluas. Kolam di tempat wudhu ditimbun tanah dijadikan halaman masjid. Tempat wudhu dibuat kulah yang berada di sisi utara dan selatan serambi masjid. Pawestren tempat jamaah sholat untuk muslimah dipertahankan. Bangunan masjid diganti tembok yang disemen. Empat tiang utama di dalam masjid menjadi terlihat jelas. Tempat khotib dibuatkan rumah-rumahan semacam gazebo ukuran 2 x2 m. Di bagian serambi ada beberapa tiang dari cor beton dan di dalam serambi tiang dibuat dari balok kayu jati. Di depan serambi masjid dibuat kanopi. Lantai ruangan masjid maupun serambi diganti dengan tegel. Ruangan dalam masjid, tegel dibuat warna warni dengan corak ornamen kembang-kembang.
Tahun
1973 M, warga Wonokromo, Muhammad Asnawi Muslikh, menyumbangkan
seperangkat pengeras suara yang digerakkan dengan accu 12 volt untuk
mengumandangkan adzan. Tahun inilah pertama kali adzan dikumandangkan
dengan pengeras suara di masjid Taqwa.
Tahun 1976 M, mustoko dalam bentuk bawangan yang dibuat dari kayu nangka,
diganti dengan mustoko dalam bentuk bawangan yang dibuat dari aluminium dengan
ukuran yang lebih besar.
Pada tahun 1986 M, masjid mendapat bantuan dari Presiden RI sejumlah Rp. 25.000.000,- Karena kondisi masjid sudah banyak yang rusak, terutama kayu penyangga yang lapuk karena terkena tetesan air hujan, atas izin tertulis dari Keraton, bangunan masjid dibongkar dan diperluas.
Secara total, masjid dibangun dengan konstruksi beton bertulang, dengan tidak meninggalkan arsitektur masjid Jawa Yogyakarta. Termasuk dalam pemilihan warna catnya antara komposisi hijau, kuning dan merah serta kuning emas karena warna-warna ini mengandung nilai filosofis yang dalam. Keinginan masyarakat membuat menara dari konstruksi beton tidak mendapatkan ijin dari keraton karena corak masjid Yogyakarta tidak ada menaranya.
Tahun 2003 M, masjid ini mendapat bantuan pengembangan dari Dinas Pariwisata Yogyakarta. Dengan membangun gedung pertemuan di utara serambi masjid. Kulah dibikin simetris antara kulah di sebelah utara serambi masjid dan di sebelah selatan serambi masjid. Ada penambahan bangunan kanopi dan dihidupkannya kolam di depan di sisi kiri dan kanan serambi masjid. Juga penyempurnaan dapur untuk memasak air pada saat dilaksanakan hari-hari besar Islam di masjid taqwa.
Nama Masjid Taqwa
Sejak masjid ini didirikan oleh Kyai Muhammad Fakih, masjid ini tidak ada namanya. Saat itu, masyarakat mengenalnya dengan sebutan masjid Wonokromo. Pada saat kepengurusan masjid dipegang oleh Kyai Makmun,masjid diberi nama Masjid Taqwa, bukan Masjid at-Taqwa.
Masjid Pathok Negara Wonokromo. |
Ada argumen yang diberikan Kyai Makmun kenapa masjid ini diberi nama masjid Taqwa dan bukan Masjis at-Taqwa. Kata taqwa adalah bentuk isim nakiroh, yang mengandung pengertian umum untuk siapa saja. Siapa saja dari tingkatan kyai sampai dengan tingkat orang awam sekalipun boleh beribadah di masjid ini, tak ada bedanya dengan siapa pun. Termasuk yang boleh masuk ke masjid ini tidak hanya warga Wonokromo, tapi juga warga lainnya. Lain dengan kata at-Taqwa dalam bentuk isim ma'rifah, yang mengandung pengertian khusus, bahwa yang boleh masuk masjid hanya para kyai saja. Atau masjid ini hanya khusus untuk warga Wonokromo saja.
Pemberian nama ini dilakukan secara resmi dengan membuka selubung papan nama yang lakukan oleh Kyi Makmun, selubung papan nama Masjid Taqwa pada saat itu digantung di kanopi di serambi masjid.
Tradisi Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Hukuman
untuk yang salah membunyikan beduk
Zaman
dulu, di depan masjid dibangun tempat wudhu. Airnya diambil dari sungai Belik
yang dialirkan melalui parit. Fungsi kolam selain untuk berwudhu juga berfungsi
unuk menghukum orang yang salah dalam memukul kentongan dan beduk, dengan
diceburkan di dalam kolam.
Bunyi Beduk dan kentongan yang khas
Untuk
tanda waktu masuk sholat, selain azan, dibuat kentongan dan beduk. Suara dan
irama beduk di hari-hari biasa berbeda dengan saat tanda masuk sholat ashar di
hari Kamis. Suara irama beduk disebut dengan sarwo lemah, asar dowo malem
jemuah. Bila tiba waktu ashar di hari Kamis, beduk itu dipukul dengan nada dan
irama yang khas dan panjang. Artinya apabila terdengar suara beduk dipukul
panjang menandakan bahwa nanti malam adalah malam Jum'at.
Di
hari Jum'at, setengah jam sebelum tiba waktu sholat jum’at, beduk ditabuh
bertalu-talu. Di akhir pemukulan bedhuk sisipi pemukulan kenthongan. Ini
menandakan bahwa pelaksanaan ibadah Jum'ah sudah akan dimulai.
Azan Limo
pada
saat sholat Jum'at, pelaksanaan adzan dilakukan dua kali. Adzan pertama
dilakukan sebagai tanda saat masuknya waktu sholat dhuhur (masuk waktu sholat
Jum'at). Pada saat adzan pertama, baik petugas untuk adzan subuh, dzuhur,
'asar, maghrib, isya' berjajar-jajar di depan mimbar, mengumandangkan adzan
bersama-sama. Hal ini dimaksudkan supaya ada keadilan, bersatu dan bertemunya
para muadzin dari masing-masing waktu, maka di sini dikenal dengan istilah
adzan limo
Bodho Kupatan
Adalah
tradisi saling memaafkan setelah puasa sunat Syawal bulan syawal
Peran Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Pada zaman penjajahan Belanda, masjid ini untuk jama'ah sembahyang Jum'at bagi penduduk Wonokromo dan dari desa-desa sekitarnya, karena masjid merupakan masjid tertua di wilayah Kecamatan Pleret dan sekitarnya.
Di masa revolusi fisik, masjid Wonokromo disamping untuk sholat jama'ah para gerilyawan RI juga sebagai tempat koordinasi untuk menggempur Belanda yang berkedudukan di Pleret. Daerah ini merupakan basis kekuatan militer dan pejuang serta kekuatan masyarakat dalam ketahanan berjuang melawan Belanda yang bermarkas di Pleret maupun di Bantul
Masjid
ini juga menjadi tempat kekuatan militer kompi III Batalion I Brigade 10yang
saat itu dipimpin Letda Komarudin. Di makam yang terlatak di sebelah barat
masjid juga terdapat beberapa orang pahlawan yang disemayamkan di sana dan
hingga sekarang selalu diziarahi banyak orang pada bulan Agustus untuk
mengenang jasa-jasanya.
Pengurus Masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo
Otoritas Kyai
Pada
awal berdirinya, belum dikenal istilah takmir masjid untuk mereka yang
mengurusi masjid. Urusan masjid mutlak berada di tangan otoritas Kyai, baik
untuk urusan fisik masjid maupun urusan peribadatannya.
Khodimul Ummah
Tahun
1913 M orang-orang yang mengurus segala urusan masjid baik fisik maupun
peribadatan disebut dengan istilah khodimul ummah. Perangkat pengurus masjid
memiliki nama dan peran masing masing misalnya : khotib disebut abdidalem
kaji selosin. Muadzin disebut abdidalem muadzin. Masing masing muadzin
memiliki tugas masing-masing di masing masing 5 waktu sholat. Adapun
orang-orang yang mengurus urusan fisik masjid dari menyapu lantai hingga
menggelar tikar untuk sholat dan mengisi air wudhu disebut dengan abdidalem
merbot. Semua yang mengurus fisik masjid ini mendapat Surat Keputusan (SK)
dari Kraton Ngayogyokarto yang disebut dengan Serat Kekancingan.
Imamah
Tahun
1969 M, pola kepengurusan masjid diganti dengan sistem imamah. Segala sesuatu
yang menyangkut urusan masjid secara mutlak keputusannya di tangan imam. Pada
periode itu imamnya adalah Kyai Makmun.
Takmir
Paska
wafatnya Kyai Makmun tanggal 2 Mei 1990 M. pola kepengurusan masjid
diganti dengan takmir masjid sampai sekarang.
Berikut
daftar kepengurusan masjid Pathok Negara Taqwa Wonokromo sejak awal hingga
tahun 2007.
Kyai
Muhammad Fakih
|
(1755 1763 M)
|
Kyai
Abdullah
|
(1763 1808
M)
|
Kyai
Ibrahim
|
(1708 1863
M)
|
Kyai
Muhammad Fakih II
|
(1863 1913
M)
|
Kyai Moh
Dahlan atau K.R.T. H. Badaruningrat
|
(1913 1953
M)
|
Kyai
Dimyati
|
(1953 1969
M)
|
Kyai Makmun
|
(1969 1990
M)
|
Kyai Moh
Syifak
|
(1990 1994
M)
|
R. Zaenuri
Isma'il
|
(1994 1997
M)
|
Drs.
Muhammad Wakhid
|
(1997 2000
M)
|
Kyai
Isma'il
|
(2000 2003
M)
|
Kyai Ismail
|
(2003 2006
M)
|
Kyai Ismail
|
(2006
sekarang).
|
-------------------------------
Lanjutkan Membaca Artikel Masjid Pathok Negara Lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Dilarang berkomentar berbau SARA