Masjid Ad-Darojat Babadan.
|
Masjid
Pathok Negara Ad-Darojah Babadan, merupakan salah satu dari lima Masjid Pathok
Negara Kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat. Masjid ini memiliki sejarah yang
unik dalam sejarah perjuangan kemerdekaan karena pernah dipaksa di pindahkan oleh
pasukan penjajahan Jepang berikut seluruh penduduk yang ada di sekitar lokasi
masjid. Karena lokasi tersebut akan dijadikan pangkalan militer oleh pasukan
Jepang.
Lokasi Masjid Pathok Negara Ad-Darojat
Masjid
Pathok Negara Ad-Darojat Babadan, berada di Desa Babadan, Kec. Banguntapan,
Kab. Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, INDONESIA. Rute untuk menuju
ke masjid dari JEC (Jogja Expo Center), dari Jalan raya Janti di depan JEC ada
sebuah pohon beringin yang menghadap ke sebuah pertigaan. Salah satu jalan di
pertigaan itu bernama Jl. Pathok Negara. Ikut Jalan Pathok Negara hingga sampai
di lokasi masjid.
Masjid Pathok Negara Babadan
Kauman Babadan
Jl. Babadan, Jomblangan, Banguntapan, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55198
Sejarah Masjid Pathok Negara Ad-Darojat
Masjid
Ad-Darojat Babadan adalah salah satu masjid patok negara yang didirikan oleh
Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1774 di atas tanah mutihan atau Sultan
ground seluas 120 meter persegi.
Pada
zaman penjajahan Jepang tahun 1940, Masjid Ad-Darojat dan masyarakat Babadan
dipindah ke Desa Badabadan baru di Jl. Kaliurang KM-7, Kentungan, Sleman.
Perpindahan ini dikarenakan saat itu daerah Babadan terkena pelebaran pangkalan
pesawat terbang dan sebagai gudang senjata. Akibat perpindahan tersebut denyut
kampung Babadan sebagai kampung santri sempat mengalami tidur panjang. Akibat
perpindahan yang dilakukan oleh Jepang tersebut, masjid Patok Negara tersebut
menjadi tak terurus.
Masjid Sultan
Agung Babadan baru.
|
Saat
terjadi pengusiran oleh Jepang, memang tidak semua penduduk ikut boyong ke
Kentungan. Sebagian warga Babadan tetap tinggal di kampung halamannya. Setelah
ditinggalkan warga, masjid ini hanya tersisa fondasi dan temboknya saja. Hal
ini dikarenakan seluruh konstruksi kayu masjid ikut dipindah dan dibangun kembali
di Babadan Kentungan.
Setelah
Jepang kalah dalam Perang Dunia ke-2 yang akhirnya seluruh personil dan
tentaranya meninggalkan Indonesia, secara otomatis pembangunan perluasan
pangkalan udara pun urung dilaksanakan. Sekitar tahun 1950-an mulai banyak
masyarakat yang datang ke kampung Babadan dan akhirnya menetap di sana.
Pada
tahun 1960-an salah seorang warga Babadan bernama Muthohar mempunyai niat untuk
membangun kembali masjid peninggalan Sultan Hamengkubuwono I tersebut.
Pembangunan kembali masjid tersebut dilakukan semasa Sri Sultan Hamengku Buwono
IX. Atas dukungan Sultan maka nama Sultan Hamengku Buwana IX "Ndoro
Jatun" diabadikan menjadi nama masjid Patok Negara tersebut dengan nama
Masjid Ad-Darojat.
Meski
bentuk masjid mengalami perubahan, namun bentuk khas sebagai masjid kraton
masih tetap dipertahankan. Seperti pada masjid Pathok Negoro lainnya, di sisi
barat masjid adalah pemakaman tempat bersemayam para tokoh agama maupun
masyarakat setempat. Masjid “pindahan” di Desa Babadan Baru masih bertahan
hingga kini dan diberi nama Masjid Sultan Agung.
Karena
latar belakang sejarah demikian ini, antara warga Babadan dengan Babadan Baru
Kentungan meskipun terpisah secara geografis namun tetap terjalin hubungan yang
harmonis. Setiap tahun menjelang datangnya bulan suci Ramadhan, banyak warga
Babadan Baru yang datang ke Babadan untuk menggelar acara tradisi nyadran.
Silaturahmi setiap kegiatan nyadran tersebut berlanjut saat Lebaran Idul Fitri
tiba, karena banyak juga diantara mereka yang masih merupakan saudara sedarah.
Arsitektural, Renovasi dan Perluasan
Pertama
kali masjid ini dibangun pada tahun 1774, arsitektur Masjid Ad-Darojat sama
persis dengan ketiga masjid Patok Negara lainnya. Kesamaan bentuk masjid
tersebut terlihat hampir di semua bagian. Bangunan ruang utama masjid
menggunakan konstruksi joglo dengan empat soko guru dan terdapat pawestren
disampingnya. Serambi masjid menggunakan konstruksi bentuk limasan serta
terdapat kolam di sebelah timur masjid sebagai tempat bersuci sebelum memasuki
masjid, di depan masjid juga terdapat pohon kepel.
Kompilasi
foto Masjid Pathok Ad-Darojah.
|
Dikarenakan
pengusiran oleh Jepang pada tahun 1940-an, bersamaan dengan boyongnya penduduk
Babadan ke Kentungan, seluruh bangunan masjid ikut dipindah dan dibangun
kembali di daerah Kentungan. Tempat tersebut kemudian diberi nama Kampung
Babadan Baru. Baru pada tahun 1960-an bekas lokasi masjid di Babadan kembali
dibangun.
Pada
pembangunan awal di tahun 1964, bentuk masjid masih semi permanen. Baru pada
tahun 1988 dibangun kembali serambi tengah dengan sumber dana dari pemerintah
dan swadaya masyarakat. Meski bentuk masjid mengalami perubahan, namun ciri
khas sebagai Masjid Pathok Negara tetap dipertahankan, seperti mustoko masjid
yang masih disimpan dengan baik. Baru pada tahun 1992 bangunan induk utama
dibongkar kembali dan disarankan agar disesuaikan seperti bentuk semula yakni
joglo yang berasal dari kayu jati.
Pada
tahun 1993 pembangunan ruang utama masjid berhasil dilakukan dengan membangun
joglo dengan 4 soko guru masing-masing setinggi 7 meter. Pembangunan
kelengkapan masjid seperti serambi depan, gerbang masuk, serta tempat wudhu dan
wc dilakukan pada tahun 2001. Atas kesepakatan para tokoh agama setempat pada
tahun 2003, mustoko yang asli yang terbuat dari tanah liat tidak jadi dipasang
dan diganti dengan mustoko dari kuningan. Meskipun demikian mustoko yang asli
sampai sekarang masih tersimpan dengan baik di Masjid Ad-Darojat.
Tradisi di Msjid Ad-Darojah
Shalat
tarawih di Masjid Ad-Darojat adalah 11 rakaat (2 x 4 ditambah 3 witir) dengan
ceramah. Sedangkan di Masjid Sultan Agung adalah 23 rakaat (2 x 10 ditambah 2 +
1 witir) dengan ceramah.
-------------------------------ooOOOoo-------------------------------------
Lanjutkan
Membaca Artikel Masjid Pathok Negara Lainnya
hmmm... saya malah tau sejarah masjid kampung saya ini dari blog ini. terimakasih
BalasHapusanto
terima kasih, Mas.
BalasHapusalhamduLILLAH menemukan blok ini.
membiasakan sholat Tahiyatul masjid, niscaya seluruh masjid akan memanggilmu. dan puncaknya ... raja masjid akan memanggilmu ... amin ...
sangat mencerahkan...ternyata asal nama ad darojat dr Ndoro Jatun..
BalasHapussangat mencerahkan...ternyata asal nama ad darojat dr Ndoro Jatun..
BalasHapus