Masjid Agung Airmata tertua di di kota Kupang dan pulau Timor. |
Dua Makna "Air Mata"
Airmata, merupakan nama salah satu dari 3 kawasan pemukiman muslim di kota Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Nama Airmata disini memiliki dua makna : pertama kawasan ini memang merupakan sumber mata air sungai yang membelah kota Kupang. Makna Kedua, di tempat inilah banyak airmata yang tumpah akibat kekejaman penjajah Belanda dan Jepang, Setidaknya ada tiga ulama yang ditangkap dan diasingkan Belanda hingga mereka wafat dan dimakamkan di sini, yakni Kiyai Arsyad asal Banten, Dipati Amir Bahrain asal Bangka dan Sultan Dompu asal Bima. Ketiga tokoh itu yang kemudian juga menjadi Penyebar Agama Islam di Kupang dan sekitarnya. Makam para ulama itu terletak berdekatan dalam sebuah kompleks yang dikenal dengan nama Kuburan Batu Kadera.
Lokasi Masjid Agung Airmata
Masjid Agung Al-Baitul Qadim Airmata, terletak di Kelurahan Air Mata, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Kelurahan Airmata merupakan pemukiman muslim pertama di Kupang, NTT. Di sana masih berdiam keturunan ke-10 penyebar agama Islam di daerah itu. Jajan Air Mata (JAM) merupakan salah satu ikon Kelurahan Airmata. Bahkan dialek atau logat Melayu Kupang khas Airmata merupakan ciri khas lainnya. Koordina 10°10'1"S 123°34'45"E
Masjid Tertua di Kupang dan Pulau Timor
Masjid Agung Airmata atau resminya beranama Masjid Agung Al-Baitul Qadim, Daerah Air mata, Kota kupang. Merupakan masjid pertama dan tertua di Kota Kupang dan di wilayah pulau Timor. Masjid ini menjadi simbol pemersatu ummat beragama di kupang dan sekitarnya, karena sejak pertaka kali dibangun nya pun dibangun bergotong royong bersama masyarakat Nasrani setempat, Selain dari itu Masjid Airmata juga merupakan potret dasar masuknya Islam di Kupang, ibu kota Nusa Tenggara Timur (NTT). Masjid ini merupakan pemersatu warga Muslim dan nonmuslim. Tak mengherankan jika masjid tersebut dijadikan sebagai objek wisata rohani di Kota Kupang.
Sejarah Masjid Agung Airmata
Masjid yang sudah berusia sekitar 200 tahun itu dibangun diatas tanah hibah Sya’ban bin Sanga Kala pada 1806 bersama dengan Kyai Arsyad (tokoh pergerakan Banten yang dibuang Belanda ke Kupang) dibantu umat Kristiani yang ada di sekitar kampung Airmata Kupang. Masjid Al-Baitul Qadim merupakan masjid tertua di Pulau Timor, dan dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Islam pada saat itu hingga sampai ke Timor Portugis (Timor Leste sekarang).
Syahban bin Sanga Kala merupakan warga Muslim pertama yang menginjakkan kakinya di Pulau Timor dalam pelayarannya dari Pulau Solor di Kabupaten Flores Timur. Syahban bin Sanga Kala berasal dari Mananga, sebuah kampung di Pulau Solor bagian barat.
Menurut Munandjar Widiyatmika, peneliti masuknya agama Islam di NTT, Islam masuk pertama kali di NTT mulai dari Pulau Solor di Kabupaten Flores Timur pada abad ke-15. Dimulai dari Mananga, Pulau Solor dilakukan oleh para pedagang yang juga Ulama dari Palembang, Sumatera selatan, ulama tersebut bernama Syahbudin bin Salman Al Faris yang kemudian dikenal dengan sebutan Sultan Menanga. karena pertama kali membawa misi penyebaran agama Islam di NTT dari Mananga, Pulau Solor di Kabupaten Flores Timur. Dari Mananga, Islam kemudian perlahan-lahan masuk ke Pulau Flores, Alor dan Kupang seperti di Airmata itu.
Masjid Agung Airmata dari sisi belakang. |
Dapat difahami bila kemudian penyebar Islam pertama di daerah Airmata, Kupang adalah Ulama yang berasal dari Menanga, karena memang Islam di Pulau Timor bermula masuk dari sana. Hampir enam tahun lamanya baru masjid itu selesai dibangun dalam periode 1806-1812. Pada 1984, imam masjid turunan ketujuh, Birando bin Tahir, mulai melakukan pemugaran atas masjid bersejarah itu guna melestarikan keberadaannya sebagai pusat penyebaran Islam di Pulau Timor.
Menurut penuturan dari H. Imam Birando bin Taher, Imam Masjid Agung Airmata ke tujuh yang juga tokoh masyarakat Airmata. Sejatinya Masjid Agung Airmata bukanlah Masjid yang pertama kali berdiri di Kupang. Sebelum nya sudah pernah ada dua kali didirikan Masjid oleh Kyai Arsyad tapi dua kali juga di berangus oleh penjajah Belanda. Kiyai Arsyad, yang banyak berperan dalam pengembangan Islam di Kupang. Sebelum ditangkap dan diasingkan, Kiyai Arsyad memimpin perlawanan masyarakat Cilegon, Banten, terhadap Belanda (1926).
Kiyai Arsyad mula-mula tinggal di Oeba, kawasan pantai di belahan utara Kupang. Dan mendirikan masjid. baru beberapa tahun, masjid itu digusur Belanda dengan dalih akan dijadikan kompleks perumahan pejabat. Kiyai Arsyad dan pengikutnya kemudian bergeser ke arah selatan kota, di Funtein sekarang dan kembali mendirikan masjid. Tapi Belanda kembali menggusur masjid dan komunitas Kiyai Arsyad dengan alasan akan mendirikan perkantoran. Kantor Bupati Kupang sekarang diyakini sebagai lokasi berdirinya masjid Kiyai Arsyad.
Tergusur dari Funtein, Kiyai Arsyad beserta pengikutnya memindahkan komunitasnya ke arah selatan, Airmata sekarang dan tidak lagi digusur karena Belanda terlanjur angkat kaki dari Nusantara. Masjid Agung yang didirikan di Airmata ini dibangun di atas tanah wakaf Sya’ban bin Sanga Kala dan diberi nama Baitul Al-Qadim (rumah pertama).
Sya'ban bin Sanga pun mewakafkan anak-anaknya untuk kepentingan dakwah. Tiga puteranya, yakni Birando, Abdullah dan Bofid. Birando diwakafkan sebagai imam, Abdullah sebagai khatib dan Bofid sebagai muazzin. Tradisi mewakafkan diri pada masjid ini terus berlangsung hingga cucu-cucu Sya'ban. H. Imam Birando bin Taher yang masih memegang jabatan imam sekarang adalah cicit Sya'ban. Masjid Agung Al-Baitul Qadim telah menurunkan tujuh orang imam kepala, di antaranya Birando bin Syaban, Ali bin Birando, Djamaludin, Abdul Gani, Tahin bin Ali Birando dan Birando bin Tahir.
Arsitektur Masjid Agung Airmata
Masjid itu dibangun dengan perpaduan arsitek antara unsur budaya Flores Timur dan Arab sebagai simbol perlawanan warga Airmata terhadap koloni Belanda dan Jepang pada masa itu. Masjid Air Mata dibangun pertama kali tahun 1806 Masehi berarsitektur perpaduan seni arsitektur Jawa dan Cina. Dengan ukuran 10 x 10 meter, berbentuk joglo, dengan atap genteng. Tahun 1984 masehi dilkukan pemugaran total dengan pemrakarasa Imam H. Birando bin Taher. Menjadi bentuknya yang sekarang.
Pemugaran ini dilakukan Birando bin Tahir atas persetujuan jemaah setempat, dengan sejumlah alasan, di antaranya bertambah pesatnya warga Muslim dam Muslimah. Pemugaran itu juga didasarkan pada kondisi rumah ibadah tertua ini tidak layak lagi dipandang, karena sebagian dinding dan atap mengalami perapuhan, sehingga perlu direnovasi, tanpa menghilangkan keasliannya yang tetap nampak pada sebagian dinding ruangan yang hingga kini masih ada.
Tradisi di Masjid Agung Airmata
Mauludan yang Khas
Mengunjungi masjid ini akan lebih mengesankan bila bersamaan dengan, saat perayaan Maulid Nabi, 12 Rabiul Awal. Berbeda dengan daerah lain, perayaan Maulid Nabi di Kupang, terutama di kedua ini memiliki tradisi yang sangat khas. Acara pokok mauludan adalah berzikir, yakni pembacaan kitab Barjanzi yang dilatunkan dengan irama tertentu serta diiringi oleh tabuhan rebana. Sepintas, seni berzikir ini hampir memiliki kesamaan dengan seni ruddat yang banyak dijumpai di wilayah Tapal Kuda, Jawa Timur. Tradisi yang sama juga dilaksanakan di Masjid Al-Falah, Kampung Solor, Kota kupang.
Peringatan Maulid Nabi di sini juga ditandai dengan aneka hidangan yang dihiasi aneka warna. Ada nasi merah dan kuning, ada telur ayam rebus, juga pisang rebus yang juga diberi aneka warna dan dihidangkan dalam nampan bersama nasi tadi. Lebih khas lagi, ada kelapa muda diukir aneka macam yang ditancapi kembang-kembang plastik. Semua aneka makanan, kelapa dan bunga itu selepas waktu Isya diarak beramai-ramai menuju masjid dengan lantunan Salawat Badar.
Prosesi Perarakan Siripuan mewarnai setiap perayaan Maulid Nabi Muhamad SAW diselenggarakan oleh komunitas muslim Kelurahan Airmata-Kota Kupang. Siripuan yang diarak tersebut berupa rangkaian bunga rampai daun pandan dan buah - buahan, yang merupakan lambang cinta kasih dan damai sejahtera, diarak oleh ratusan masyarakat kelurahan Airmata, diiringi dengan tari-tarian dengan bergandengan tangan sambil mendendangkan Sholawat Nabi.
Prosesi perarakan siripuan yang merupakan perpaduan antara nilai budaya dan nilai religius yang dilakukan dalam rangka memperingati hari lahirnya Nabi Muhamad SAW tersebut, telah berlangsung turun temurun tepatnya sejak tahun 1806, dan bertujuan untuk meningkatkan tali silaturahmi diantara umat muslim dan umat beragama lainnya yang ada di Kota Kupang.
Perarakan siripuan malam itu yang ditandai dengan pemukulan bedug oleh Walikota Kupang, dilepas dari rumah imam masjid menuju Masjid Agung Al Baitul Qadim-Airmata. Acara ini biasa nya juga dihadiri oleh para pejabat daerah dan pusat baik sipil maupun Militer.***
Baca Juga
nama masjid yang unik dan bermakna... semoga masjid ini tetap di agungkan oleh umat nya...
BalasHapusthank's buat info nya.. :)
Amin
BalasHapusThanks dah mampir
makasih infonya sangat bermanfaat.
BalasHapusSaya seorang muslim, lahir dan besar di Kupang tapi baru kali ini membaca mengenai mesjid tertua di Kupang dan sejarahnya. thanks atas infonya - sangat bermanfaat
BalasHapusRindu Desa Airmata kupang....saya dulu alumni SD PERSITIM 1...th 1987....saya dulu dikenal dengan nama Mustafa....teman2 saya diantaranya... bahrudin thalib, aminah nurdin, tryono suworo, jamilla bafret, abdul hamid K. ta'a, ahmad tahir, Santi, dll...masih ingat nama guru2 saya : Pak Abdullah daeng la udu, Ibu zaenab longso, P. J. Pellokila, Ibu Lin dll....mungkin ada teman2 seangkatan bisa hubungi saya di http://www.syaffak.wordpress.com terima kasih
BalasHapusSejarah yg eksotis seperti sejarah Islam di Bali
BalasHapus