Halaman

Jumat, 13 Agustus 2010

Masjid “Bengak” Al-Raisiyah Masjid Tertua di Mataram

Masjid Al-Raisiyah atau juga seringkali disebut Masjid Bengak di kawasan Sekarbela, kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Masjid Al-Raisiyah atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak berdiri kokoh diantara perkampungan warga di Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masjid yang dibangun diatas lahan seluas 10 hektar. merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak yang hidup pada abad ke 17 Masehi. 

Kata ‘Bengak” yang melekat pada nama masjid ini, dalam bahasa setempat berarti “heran”. Dalam perjalanan sejarah masjid ini disebutkan bahwa, pada masa awal penyebaran Islam di Kawasan tersebut merupakan daerah yang sulit untuk mendapatkan air bersih. Sampai suatu hari pada saat Gaus Abdul Razak sedang memimpin pengajian di masjid tersebut yang kala itu masih berupa bangunan yang sangat sederhana, tiba-tiba keluar air deras dari dalam tanah. Masyarakat ter-“heran heran” dengan kejadian tersebut.  Keajaiban air yang berlimpah telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam.

Lokasi Masjid Bengak al-Raisiyah

Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela
Kota Mataram, Prov. Nusa Tenggara Barat
Indonesia



Sejak berdiri, masjid tersebut sudah 4 kali direnovasi, Renovasi yang pertama dilakukan setelah Masjid terbakar akibat peperangan antara masyarakat Sekarbela yang menuntut kematian Tuan Guru Padang Reak dengan penguasa saat itu. Saat itu. Bentuk masjid Sekarbela berbentuk empat persegi dengan dinding bedek, atap rumbia, lantai tanah dan yang menjadi ciri khas adalah empat soko guru. Setelah kebakaran, Masjid dibangun kembali oleh TGH Mustafa dan TGH Moh. Toha. Bentuk Masjid masih sederhana dengan empat soko guru. Dari peninggalan yang ada yakni sebuah kaligrafi tertulis angka 1350 Hijriah.

Saat itu bangunan Masjid sudah lebih baik dari sebelumnya namun masih sederhana. Kemudian pada tahun 1890 M, atas prakarsa TGH M Rais, masjid direnovasi dengan memanfaatkan atap dari genteng. Jamaah yang semakin banyak menginspirasikan penerus selanjutnya, yakni TGH Muktamat Rais anak dari TGH Muhamaad Rais, untuk membangun kembali Masjid pada tahun 1974 dengan kontruksi beton. 

(atas) Ukiran mimbar dan mihrab tua di dalam masjid, (kiri bawah) kolam di halaman Masjid Bengak. (kiri bawah) masjid bengak dari kejauhan.

Namun dikarenakan jamaah yang semakin beragamnya kegiatan, maka pada tahun 2001 Masjid direnovasi kembali dengan desain Timur Tengah dan berlantai tiga. Diperkirakan dana yang dihabiskan untuk membangun Masjid ini sekitar Rp 6 milyar Rupiah. Menghadirkan masjid Bengak yang Moderen, tekstur bangunan Masjid Al-Ra'isiyah itu meniru Masjid Nabawi. Hal tersebut tampak dari bentuk kubah dan menara setinggi 63 meter. Bahkan dinding pada mimbar Masjid berbahan marmer yang diambil dari Lampung, pulau Sumatera. Keseluruhan dana pembangunan tersebut hasil sumbangan dari warga masyarakat Sekarbela.

Kawasan Sekarbela sendiri terkenal sebagai sentra pengrajin mutiara, puluhan toko perhiasan berderet memamerkan kemilau aneka jenis mutiara. berbagai jenis perhiasan berbahan emas, perak, dan batu-batuan berharga lainnya, bila kita masuk ke kawasan Sekarbela banyak sekali dijumpai toko yang sekaligus difungsikan sebagai showroom berbagai macam perhiasan berharga, baik emas, perak, kecubung, safir, dan tentu saja mutiara yang menjadi primadona utama. Tak mengherankan bila kemudian pembangunan masjid Bengak yang begitu mahal mampu dipikul sendiri oleh warga setempat tanpa bantuan dari pihak luar.

Meski modern, Masjid tersebut tetap memiliki sejarah. Mimbarnya dihiasi oleh ukiran kayu ipil berwarna hitam setinggi 20 meter yang diukir dengan kaligrafi Surat Al-Jum’ah. Kayu tersebut diperkirakan berusia 100 tahun lebih. Kayu itu merupakan salah satu peninggalan sejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid Bengak itu, merupakan Masjid tertua di Kota Mataram. Keberadaan Masjid itu menggambarkan kehidupan masyarakatnya yang Islami. Tidak jauh dari Masjid tersebut berdiri Pondok Pesantren yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Rais. 

Mihrab dan Mimbar berukir di dalam masjid Bengak Al-Raisiyah

Masjid bengak dan air kolam ajaib

Menurut sesepuh masyarakat setempat, hadirnya tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak asal Jawa itu untuk menyebarkan ajaran Islam di Pulau Lombok. Bahkan, menurut cerita, setiap tempat yang disinggahinya selama di Lombok, selalu diiringi munculnya sumber mata air, yang salah satunya terletak di Masjid Al-Ra'isiyah di Kota Mataram ini.

Dulunya daerah Kampung Sekarbela itu dikenal sebagai daerah tandus. Dalam sejarahnya daerah itu merupakan bagian dari daerah kekuasaan kerajaan Hindu dibawah pimpinan Anak Agung. Tak heran jika masyarakat Kampung Sekarbela saat itu, menganut faham animisme. Namun kondisi itu berubah seketika saat Gaus Abdul Razak masuk ke wilayah itu dan menyebarkan ajaran Islam. 

Suatu ketika, Gaus Abdul Razak memimpin sebuah pengajian di masjid tersebut. Anehnya, tiba-tiba keluar air deras dari dalam tanah. Masyarakat kaget sehingga mereka pun menggalinya hingga kedalaman 8 meter.  Keajaiban munculnya air yang berlimpah telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam.

Mata air tersebut, lanjut Alwi lambat laun terus membesar sehingga membentuk kolam. Meski demikian air tersebut tidak merusak bangunan masjid yang pada saat itu terbuat dari kayu ipil dengan beratapkan alang. Itulah mengapa masjid tersebut dinamakan 'Bengak', lantaran diambil dari bahasa sasak yang berarti heran. Masyarakat menjadi heran dengan kemunculan air yang berlimpah dari dalam tanah tersebut, yang akhirnya memakmurkan kehidupan warga.

interior masjid Al-Raisiyah

Tidak cukup sampai disitu, masyarakat mempercayai air tersebut mengandung kekuatan supranatural. Bahkan konon pada masa penjajahan Jepang, air itu berubah menjadi minyak yang oleh warga diyakini mampu menjadi kekebalan tubuh dari senjata tajam. Bahkan, sejumlah tentara Jepang yang terluka juga konon dibawa ke Masjid itu untuk memperoleh pengobatan.

Untuk menjaga kelestariannya, masyarakat sekitar membuat kolam berukuran 5 x 15 meter dengan kedalaman kurang lebih 1,5 meter, tepat didepan mimbar Masjid. Selain kolam juga terdapat sumur tua. Namun, sayangnya, hingga masjid tersebut semakin ramai di padati umat Islam yang beribadah, dan air yang keluar dari tanah kian membesar, Gauz Abdul Rozak meninggalkan kampung tersebut, dan menghilang hingga kini belum diketahui keberadaan makamnya. 

Kini, masyarakat banyak menghabiskan waktu berbuka sambil duduk-duduk santai di palataran masjid. Haji Alwi menjelaskan suasana Masjid Bengak tersebut tetap ramai meskipun dihari biasa.***

 

Baca Juga

4 komentar:

  1. reje ne isi stil ini masjid

    BalasHapus
  2. Te pede jge n lestariang mesjid kbangga'an te ini...soalne ye bdoe nilai sjarah yg tinggi..

    BalasHapus
  3. Have you ever thought about writing an e-book or guest authoring on other sites?
    I have a blog based upon on the same information you discuss and
    would love to have you share some stories/information. I know my viewers would enjoy
    your work. If you're even remotely interested, feel free to
    send me an e-mail.

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA