Masjid Al-Raisiyah atau juga seringkali disebut Masjid Bengak di kawasan Sekarbela, kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. |
Masjid Al-Raisiyah
atau lebih dikenal dengan sebutan Masjid Bengak berdiri kokoh diantara
perkampungan warga di Sekarbela, Kelurahan Karang Pule, Kecamatan Sekarbela,
Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Masjid yang dibangun diatas lahan seluas 10
hektar. merupakan peninggalan tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak yang hidup
pada abad ke 17 Masehi.
Kata ‘Bengak” yang melekat pada
nama masjid ini, dalam bahasa setempat berarti “heran”. Dalam perjalanan
sejarah masjid ini disebutkan bahwa, pada masa awal penyebaran Islam di Kawasan
tersebut merupakan daerah yang sulit untuk mendapatkan air bersih. Sampai suatu
hari pada saat Gaus Abdul Razak sedang memimpin pengajian di masjid tersebut
yang kala itu masih berupa bangunan yang sangat sederhana, tiba-tiba keluar air
deras dari dalam tanah. Masyarakat ter-“heran heran” dengan kejadian
tersebut. Keajaiban air yang berlimpah telah menyadarkan masyarakat
setempat dan memeluk Islam.
Lokasi Masjid Bengak al-Raisiyah
Kelurahan Karang Pule, Kecamatan
Sekarbela
Kota Mataram, Prov. Nusa Tenggara
Barat
Indonesia
Sejak berdiri, masjid tersebut sudah 4 kali direnovasi, Renovasi yang pertama dilakukan setelah Masjid terbakar akibat peperangan antara masyarakat Sekarbela yang menuntut kematian Tuan Guru Padang Reak dengan penguasa saat itu. Saat itu. Bentuk masjid Sekarbela berbentuk empat persegi dengan dinding bedek, atap rumbia, lantai tanah dan yang menjadi ciri khas adalah empat soko guru. Setelah kebakaran, Masjid dibangun kembali oleh TGH Mustafa dan TGH Moh. Toha. Bentuk Masjid masih sederhana dengan empat soko guru. Dari peninggalan yang ada yakni sebuah kaligrafi tertulis angka 1350 Hijriah.
Saat itu bangunan Masjid sudah
lebih baik dari sebelumnya namun masih sederhana. Kemudian pada tahun 1890 M,
atas prakarsa TGH M Rais, masjid direnovasi dengan memanfaatkan atap dari
genteng. Jamaah yang semakin banyak menginspirasikan penerus selanjutnya, yakni
TGH Muktamat Rais anak dari TGH Muhamaad Rais, untuk membangun kembali Masjid
pada tahun 1974 dengan kontruksi beton.
(atas) Ukiran mimbar dan mihrab tua di dalam masjid, (kiri bawah) kolam di halaman Masjid Bengak. (kiri bawah) masjid bengak dari kejauhan. |
Namun dikarenakan jamaah yang
semakin beragamnya kegiatan, maka pada tahun 2001 Masjid direnovasi kembali
dengan desain Timur Tengah dan berlantai tiga. Diperkirakan dana yang dihabiskan
untuk membangun Masjid ini sekitar Rp 6 milyar Rupiah. Menghadirkan masjid
Bengak yang Moderen, tekstur bangunan Masjid Al-Ra'isiyah itu meniru Masjid
Nabawi. Hal tersebut tampak dari bentuk kubah dan menara setinggi 63 meter.
Bahkan dinding pada mimbar Masjid berbahan marmer yang diambil dari Lampung,
pulau Sumatera. Keseluruhan dana pembangunan tersebut hasil sumbangan dari
warga masyarakat Sekarbela.
Kawasan Sekarbela
sendiri terkenal sebagai sentra pengrajin mutiara, puluhan toko perhiasan berderet
memamerkan kemilau aneka jenis mutiara. berbagai jenis perhiasan berbahan emas,
perak, dan batu-batuan berharga lainnya, bila kita masuk ke kawasan Sekarbela
banyak sekali dijumpai toko yang sekaligus difungsikan sebagai showroom
berbagai macam perhiasan berharga, baik emas, perak, kecubung, safir, dan tentu
saja mutiara yang menjadi primadona utama. Tak mengherankan bila kemudian
pembangunan masjid Bengak yang begitu mahal mampu dipikul sendiri oleh warga
setempat tanpa bantuan dari pihak luar.
Meski modern, Masjid tersebut
tetap memiliki sejarah. Mimbarnya dihiasi oleh ukiran kayu ipil berwarna hitam
setinggi 20 meter yang diukir dengan kaligrafi Surat Al-Jum’ah. Kayu tersebut
diperkirakan berusia 100 tahun lebih. Kayu itu merupakan salah satu peninggalan
sejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh. Masjid Bengak itu, merupakan
Masjid tertua di Kota Mataram. Keberadaan Masjid itu menggambarkan kehidupan
masyarakatnya yang Islami. Tidak jauh dari Masjid tersebut berdiri Pondok
Pesantren yang didirikan oleh Tuan Guru Haji Muhammad Rais.
Mihrab dan Mimbar berukir di dalam masjid Bengak Al-Raisiyah |
Masjid bengak dan air kolam ajaib
Menurut sesepuh masyarakat
setempat, hadirnya tokoh Islam bernama Gaus Abdul Razak asal Jawa itu untuk
menyebarkan ajaran Islam di Pulau Lombok. Bahkan, menurut cerita, setiap tempat
yang disinggahinya selama di Lombok, selalu diiringi munculnya sumber mata air,
yang salah satunya terletak di Masjid Al-Ra'isiyah di Kota Mataram ini.
Dulunya daerah Kampung Sekarbela
itu dikenal sebagai daerah tandus. Dalam sejarahnya daerah itu merupakan bagian
dari daerah kekuasaan kerajaan Hindu dibawah pimpinan Anak Agung. Tak heran
jika masyarakat Kampung Sekarbela saat itu, menganut faham animisme. Namun
kondisi itu berubah seketika saat Gaus Abdul Razak masuk ke wilayah itu dan
menyebarkan ajaran Islam.
Suatu ketika, Gaus Abdul Razak
memimpin sebuah pengajian di masjid tersebut. Anehnya, tiba-tiba keluar air
deras dari dalam tanah. Masyarakat kaget sehingga mereka pun menggalinya
hingga kedalaman 8 meter. Keajaiban munculnya air yang berlimpah
telah menyadarkan masyarakat setempat dan memeluk Islam.
Mata air tersebut, lanjut Alwi
lambat laun terus membesar sehingga membentuk kolam. Meski demikian air
tersebut tidak merusak bangunan masjid yang pada saat itu terbuat dari kayu
ipil dengan beratapkan alang. Itulah mengapa masjid tersebut dinamakan
'Bengak', lantaran diambil dari bahasa sasak yang berarti heran. Masyarakat
menjadi heran dengan kemunculan air yang berlimpah dari dalam tanah tersebut,
yang akhirnya memakmurkan kehidupan warga.
interior masjid Al-Raisiyah |
Tidak cukup sampai disitu,
masyarakat mempercayai air tersebut mengandung kekuatan supranatural. Bahkan
konon pada masa penjajahan Jepang, air itu berubah menjadi minyak yang oleh
warga diyakini mampu menjadi kekebalan tubuh dari senjata tajam. Bahkan, sejumlah
tentara Jepang yang terluka juga konon dibawa ke Masjid itu untuk memperoleh
pengobatan.
Untuk menjaga kelestariannya,
masyarakat sekitar membuat kolam berukuran 5 x 15 meter dengan kedalaman kurang
lebih 1,5 meter, tepat didepan mimbar Masjid. Selain kolam juga terdapat sumur
tua. Namun, sayangnya, hingga masjid tersebut semakin ramai di padati umat
Islam yang beribadah, dan air yang keluar dari tanah kian membesar, Gauz Abdul
Rozak meninggalkan kampung tersebut, dan menghilang hingga kini belum diketahui
keberadaan makamnya.
Kini, masyarakat banyak
menghabiskan waktu berbuka sambil duduk-duduk santai di palataran masjid. Haji
Alwi menjelaskan suasana Masjid Bengak tersebut tetap ramai meskipun dihari
biasa.***
Baca Juga
reje ne isi stil ini masjid
BalasHapusMasyaAllah,,,,
BalasHapusTe pede jge n lestariang mesjid kbangga'an te ini...soalne ye bdoe nilai sjarah yg tinggi..
BalasHapusHave you ever thought about writing an e-book or guest authoring on other sites?
BalasHapusI have a blog based upon on the same information you discuss and
would love to have you share some stories/information. I know my viewers would enjoy
your work. If you're even remotely interested, feel free to
send me an e-mail.