Halaman

Senin, 30 Agustus 2010

Grande Mosquée de Paris, Masjid Agung Paris

Pertama dan terbesar di Paris

Grande Mosquée de Paris atau dalam bahasa Indonesia nya menjadi Masjid Agung Paris adalah masjid pertama dan terbesar yang dibangun di Prancis sekaligus menjadi masjid terbesar ke tiga di Eropa.  Masjid yang menyimpan begitu banyak kenangan bagi Yahudi Eropa dijaman pembantaian yahudi oleh Nazi Jerman yang menyerbu ke Paris. Masjid Agung Paris menjadi tempat perlidungan utama kaum yahudi waktu itu, di masjid Agung Paris mereka tidak saja di beri perlingungan, tempat tinggal, makan, pakaian tapi sampai kepada dibuatkan akte kelahiran, surat nikah, hingga dokumen dokumen pribadi lain nya dengan mengubah data mereka menjadi “seolah olah’ muslim, agar selamat dari kejaran dan pembantaian Nazi. Masjid Agung Paris kini menjadi salah satu daya tarik kota Paris, mejadi monumen Islam di Negara itu. Islam sendiri kini menjadi agama bagi 25% penduduk Prancis.

Sejarah Masjid Agung Paris

Masjid Agung Paris didirikan setelah berakhirnya Perang Dunia pertama sebagai tanda terima kasih Prancis kepada komunitas Muslim di sana yang ikut melawan pasukan Jerman dalam sebuah pertempuran yang berlangsung di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-Meuse di wilayah bagian utara-timur Perancis pada 1916, dimasa perang dunia pertama.

Masjid Agung Paris dilihat dari ketinggian gedung diseberangnya

Dibangun di lokasi bekas Rumah Sakit Mercy ini seluruh pendanaannya disediakan oleh pemerintah Prancis. Peletakkan batu pertama dilakukan pada tahun 1922. Pada tanggal 15 Juli 1926, bangunan Grande Mosquée de Paris diresmikan secara simbolis oleh Presiden Prancis saat itu Gaston Doumergue.

Ahmad al-Alawi (1869-1934), seorang tokoh sufi berdarah Aljazair, ditunjuk sebagai imam shalat pertama sebagai pertanda diresmikannya masjid baru di kota Paris di hadapan Presiden Doumergue. Imam Masjid Raya Paris saat ini dijabat oleh Mufti Dalil Boubakeur, yang juga merupakan Presiden Dewan Muslim Prancis.

Alamat & Lokasi Masjid Agung Paris
La Grande Mosquee de Paris
2 Bis Place du Puits de l'Ermite
75005 Paris, France
Telephone: 1 45 35 97 33
Fax: 1 45 35 16 23



Arsitektural Masjid Agung Paris

Dibangun di atas lahan seluas satu hektar di daerah komunitas Latin (distrik kelima di Paris), Masjid Raya Paris memperlihatkan keagungan sebuah bangunan Islam yang ditunjukkan lewat desain arsitektur dan mozaik-mozaiknya. Masjid itu memperlihatkan aspek klasik dan perkembangan peradaban seni Islam. Disamping juga bentuk ajaran yang sangat toleran dan jelas dari agama dan budaya Islam.

Grande Mosquée de Paris terinspirasi oleh Masjid Alhambra di Spanyol. Karenanya jika menilik lebih jauh setiap detil bangunannya sarat dengan gaya arsitektur Alhambra yang banyak mengadopsi arsitektur bangsa Moor (Maroko). Untuk mempertegas gaya Moor, pemerintah Prancis memerintahkan sejumlah seniman asal Maroko untuk mendesain Grande Mosquée de Paris. Komunitas Muslim yang bermukim di kota Paris pada masa itu merupakan para imigran asal Maroko.

Menara Masjid Agung Paris, dibangun dengan gaya menara masjid masjid Maroko, berupa menara berbentuk segi empat dengan balutan ukiran hampir diseluruh permukaan dindingnya.

Menara Masjid Agung Paris

Grande Mosquée de Paris memiliki menara setinggi 33 meter. Dari atas menara inilah suara adzan berkumandang. Berbentuk segi empat dan dilapisi keramik hijau toska mengadopsi kaidah mazhab Maliki. Pada keramik-keramik tersebut dapat dilihat kerumitan tatahan dinding yang berwarna abu-abu. Di dalam bangunan menara terdapat tangga menuju bagian puncak menara.

Untuk menuju ke dalam kompleks Masjid Raya Paris, pengunjung harus melalui pintu gerbang utama. Setelah melewati pintu gerbang ini, pengunjung akan melihat sebuah lapangan yang cukup luas yang dikenal dengan nama La Cour dHonneur. Di tengah-tengah lapangan  terdapat sebuah sumur.

Dan, tidak jauh dari sumur tersebut terdapat sebuah bangunan yang pada masa awal berdirinya masjid ini merupakan tempat pemandian umum (hammam) bagi orang-orang Muslim Maroko. Keberadaan bangunan hammam ini merupakan salah satu ciri khas dari kompleks bangunan masjid pada masa kejayaan Islam.

Taman di Masjid Agung Paris

La Cour dHonneur

La Cour dHonneur yang merupakan sebuah halaman luas yang juga difungsikan sebagai ruang pertemuan utama. Untuk menuju La Cour dHonneur ini, pengunjung harus melewati pintu besar yang terbuat dari kayu oak yang bertatahkan perunggu dengan mozaik yang terbuat dari kayu ekaliptus dan hiasan koral. La Cour dHonneur  dilengkapi dengan taman bergaya Spanyol-Maroko bercorak Andalusia, lengkap dengan teras-teras yang dilapisi marmer hitam, kolam berikut air mancurnya, beranda, dan beberapa keran air yang sewaktu-waktu akan menyemprotkan air di antara bunga-bunga yang tumbuh di halaman.

Di bagian kiri, terdapat sebuah ruang pertemuan utama yang diapit oleh dua paviliun. biasanya digunakan untuk berbagai macam pertemuan dan tempat kuliah bahasa Arab. Bangunan ini juga mencakup ruang-ruang perkantoran dan perpustakaan yang dikhususkan untuk Lembaga Agama Islam.

Seperti masjid masjid lainnya, di masjid inipun semua ruang akan dipakai jemaah sebagai tempat sholat pada pelaksanaan sholat jum'at. . . . 

Patio

Di sebelah kanan ruang pertemuan utama, terdapat sebuah tembok besar berwarna putih menaungi pintu masuk utama ke sebuah ruang terbuka (patio) yang menuju ruang shalat. Melalui pintu ini, kita dapat melihat sebuah ruangan yang luas dengan sebuah peri-style yang dikelilingi oleh pilar-pilar bergaya Spanyol-Maroko yang menjulang tinggi,- seperti yang terdapat pada bangunan Alhambra. Bagian lantai dari ruangan ini merupakan plesteran yang bahannya campuran dari marmer dan batu kapur.

Pintu masuk utama ke patio berseni Maroko. Hiasan dari batu berukiran memperlihatkan corak kaligrafi yang banyak digunakan sebagai tulisan pada abad ke-13. Bagian atap pintu terbuat dari kayu pohon cedar yang diukir oleh seniman Maroko. Daun pintunya terbuat dari kayu pohon walnut yang sama persis seperti bangunan-bangunan pertama berarsitektur Islam abad ke-14.

Megah dan Mewah

Selasar

Di bagian dalam patio ini, terdapat sebuah selasar yang mengelilingi sebuah taman yang kerindangan pepohonannya mampu mengajak pengunjung untuk bermeditasi. Sebuah air mancur dan vas marmer raksasa dengan keran untuk berwudhu terdapat di bagian dalam ini. Pengunjung juga akan melewati beberapa tangga marmer, dekorasi tembok, dan lukisan sederhana yang terlihat kontras dengan arsitektur Arab klasik.

Pintu yang menghubungkan bagian dalam dengan bagian luar patio ini terbuat dari kayu pohon ek yang dipahat dengan pola mozaik terukir di atasnya. Potongan-potongan mozaik ini disesuaikan dengan sempurna sehingga menghasilkan perpaduan warna yang memikat (merah maran dan hijau giok), bintang-bintang merah, serta dua dekorasi melintang paralel.

Detil ornamen masjid Agung Paris

Dekorasi pertama menunjukkan karakter potongan Arab di atas plakat berwarna senja yang didatangkan khusus dari Cina. Plakat tersebut berbentuk lingkaran penuh dan tampak bersinar. Dekorasi ini dipadukan dengan puisi karya seniman Tunisia, Jalaleddine En-Nakache.

Pahatan yang ada memperlihatkan bagaimana pandangan dan kepekaan dari seniman-seniman tersebut. Pilihan bahan-bahan dan warna yang dihasilkan mampu menciptakan suatu harmonisasi yang enak untuk dilihat. Pengunjung juga bisa menilai ketelitian mereka dari 7 ribu potongan tegel yang terbuat dari batu kapur dan disusun meter per meter membentuk pola mozaik.

Ruang sholat

Bagian lain dari kompleks Masjid Raya Paris yang tidak boleh dilewatkan adalah ruangan shalat. Untuk menuju ruang shalat, harus melalui sebuah pintu yang terbuat dari puluhan potongan kayu yang sudah dipahat. Ruangan shalat ini dihiasi dengan jendela-jendela berteralis. Pada bagian depan, tampak sebuah dekorasi rapi bertuliskan mihrab yang menjadi arah kiblat. Di bagian tengah ruangan yang luas itu, tampak beberapa tiang yang menopang kubah dari kayu cedar yang merupakan hasil pahatan tangan. Tiang-tiang tersebut membentuk formasi segi delapan.

Ruang Sholat Masjid Agung Paris

Di dalam ruang shalat ini, terdapat dua buah mimbar untuk tempat imam berkhotbah di hari Jumat atau hari raya Islam. Mimbar pertama yang terbuat dari kayu berkualitas bagus merupakan pemberian Raja Fuad I dari Mesir. Mimbar yang lain adalah hasil pemberian Raja Son Altesse Lamine Bey dari Tunisia. Ini merupakan mimbar terbaik dari masjid di kerajaannya.

Ketika memasuki ruangan shalat, para pengunjung akan melihat hamparan karpet yang indah berukuran 7,64x4,37 meter. Karpet tersebut merupakan pemberian Raja Iran, Shah Reza Pahlevi. Dibuat di Djanchaghan, karpet ini merupakan karya seni Persia. (updated 10/10/16)***

3 komentar:

  1. the mosque is beautiful wow woww.....!! i like it. i want to visit about mosque

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah...have nice visit....

    BalasHapus
  3. i hope i,ll be there someday, oh Allah :')

    BalasHapus

Dilarang berkomentar berbau SARA