Pertama dan terbesar di Paris |
Grande Mosquée de Paris atau
dalam bahasa Indonesia nya menjadi Masjid Agung Paris adalah masjid pertama dan
terbesar yang dibangun di Prancis sekaligus menjadi masjid terbesar ke tiga di
Eropa. Masjid yang menyimpan begitu banyak kenangan bagi Yahudi Eropa dijaman
pembantaian yahudi oleh Nazi Jerman yang menyerbu ke Paris. Masjid Agung Paris
menjadi tempat perlidungan utama kaum yahudi waktu itu, di masjid Agung Paris
mereka tidak saja di beri perlingungan, tempat tinggal, makan, pakaian tapi
sampai kepada dibuatkan akte kelahiran, surat nikah, hingga dokumen dokumen
pribadi lain nya dengan mengubah data mereka menjadi “seolah olah’ muslim, agar
selamat dari kejaran dan pembantaian Nazi. Masjid Agung Paris kini menjadi
salah satu daya tarik kota Paris, mejadi monumen Islam di Negara itu. Islam
sendiri kini menjadi agama bagi 25% penduduk Prancis.
Sejarah Masjid Agung Paris
Masjid Agung Paris didirikan
setelah berakhirnya Perang Dunia pertama sebagai tanda terima kasih Prancis
kepada komunitas Muslim di sana yang ikut melawan pasukan Jerman dalam sebuah
pertempuran yang berlangsung di daerah perbukitan utara kota Verdun-sur-Meuse
di wilayah bagian utara-timur Perancis pada 1916, dimasa perang dunia pertama.
Masjid Agung Paris dilihat dari ketinggian gedung diseberangnya |
Dibangun di lokasi bekas Rumah
Sakit Mercy ini seluruh pendanaannya disediakan oleh pemerintah Prancis.
Peletakkan batu pertama dilakukan pada tahun 1922. Pada tanggal 15 Juli 1926,
bangunan Grande Mosquée de Paris diresmikan secara simbolis oleh Presiden
Prancis saat itu Gaston Doumergue.
Ahmad al-Alawi (1869-1934),
seorang tokoh sufi berdarah Aljazair, ditunjuk sebagai imam shalat pertama
sebagai pertanda diresmikannya masjid baru di kota Paris di hadapan Presiden
Doumergue. Imam Masjid Raya Paris saat ini dijabat oleh Mufti Dalil Boubakeur,
yang juga merupakan Presiden Dewan Muslim Prancis.
Alamat & Lokasi Masjid Agung Paris
La Grande Mosquee de Paris
2 Bis Place du Puits de l'Ermite
75005 Paris, France
Telephone: 1 45 35 97 33
Fax: 1 45 35 16 23
Arsitektural Masjid Agung Paris
Dibangun di atas lahan seluas
satu hektar di daerah komunitas Latin (distrik kelima di Paris), Masjid Raya
Paris memperlihatkan keagungan sebuah bangunan Islam yang ditunjukkan lewat
desain arsitektur dan mozaik-mozaiknya. Masjid itu memperlihatkan aspek klasik
dan perkembangan peradaban seni Islam. Disamping juga bentuk ajaran yang sangat
toleran dan jelas dari agama dan budaya Islam.
Grande Mosquée de Paris
terinspirasi oleh Masjid Alhambra di Spanyol. Karenanya jika menilik lebih jauh
setiap detil bangunannya sarat dengan gaya arsitektur Alhambra yang banyak
mengadopsi arsitektur bangsa Moor (Maroko). Untuk mempertegas gaya Moor,
pemerintah Prancis memerintahkan sejumlah seniman asal Maroko untuk mendesain
Grande Mosquée de Paris. Komunitas Muslim yang bermukim di kota Paris pada masa
itu merupakan para imigran asal Maroko.
Menara Masjid Agung Paris, dibangun dengan gaya menara masjid masjid Maroko, berupa menara berbentuk segi empat dengan balutan ukiran hampir diseluruh permukaan dindingnya. |
Menara Masjid Agung Paris
Grande Mosquée de Paris memiliki
menara setinggi 33 meter. Dari atas menara inilah suara adzan berkumandang.
Berbentuk segi empat dan dilapisi keramik hijau toska mengadopsi kaidah mazhab
Maliki. Pada keramik-keramik tersebut dapat dilihat kerumitan tatahan dinding
yang berwarna abu-abu. Di dalam bangunan menara terdapat tangga menuju bagian
puncak menara.
Untuk menuju ke dalam kompleks
Masjid Raya Paris, pengunjung harus melalui pintu gerbang utama. Setelah
melewati pintu gerbang ini, pengunjung akan melihat sebuah lapangan yang cukup
luas yang dikenal dengan nama La Cour dHonneur. Di tengah-tengah lapangan
terdapat sebuah sumur.
Dan, tidak jauh dari sumur
tersebut terdapat sebuah bangunan yang pada masa awal berdirinya masjid ini
merupakan tempat pemandian umum (hammam) bagi orang-orang Muslim Maroko.
Keberadaan bangunan hammam ini merupakan salah satu ciri khas dari kompleks
bangunan masjid pada masa kejayaan Islam.
Taman di Masjid Agung Paris
|
La Cour dHonneur
La Cour dHonneur yang merupakan
sebuah halaman luas yang juga difungsikan sebagai ruang pertemuan utama. Untuk
menuju La Cour dHonneur ini, pengunjung harus melewati pintu besar yang terbuat
dari kayu oak yang bertatahkan perunggu dengan mozaik yang terbuat dari kayu
ekaliptus dan hiasan koral. La Cour dHonneur dilengkapi dengan taman
bergaya Spanyol-Maroko bercorak Andalusia, lengkap dengan teras-teras yang
dilapisi marmer hitam, kolam berikut air mancurnya, beranda, dan beberapa keran
air yang sewaktu-waktu akan menyemprotkan air di antara bunga-bunga yang tumbuh
di halaman.
Di bagian kiri, terdapat sebuah
ruang pertemuan utama yang diapit oleh dua paviliun. biasanya digunakan untuk
berbagai macam pertemuan dan tempat kuliah bahasa Arab. Bangunan ini juga
mencakup ruang-ruang perkantoran dan perpustakaan yang dikhususkan untuk
Lembaga Agama Islam.
Seperti masjid masjid lainnya, di masjid inipun semua ruang akan dipakai jemaah sebagai tempat sholat pada pelaksanaan sholat jum'at. . . .
|
Patio
Di sebelah kanan ruang pertemuan
utama, terdapat sebuah tembok besar berwarna putih menaungi pintu masuk utama
ke sebuah ruang terbuka (patio) yang menuju ruang shalat. Melalui pintu ini,
kita dapat melihat sebuah ruangan yang luas dengan sebuah peri-style yang
dikelilingi oleh pilar-pilar bergaya Spanyol-Maroko yang menjulang tinggi,-
seperti yang terdapat pada bangunan Alhambra. Bagian lantai dari ruangan ini
merupakan plesteran yang bahannya campuran dari marmer dan batu kapur.
Pintu masuk utama ke patio
berseni Maroko. Hiasan dari batu berukiran memperlihatkan corak kaligrafi yang
banyak digunakan sebagai tulisan pada abad ke-13. Bagian atap pintu terbuat
dari kayu pohon cedar yang diukir oleh seniman Maroko. Daun pintunya terbuat
dari kayu pohon walnut yang sama persis seperti bangunan-bangunan pertama
berarsitektur Islam abad ke-14.
Megah dan Mewah |
Selasar
Di bagian dalam patio ini,
terdapat sebuah selasar yang mengelilingi sebuah taman yang kerindangan
pepohonannya mampu mengajak pengunjung untuk bermeditasi. Sebuah air mancur dan
vas marmer raksasa dengan keran untuk berwudhu terdapat di bagian dalam ini.
Pengunjung juga akan melewati beberapa tangga marmer, dekorasi tembok, dan
lukisan sederhana yang terlihat kontras dengan arsitektur Arab klasik.
Pintu yang menghubungkan bagian
dalam dengan bagian luar patio ini terbuat dari kayu pohon ek yang dipahat
dengan pola mozaik terukir di atasnya. Potongan-potongan mozaik ini disesuaikan
dengan sempurna sehingga menghasilkan perpaduan warna yang memikat (merah maran
dan hijau giok), bintang-bintang merah, serta dua dekorasi melintang paralel.
Detil ornamen masjid Agung Paris |
Dekorasi pertama menunjukkan
karakter potongan Arab di atas plakat berwarna senja yang didatangkan khusus
dari Cina. Plakat tersebut berbentuk lingkaran penuh dan tampak bersinar. Dekorasi
ini dipadukan dengan puisi karya seniman Tunisia, Jalaleddine En-Nakache.
Pahatan yang ada memperlihatkan
bagaimana pandangan dan kepekaan dari seniman-seniman tersebut. Pilihan
bahan-bahan dan warna yang dihasilkan mampu menciptakan suatu harmonisasi yang
enak untuk dilihat. Pengunjung juga bisa menilai ketelitian mereka dari 7 ribu
potongan tegel yang terbuat dari batu kapur dan disusun meter per meter
membentuk pola mozaik.
Ruang sholat
Bagian lain dari kompleks Masjid
Raya Paris yang tidak boleh dilewatkan adalah ruangan shalat. Untuk menuju
ruang shalat, harus melalui sebuah pintu yang terbuat dari puluhan potongan
kayu yang sudah dipahat. Ruangan shalat ini dihiasi dengan jendela-jendela
berteralis. Pada bagian depan, tampak sebuah dekorasi rapi bertuliskan mihrab
yang menjadi arah kiblat. Di bagian tengah ruangan yang luas itu, tampak
beberapa tiang yang menopang kubah dari kayu cedar yang merupakan hasil pahatan
tangan. Tiang-tiang tersebut membentuk formasi segi delapan.
Ruang Sholat Masjid Agung Paris |
Di dalam ruang shalat ini,
terdapat dua buah mimbar untuk tempat imam berkhotbah di hari Jumat atau hari
raya Islam. Mimbar pertama yang terbuat dari kayu berkualitas bagus merupakan
pemberian Raja Fuad I dari
Mesir. Mimbar yang lain adalah hasil pemberian Raja Son Altesse Lamine Bey dari
Tunisia. Ini merupakan mimbar terbaik dari masjid di kerajaannya.
Ketika memasuki ruangan shalat,
para pengunjung akan melihat hamparan karpet yang indah berukuran 7,64x4,37
meter. Karpet tersebut merupakan pemberian Raja Iran, Shah Reza Pahlevi. Dibuat
di Djanchaghan, karpet ini merupakan karya seni Persia. (updated 10/10/16)***
the mosque is beautiful wow woww.....!! i like it. i want to visit about mosque
BalasHapusAlhamdulillah...have nice visit....
BalasHapusi hope i,ll be there someday, oh Allah :')
BalasHapus